keempat

156 22 1
                                    

[Kalyca] 

There is nothing more fun than relaxing on your couch during holidays. Either it's weekend or a long one. With a glass of wine wrapped around your hand, and your love sitting on the other side of the room doing what he likes. 

"Babe, are we done?

"Sedi....kit lagi." Katanya sambil sedikit menoleh ke arahku yang sudah pegal tersenyum berjam-jam lamanya. Bahkan aku sudah tidak tahu berapa lama aku ada di sana. "Kalyca kakinya jangan gerak-gerak." tegurnya. 

"Geez, sayang, kamu lagi melukis bukan foto aku." Dia tidak menjawab, masih serius menatap kanvasnya. Aku sudah pernah bilang belum ya? Bintang ini lucu kalau sedang serius. Biasanya alisnya itu sedikit ia tautkan, terus lidahnya ia jepit diantara bibirnya. Kadang kepalanya juga ia miringkan hampir 90 derajat, membuatku menggeleng heran. 

"DAH DAH." Katanya yang meletakkan kuasnya, lalu melambaikan tangannya ke arahku, mengisyaratkan aku untuk mendekat. 

Aku yang sudah lelah duduk itu langsung buru-buru berdiri dan berlari mendekat, meskipun ujung-ujungnya tetap ia tarik duduk di pangkuannya. Dia suka begitu, memperlakukanku seperti anak TK yang baru pulang sekolah. 

"Assalamualaikum Kalyca, mas Bintang pulang." Begitu biasanya kalau dia baru pulang, lalu aku yang baru setengah masak makan malam di dapur akan berjalan ke depan pintu sebentar. 

Setelahnya akan berpelukan, lalu sulit kalau sudah begitu. Karena Bintang yang menarikku duduk ketika aku harus kembali ke dapur sebelum makannya jadi sepenuhnya gosong. Dia malah mengunciku di sana, jadi sulit untuk bangun dan kembali lagi ke dapur. 

"Bintang kamu mau makan masakkan gosong?

"Ya nggak, nanti beli aja di luar." Jawabnya enteng, yang setelahnya ku jitak saking entengnya. 

Tapi kali ini tidak ada jitakan, hanya aku yang duduk diam sambil melihat hasil karya buatan Bintang setelah sekian lama tidak pernah melihatnya lagi. 

"Suka?"  Aku mengangguk sambil terus memperhatikan hasil karyanya yang sudah 3 hari penuh ia buat. Meaning aku duduk dengan posisi dan tempat yang sama selama 3 hari. Meskipun tidak sepanjang hari, tapi tetap saja pegal dan melelahkan. 

Mataku berlarian melihat setiap detil yang tergambar, hingga akhirnya terfokus pada sebatang bunga mawar yang ku pegang di tangan. Ini seingatku ya, aku memegang satu gelas wine dan bukan sebatang bunga mawar. 

"Are you sure you're doing it right?" Kataku yang sudah setengah menoleh kearahnya. Lalu aku berbalik lagi ke arah lukisannya, dan melihat sebuah benda kecil berwarna biru yang terletak di sofa. Tepat di sampingku. 

"I don't think you are." Kataku yang menunjuk bunganya, "Aku nggak pegang bunga, Bintang." Lalu menunjuk ke lukisan biru serta sofa secara bergantian, "Dan nggak ada biru-biru di atas sofaku." 

"Hm my dear. Saya cuma mau bikin suasananya jadi lebih romantis aja." Katanya, "Dan kamu salah kalo kamu bilang nggak ada biru-birunya." Aku menoleh untuk mendapati Bintang memegang kotak kecil dengan warna persis seperti yang ada di lukisannya. 

Aku mengangkat alisku, "okay.." ujarku pelan. 

Saat ini sunyi, Hanya ada suara pendingin ruangan dan cahaya yang kurang dari jendela karena aku belum menyalakan lampu dan langitnya sudah mulai berubah jingga. Aku masih diam menatapnya yang menarik nafas perlahan sebelum membuangnya. 

"Have I told you this today, that I love you so much?" Pernyataannya justru membuatku makin menautkan alisku. Aku kebingungan. 

"...no?

b'shert [KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang