00

12.9K 481 7
                                    

"Halo?" sapa dia.

Aku hanya bisa nyengir kuda dan memasang sabuk pengaman. Setelah itu, aku merasakan mobil bergerak, berjalan membelah angin malam yang terasa dingin di kulit ketika aku menunggu dia.

"Kamu imut. Lebih ganteng aslinya daripada di foto."

Aku merasa ada yang janggal dengan pemakaian dua kata sifat yang dia pakai. Jadi, aku imut apa ganteng, nih? "Makasih. Mas juga," balasku.

Dia tersenyum lebar. "Makasih. Jadi, sekarang kita mau kemana? Kamu belum makan, kan?"

Aku menggeleng. "Aku beneran abis pulang dari kerjaan dan belum ngapa-ngapain. Maaf kalau aku kelihatan kucel banget."

Dia terkekeh. Dia tipe ekstrovert yang tidak akan malu-malu memamerkan deretan gigi putih tulangnya yang rapi. Dan tanpa aku duga, dia mengelus rambutku. "Kamu kok lucu, sih? Nggak masalah kalau kucel apa enggak, kok. Apa adanya lebih bagus."

Aku tertawa garing di dalam hati, sekaligus deg-degan karena baru pertama kali ini aku dielus kepala sama orang yang baru pertama kenal. "Oh, ya. Namanya siapa?" tanyaku.

"Aku pakai nama asli buat ID, kok. Inget, nggak?" tanya dia balik.

"Angin?"

"Bayu."

"Aaah! Bisa. Bisa." Aku mengangguk beberapa kali sambil menghubungkan arti nama Bayu yang memang berarti angin.

"Kalau kamu namanya siapa? ID kamu anti air gitu punya nama asli siapa?" tanya dia sambil menatapku intens.

"Argya. Itu artinya air. Dan aku malah alergi sama air dingin. Jadi, aku punya ID anti air."

Dia tertawa. "Aku pikir kamu itu anti udara. Soalnya air kan artinya udara. Jadi, kamu nggak akan anti sama aku. Malah makin lengket."

Tak kupungkiri, aku ikut tertawa. "Bisa. Bisa jadi."

Malam itu, aku mulai mencoba untuk membuka hati untuk orang lain, ketika aku tidak boleh berharap pada seseorang yang takut untuk membuka hati untukku.

[]

Love Me HarderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang