keenam

133 22 6
                                    

[Kalyca]

I don't believe in happy ending, what I believe is that every story has their new chapters with new beginnings. 

Ketika kita pikir semuanya sudah selesai dengan aman, namun nyatanya bukan selesai. Hanya melangkah ke level yang lebih tinggi dan cerita yang lain lagi.

Bisa jadi dengan pergantian karakter di dalam nya atau bahkan masih dengan karakter yang sama. Di ceritaku jelas sama, masih aku dan Bintang yang berjalan entah kemana tapi yang pasti kami tau, kalau memulai chapter baru bersama lagi itu hal yang kami inginkan.

Memutuskan untuk keluar dari persembunyian jadi pilihan. Kalyca yang selama ini diketahui orang-orang tidak tertarik punya pasangan akhirnya membawa pulang pasangan. Jangankan orang-orang awam, orangtua dan abangku itu cukup tercengang.

"Ini Bintang, pacar Kalyca." Aku pikir mereka akan senyum bahagia, akhirnya Kalyca punya pacar, tapi justru malah diam. Meskipun akhirnya tersenyum sambil menyalami si pacar sampai pegal. Kecuali papaku yang masih pasang tampang dingin padahal aslinya.. jauh.

Bukan tidak mengabari kebadatangan Bintang sebelumnya, aku sudah bilang ada yang ingin aku kenalkan. Tapi mungkin terlalu bingung dan kurang percaya Kalyca bawa pasangan akhirnya telat sadar jadi begitu ya.

"Kayaknya nggak asing ya." Yang ini mamaku, "Kita pernah ketemu?"

"Bintang itu bukannya yang waktu itu kerumah ya?" Bang Aldo menimpal, "Iyakan! yang waktu itu bawa-bawa bunga. Udah lama banget ternyata?"

"Kenapa baru di kenalin sekarang?" Papaku yang daritadi diam akhirnya bicara juga.

Dongeng pun di mulai. Menemani santap malam, cerita Bintang yang sekarang sedang kerja di Paris dan hubungan jarak jauh kita yang kurang romantis jadi bahan pembicaraan.

Seperti mengulang lagi, mengingat banyak momen yang kita lewati, meskipun tidak benar-benar bersama karena jarak, tapi cukup jadi pemanis malam ini. Entah Bintang yang memang santai atau keluargaku yang terlalu open hingga membuat semuanya terasa berjalan lancar.

Hingga pertanyaan yang ku pikir tidak akan ditanyakan akhirnya ikut andil dalam percakapan.

"Kalian gimana bisa kenal?"

Kalau ingin diceritakan, akan panjang. Bahkan satu buku pun mungkin tidak cukup. Tapi bukan itu alasan kenapa aku diam dan tidak langsung menjawab. Entah karena apa, tapi sepertinya aku belum siap, hingga Bintang duluan menjawab.

"Kita kenal di perpustakaan kampus Kalyca. Kebetulan waktu itu saya di sana juga, terus ngobrol sebentar sabil bantu dia kembaliin buku ke tempatnya."

"Terus kenalan?"

Bintang mengangguk, "Iya, tapi sebatas tau nama aja, tante."

"Loh bukannya kamu kuliah di Paris?"

"Iya.. tapi sebelumnya di Bandung. Lalu terpaksa harus pindah karena satu dan lain hal."

"Hmm." Yang lain mengangguk.

"Seminggu setelah kenalan, saya dan Kalyca ketemu lagi. Ternyata kita sama sama ikut program pertukaran budaya ke Paris." Lanjutnya, "Di sana kita mulai dekat, mulai kenal satu sama lain."

Seisi ruangan diam, termasuk aku yang dari tadi mencoba sibuk dengan makanan. Seperti membaca situasi, mamaku memecah keheningan.

"Bintang.. kapan pindah ke Paris?"

Yang di tanya mendongak lalu tersenyum, "Setelah program pertukarannya selesai, tante. Beberapa hari setelah itu. Memang nggak direncakan dan sangat mendadak. Saya juga masih kaget kalo harus mengingat."

b'shert [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang