0 - 3

1.8K 244 18
                                    

Tiga

◇◇

Oh Sehun terlihat tidak fokus saat meeting berlangsung.

Well, Luhan tahu Sehun tidak terlalu paham mengenai arsitektur dan segala rupanya-sama seperti dirinya dan separuh orang di ruangan meeting-hanya saja ekspresi di wajah Sehun bukanlah ekspresi yang akan orang tunjukkan apabila tidak mengerti akan suatu hal. Sehun seperti sedang-gelisah.

Lihat saja pria itu sekarang. Matanya memang berada pada proyektor di sisi utara ruang meeting yang gelap, tapi atensinya jelas-jelas tak berada di sana. Tangan kanannya berada di atas meja, di sisi tumpukan tipis kertas yang entah apa isinya. Sebuah pena berada di antara jari-jarinya, berputar cukup cepat selama beberapa kali karena gerak jari-jari Sehun yang disengaja.

Tak lama posisinya berubah. Pria jangkung itu melepaskan penanya, bergerak sedikit di atas kursinya hingga tubuhnya terlihat lebih rendah sekarang. Tangan kanan Sehun tidak lagi berada di atas meja, berganti dengan tangan kiri yang dengan segera membuat ketukan halus di atas meja.

Tidak salah lagi, Sehun sedang gelisah. Dan sepertinya bukan hanya Luhan yang menyadari kegelisahan Sehun karena Kim Jongin, CEO JS Architecture and Building sekaligus bos utama Sehun, sesekali melirik Sehun yang duduk di sebelahnya.

Ada apa dengan kekasihnya itu?

Luhan akui Sehun memang sedikit pemikir. Beberapa hal yang pria jangkung itu rasa mengganggu tidak akan lolos begitu saja dari pikirannya tanpa mendapatkan penyelesaian atau sebuah daftar penuh konsekuensi. Hanya biasanya Sehun pandai menempatkan sesuatu sesuai dengan porsinya.

Tidak mungkin, 'kan, Sehun bisa sampai segelisah itu hanya karena memikirkan tentang meeting ini? Mungkin Sehun hanya menggerutu pelan dengan protes-protes jengkel saat Kim Jongin menyuruh Sehun untuk datang ke meeting yang tidak seharusnya ia datangi-oh, yah, Luhan tahu dua CEO dan Direktur Keuangan itu hanya ingin terlihat sopan.

Luhan menelan ludahnya, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, kemudian mengerling sekejap pada sosok Sehun sebelum kembali memperhatikan presentasi di depan. Sikap Sehun kini membuatnya menjadi tidak fokus. Oh, kini sesuatu melintas di benaknya.

Apa Sehun menjadi tidak fokus karena dirinya?

Tentu saja.

Sehun mungkin gelisah karena berada di ruangan yang sama dengannya saat ini, dengan banyak orang di sekeliling mereka. Walaupun perusahaan tempat mereka berdua bekerja masing-masing memiliki hubungan satu sama lain, hanya saja jabatan Sehun sebagai Direktur Keuangan dan dirinya, seorang sekertaris, membuat mereka jarang berada pada kesempatan yang sama dalam lingkup pekerjaan. Seingat Luhan ini pertama kalinya mereka berada dalam ruangan yang sama sebagai katakanlah partner kerja.

Memikirkannya membuat Luhan tidak bisa menahan senyumnya, kemudian meraih botol air mineral dan menenggaknya untuk menyamarkan. Bagus, bagus sekali. Luhan suka bagaimana Sehun merasa gelisah ketika mereka bertemu tapi tidak dapat bahkan hanya sekedar saling menatap.

Sayang sekali teman-teman gay-nya di Seoul mengajak bertemu setelah ini, sementara ia dan Bos Lee Donghae akan pulang ke Tokyo esok. Mungkin ketika ia kembali ke Korea saat memeriksa proyek, ia harus mengatur jadwal untuk pergi bersama Sehun berdua saja.

Sehun tidak bisa membayangkan bila wanita itu benar-benar menerima tawaran kakak laki-lakinya, Im Siwan, untuk ikut masuk ke dalam ruang meeting. Sehun mungkin akan keluar dari ruang meeting lebih cepat dari seharusnya bila ia berada satu ruangan dengan wanita yang ia tiduri semalam.

Casual Affair [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang