0 - 1

3.9K 299 23
                                        

Satu


♧♧


"BRENGSEK kau, Oh Sehun!"

Oh Sehun mengernyitkan dahi, menurunkan ponsel pintar dari telinga sehingga ia bisa melihat layar ponsel untuk meyakinkan bahwa pemilik lengking nyaring bak wanita di seberang sambungan benar-benar Kim Jongin,.

Sehun mendecakkan lidah, kemudian kembali menempelkan ponselnya di telinga ketika mendapati nama Big Boss tertera di layar ponselnya, sementara di seberang suara nyaring Kim Jongin masih terdengar. Mengumpatinya.

"Hei, Bos, tenanglah." Sehun akhirnya berujar setelah menunggu selama beberapa detik dan mendapati rentet oceh Bosnya tersebut masih berlanjut. "Kembalikan baritonmu. Itu lebih enak didengar, Bos."

Dengusan Kim Jongin terdengar dari seberang. "Sialan kau. Kau sengaja mematikan ponselmu, ya? Kubilang datang pukul sembilan. Sem-bil-an. Bagian mana dari kata tersebut yang terlalu sulit untuk kaupahami, heh?"

Sehun hanya terkekeh mendengarnya, kembali menyesap sedikit macchiato panas. Pandangannya kini berada pada Rolex hitam yang melilit pergelangan tangan kirinya, kemudian beralih pada mobil-mobil yang bergerak selamban siput di jalanan dari balik jendela kaca besar.

Ada kecelakaan parah di salah satu persimpangan besar menuju Seocho gu. Sebuah truk semen kehilangan kendali dari arah jalan tol dan menabrak mobil-mobil di persimpangan.

Sialnya kecelakaan tersebut terjadi saat jam berangkat kantor bagi sebagian besar penduduk kota Seoul, menyebabkan kemacetan parah di jalan-jalan yang terhubung pada persimpangan tersebut, termasuk gedung perusahaan konstruksi tempat Sehun bekerja.

Alih-alih mencari jalan pintas untuk mencapai kantor dengan cepat dan tepat waktu, Sehun malah memutuskan untuk mampir ke sebuah gerai Starbucks 24 jam di sisi jalanan. Mencari jalan pintas, seperti yang orang-orang lakukan, akan menyebabkan kemacetan semakin menjadi.

Jadi Oh Sehun memutuskan untuk menunggu dengan manis dengan segelas macchiato panas.

Sayang sekali Big Boss-nya yang angkuh di seberang tidak sepemikiran dengannya, memutuskan untuk terus menerus menghujami Sehun dengan berbagai omelan yang sejujurnya tidak penting—karena Sehun tidak akan peduli.

Hanya saja lama kelamaan suara Kim Jongin yang seperti perempuan itu membuat Sehun merasa jengah. Duh, bosnya ini begitu berisik.

"Apa kau tidak lihat ada kecelakaan parah di persimpangan besar menuju kantor?"

"Yah, aku tahu. Apa coba yang dilakukan truk semen di jalanan kota pagi-pagi begini?”

Sehun mendesah pelan ketika Kim Jongin malah meruntuki truk semen tersebut. Serius, bosnya yang angkuh ini jadi lebih cerewet dan sensitif akhir-akhir ini. 

T

adinya Sehun memaklumi karena ia tahu alasan pasti kenapa katup bibir Kim Jongin terbuka beratus kali lebih sering dibandingkan biasanya, tapi kini itu semua menjadi begitu mengganggu.

Lady?”


“Oh sudahlah, itu bukan urusan kita, yang jelas kita benar-benar beruntung Lee Donghae juga tidak bisa keluar dari hotel karena macet. Kita akan menunda meeting-nya sampai kemacetan terurai.”

Sehun memutar iris hitamnya dengan jengkel. Kenapa Kim Jongin tidak mengatakannya dari awal dan membuat semuanya jadi mudah?

“Sebaiknya kau bilang kalau meeting itu ditunda sebelum ocehanmu itu, Bos.”

Di seberang Kim Jongin mendesah. “Aku sedang mengajarkan dirimu bagaimana sikap seorang pegawai teladan yang seharusnya—tepat waktu.”

Sehun mendengus tak percaya. “Katakan itu pada wajah bodoh yang kaulihat di depan cermin.”

“Aku Bos, Oh Sehun, kalau kau lupa.” Oh, yah, dia bosnya. “Lagipula bukankah kau tinggal di Galleria? Jalan dari utara lancar, Sialan. Kau dan keberuntunganmu seharusnya dapat membuatmu tiba di kantor jauh lebih cepat dibandingkan yang lain. Kau cuma cari alasan, 'kan?”

“Tidak ada kata beruntung ketika orang-orang mati di luar sana sementara kita di sini sibuk memsicarakan hal-hak yang tidak penting.”

Kim Jongin mendecakkan lidah. "Wah, wah, sepertinya kau juga mengalami kecelakaan pagi ini. Apa yang menimpa kepalamu? Crane? Well, aku tidak peduli, yang jelas kau harus sampai di kantor sesegera mungkin jika tidak ingin dipecat, mengerti? Bye!"


Sehun mendesis dan menurunkan ponsel dari telinga ketika Kim Jongin memutus sambungan mereka secara sepihak.

Casual Affair [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang