pertama

429 43 9
                                    

[Bintang]

Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk menunjukkan rasa sayang pada pasangan. Dalam hubungan gue, satu dari banyak hal yang gue lakukan untuk menunjukkan rasa sayang adalah kejutan. Nggak peduli berapa kali Kalyca menolak untuk dikejutkan, tapi gue, Bintang ini, tetap senang membuat kejutan ringan seperti akhirnya pulang setelah sekian lama merantau.

Iya, ini gue yang pulang.

Tapi bukan untuk waktu yang lama, hanya beberapa minggu mungkin bulan hingga pekerjaan gue di sini selesai. This man still has responsibilities to be done, and that's the ugly truth. Jangan berharap gue pulang hanya untuk jadi budak cinta kayak sekarang. Pagi ini, di depan kaca yang lumayan besar dengan dia duduk di atas meja wastafel menghadap gue, sambil serius memperhatikan wajah gue dan nggak bisa di ganggu.

"Jangan serius serius, nanti matanya copot." Dia tidak menjawab melainkan melayangkan pukulan ke lengan gue, membuat gue mundur sebentar sambil tertawa melihat dia yang mulai emosi.

"Jangan gerak-gerak dong nanti luka." Dia menarik gue mendekat, lalu melanjutkan aktivitas membantu gue shaving pagi-pagi. Karena rencananya hari ini gue akan meeting dengan perwakilan perusahaan yang akan bekerjasama selama di Indonesia, dan dia mulai mengomel karena katanya gue dekil, kucel. Hanya perkara kumis dan jenggot yang mulai tumbuh dan belum sempat dihilangkan. "kamu udah berapa tahun nggak shaving sih."

"Lebay, orang baru berapa minggu." Jawab gue yang mulai bertumpu pada sisi-sisi meja, "Lagian di Paris nggak ada yang bantuin saya shaving begini, kamu kan nggak ada."

"Makanya pulang, jangan kelamaan disana. Nanti lupa bahasa indonesia baru tau rasa."

"Asalkan nggak lupa sama kamu mah nggak apa-apa." Dia terkekeh di sela-sela melanjutkan pekerjaannya. Kalau boleh gue minta, hari ini jangan ada meeting dulu, boleh? Gue masih betah memandangi sayangnya gue ini dari dekat, menciumi pipinya yang sudah berbulan-bulan nggak bisa gue sentuh, apalagi aromanya yang manis berhasil membuat gue ingin tidur lagi dibandingkan bangun lalu beraktivitas.

"Done." Katanya yang sudah siap berdiri, tapi gue tahan karena gue masih ingin begini. Dia hanya tersenyum, lalu melingkarkan tangannya untuk menarik gue mendekat. Satu ciuman mendarat di bibir, jadi satu lagi alasan gue nggak mau pergi meeting hari ini. "Let's stop here. Kamu nggak mau telat meeting kan?"

Gue mengangguk dengan sangat kecewa. Memang yang begini harus terus di tunda dan mengedepankan yang lebih penting. Meskipun memeluk dia juga penting untuk meneduhkan hati dan menghilangkan rasa rindu.

Terhitung sejak kemarin gue menginjakkan kaki di tanah air. Rasa hangat karena pulang memang sudah dirasakan sesaat setelah gue keluar dari pintu, menuju jajaran manusia yang sedang berdiri di ruang tunggu. Ada Darel dan Galang yang masih dengan setianya jadi manusia pertama yang gue lihat setelah gue pulang.

Nyamannya pulang itu sangat terasa kalau sudah bertemu mereka lagi.

"Welcome home, brader." Kata Galang yang langsung merangkul gue dan menepuk pundak gue beberapa kali. Meskipun agak susah buat dia karena tingginya nggak nyampe tinggi minimum wahana dufan, tapi ya setidaknya dia berusaha.

Hari ini ada yang berbeda, karena ada si bunga yang bawel tapi ternyata bisa tahan jadi kesayangan Darel hingga sekarang. "Hallo, Dis." Kata gue yang di sambut pelukan. Tapi kok rasanya ada yang mengganjal.

Gue melihatnya dari ujung kaki namun berhenti sebelum sampai ke ujung kepala, "6 bulan." Ujar Darel yang menepuk pelan pundak gue.

"Anjir?! Cepet banget perasaan baru nikah?!"

b'shert [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang