Arkhan sudah bersiap-siap ingin sekolah,ketika Bunda berteriak dari bawah.
"AR,CEPET KESINI."
"Iya Buun,bentar." Arkhan berlari menuruni tangga dan mendapati Bunda sedang menggendong Rani,disekujur tubuh bocah itu dipenuhi ruam merah."Rani kenapa Bun?"
"Ini gara-gara kamu.Cepat antar bunda kerumah sakit."
"Tapi Arkhan mau ke sekolah Bun,hari ini kan Olimpiade Kimia."
"Ar! Lo tega ngebiarin Rani kayak gitu! Ini kan juga gara-gara lo!" bentak Shila.
Arkhan langsung menyiapkan motor dan melaju ke rumah sakit.
"Shil gue sekolah ya." ijin Arkhan ketika Rani sudah mendapat penanganan medis.
"Lo disini aja temenin Bunda,lo nggak lihat Bunda daritadi nangis." Shila menunjuk ke arah Bunda Iva yang terduduk didepan ruang UGD.
"Tapi hari ini gue olimpiade Shil,nggak ada yang bisa gantiin gue."
"Lo lebih mentingin Olimpiade daripada Bunda lo?" Shila menatap Arkhan tajam. "Terserah lo deh,pergi sana."
Arkhan berdiri kaku di tempatnya.Jika ia pergi tentu saja Shila akan mengira ia tak peduli pada keluarga namun, jika ia tidak pergi bagaimana nasib Reyhan,cowok itu sudah mengharapkan ia datang.Olimpiade itu sangat penting bagi Reyhan.
Akhirnya Arkhan memutuskan untuk tetap di rumah sakit.Sebelum itu ia mengabari Reyhan terlebih dahulu.
Arkhan: Rey,sorry gue nggak bisa ikut olimpiade.
Reyhan : Lo cari mati! Gue nggak mau tahu,lo harus kesini 10 menit lagi kita berangkat.
Arkhan hanya memandangi handphone nya tak ada niatan untuk membalas pesan Reyhan.
Reyhan : Lo beneran tega ya Ar,kita udah temenan lama,tapi lo sekali aja nggak pernah mau nolongin gue.
Reyhan : Lo lebih milih nemenin Shila,lo bakal liat nanti bahwa cewek itu nggak pernah menganggap lo apa-apa!
Arkhan menjambak rambutnya frustasi,ia mematikan handphone nya tak peduli jika Reyhan sedang berusaha menghubungi cowok itu.
Dia menatap sekitar,tepat beberapa meter dari tempatnya duduk,terlihat Shila sedang menenangkan Bunda,Arkhan menghampiri mereka.
"Bun,udah berdo'a aja supaya nggak terjadi hal buruk sama Rani." Bunda mengangguk namun air mata masih turun deras dari matanya.
Arkhan beralih ke Shila."Shil lo pulang aja,istirahat lo masih pemulihan kan."
Shila berdiri,dia memang ingin tetap berada disini,tetapi tubuhnya tidak berpihak daritadi ia merasakan pusing.
"Gue pulang ya Ar,jagain Bunda Iva," ucap Shila yang dibalas anggukan kepala oleh Arkhan.
***
Tak...tak...tak....Shila memukul ganas orang yang tiba-tiba masuk kerumahnya dengan Teflon.
"Heh...rasain lo seenaknya masuk rumah orang tanpa permisi," teriak Shila.
"Shil...Shila ini gue...astaga" ucap orang itu sambil menghindari pukulan dari Shila.
Merasa kenal dengan suara orang tersebut,Shila menghentikan pukulannya lalu ia menyalakan lampu. Ruangan yang tadinya gelap kini berubah jadi terang. Di depannya terlihat seorang lelaki jangkung sedang memegangi kepalanya yang daritadi terkena amukan Shila.
"Reyhan?" Shila menatap pria didepannya heran."Ngapain lo disini?"
"Mau maling," jawab pria itu asal."Gue mau ngomong lah sama lo Shil," ucapnya lagi ketika melihat Shila melotot kearahnya.
"Kan lo bisa ketuk pintu dulu."
"Masa kerumah sepupu sendiri harus ketuk pintu." ucap Reyhan santai sambil menuju ke sofa.
"Mau ngomong apa?" Shila melipat kedua tangan didepan tubuhnya.
"Soal Arkhan." Nada suara Reyhan berubah serius.
"Arkhan? Kenapa lagi dengan dia."
"Gue minta lo jauhin Arkhan."
Shila menaikkan sebelah alisnya."why?"
"Lo membawa pengaruh buruk buat dia." Reyhan berhenti sejenak untuk menatap ekspresi kaget dari Shila. "Buktinya tadi dia nggak datang Olimpiade,gue tahu itu pasti karena lo."
Ah ya,pasti karena hal itu Reyhan sengaja datang kerumah Shila.Lagi-lagi Shila harus mengubur jauh harapannya,ia pikir Reyhan datang untuk menengok atau menemaninya.
"Lo tahu kan Shil,Mama berharap banget gue bisa jadi seorang profesor,ilmuwan atau apapun itu," kata Reyhan tak mempedulikan wajah Shila yang tiba-tiba berubah sedih.
"Iya gue tahu,lalu apa hubungannya sama gue?"
"Arkhan itu guru gue Shil,Bos gue, karena dia gue bisa jadi sepintar ini sekarang.Semenjak ada lo dia udah nggak pernah lagi ngajarin gue." Reyhan berhenti sejenak. "Kenapa sih lo selalu membawa pengaruh buruk ke orang-orang?"
"Maksud lo?"
"Pertama Kakek,entah dengan cara apa lo menjilat dia sampai mau kembali ke rumah dari panti jompo dan itu merepotkan banyak orang di rumah.Kedua Mama gue,dia selalu muji lo bilang kalau Shila hebat berani ngambil resiko masuk jurusan ips padahal keluarga kita semua berasal dari anak ipa dan tentu itu menjadi pukulan keras buat gue,gue udah mohon berkali-kali supaya gue boleh nentuin impian gue sendiri tapi dia maksa gue buat masuk Ipa,what the hell."
Susah payah Shila menahan butiran air yang mendesak keluar dari matanya."Seburuk itu kah gue di mata lo."
"Menurut lo? Gue mohon sama lo Shil jauhi Arkhan gue butuh bantuan dia untuk meningkatkan nilai gue dan dengan hadirnya lo keinginan gue nggak akan terwujud."
Shila hanya diam,tak menggangguk ataupun menggeleng,ia masih mencerna baik-baik ucapan Reyhan.
"Ini terakhir kalinya gue minta sama lo Shil,kalau lo nggak ngejauhin Arkhan tunggu aja apa yang bakal gue lakuin buat hubungan kalian," kata Reyhan lagi dengan nada suara mengintimidasi.
"Oke gue bakal lakuin,tapi nggak sekarang, Arkhan bakal curiga kalau tiba-tiba gue ngejauhin dia,mungkin gue harus menjauh dari dia pelan-pelan."
"Ya terserah lo,yang penting lo menjauh dari Arkhan.Gue mau pulang,selamat malam sepupu gue yang manis." ucap Reyhan sumringah.
Shila mengantar Reyhan sampai ke depan pintu,ia berdiri disana sampai punggung Reyhan menghilang diujung gang.Mungkin Shila memang harus menjauh dari Arkhan,hal itu sudah ia coba dari dulu namun,ia tak pernah bisa melakukannya dengan kehadiran Reyhan di rumahnya ia jadi punya alasan kuat untuk menjauhi Arkhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
lelah
Teen FictionMencintai Arsylia bukan lah hal sulit bagi Arkhan,yang sulit itu adalah saat dia mengetahui alasan dibalik penolakan Arsylia. Gadis itu selalu terlihat ceria,membantu banyak orang seperti tidak memiliki beban.Namun ada satu hal yang ia sembunyikan d...