Part 15

3.5K 222 0
                                    

"Dan demi Tuhan, setiap embun membina satu peristiwa sulit. Namun, itu tak seberat mata yang ingkar janji pada malam. Berbisiklah di detik-detik tidurmu tentang ada apa esok hari_ DANI AL PRATAM"
____

Nadrah mendekati Dela, lalu meraih anak perempuan di gendongannya.
Dipeluk dan diciumi anak itu dengan air mata membening.

Dela yang melihat Nadrah memperlakukan anaknya seperti itu, mendelik pada suaminya dan Miko secara bergantian. Wajah cantik itu menyiratkan sesuatu yang cukup membuat Erlan dan Miko jadi ciut nyalinya.

Dela memberi isyarat kepada Erlan agar segera  ke teras. Nalurinya sebagai psikiater, mengatakan telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap Nadrah.

Erlan tidak berani membantah istrinya. Dela kalau sudah menginginkan sesuatu, bisa panjang masalahnya kalau tidak dituruti. Dia segera mengikuti Dela yang sudah keluar lebih dulu.

Di teras, mereka tampak sedang membicarakan hal serius. Dari gerak-geriknya, Dela tampak sedang marah.

Sementara itu, Miko mengawasi Nadrah yang masih memeluk Aurel, anak Dela dan Erlan, yang juga keponakannya. Miko kesal. Sudah sebulan dia menyekap Nadrah, tapi wanita itu belum juga bisa melupakan anaknya. Tangan Miko terkepal dengan wajah membeku. Sepertinya emosi pria itu akan meledak andai Dela dan Erlan tidak ada di rumahnya.

Miko hendak mendekati Nadrah, tapi langkahnya terhenti saat Dela masuk kembali dengan ekspresi yang membuat jantung Miko berdetak sangat cepat. Di belakang Dela, Erlan mengekor dengan bibir terkatup rapat.

Erlan baru saja menerima semburan lahar dari Dela setelah mendengar semua ceritanya. Sebagai dokter dan sahabat Miko, dia tau banyak soal kehidupan sepupu istrinya itu. Termasuk apa saja yang telah Miko lakukan terhadap Nadrah.

"Miko! Mbak mau bicara!" kata Dela dengan suara agak tinggi.

Dela sejenak memperhatikan Nadrah yang masih asyik dengan Aurel, anak perempuannya yang mungkin seuasia dengan anak Nadrah. Dari cerita suaminya, dia tau kenapa Nadrah bersikap seperti itu saat melihat Aurel tadi.

"Sekarang, Miko!" Dela sedikit membentak.

Nyali Miko mengkerut melihat kemarahan di wajah cantik sepupunya. Dia melirik Erlan, minta penjelasan. Dia melihat Erlan mengangguk dengan wajah bersalah,mengisyaratkan bahwa Dela tau semuanya.

"Sialan Erlan. Sama istri saja takut" batinnya.

Tapi Miko sendiri sebenarnya takut dan segan pada kakak sepupu yang dia kenal sangat tegas sejak dulu. Sedikit ragu, dia mengikuti Dela menuju ruangan kerjanya.
___

Begitu tiba di ruangan kerja, Miko mendapat tamparan keras dari Dela.
"Apa yang sudah kau lakukan, hah?" pekik Dela dengan emosi yang tak tertahan, "kau sudah menghancurkan hidup wanita yang tidak bersalah kau, tahu?" Dela kelihatan gusar.

Miko mengernyitkan alis mendengar kata-kata Dela. Tidak bersalah? Apanya yang tidak bersalah? Nadrah penyebab hubungannya dengan Joe jadi buruk. Karena wanita itu, adiknya meninggal. Dan sebab dia pula, ayahnya jadi lumpuh karena shock kehilangan putra, lalu meninggal 7 bulan lalu. Kesalahan wanita itu sangat besar.

"Mbak tidak tau apa-apa tentang Nadrah. Dialah yang ...." kalimatnya tidak tuntas karena sekali lagi tamparan keras mendarat di pipinya.

"Mbak sangat mengenalnya. Dia gadis baik. Dia sangat mencintai Joe, hingga harus dirawat oleh psikiater karena jiwanya terguncang. Mbaklah yang merawatnya waktu itu."

Nada Dela melemah. Air matanya mengalir mengenang bagaimana depresi dan hilangnya semangat hidup Nadrah 5 tahun lalu.

"Apa?"

Miko bagai disambar petir mendengar cerita Dela tentang Nadrah, yang tidak pernah dia ketahui.

"Itu benar, Mik. Kau telah dibutakan oleh dendam dan kebencian tanpa mencari tau apa yang terjadi sebenarnya. Kau bahkan memperkosanya dan memisahkan dia dari anaknya, Mik."

"Astaga! Apa yang telah aku lakukan?" gumam Miko.

Dia tidak lagi mampu berdiri tegak. Tubuhnya kini tersandar di tembok.

"Kau benar-benar telah merusak kehidupan Nadrah! Apa yang akan terjadi, saat dia tau bahwa dia telah dipaksa menikah dengan orang yang telah merusak hidupnya?" Nada Dela semakin gusar. Dia memijat pelipisnya.

Miko terduduk di lantai. Wajahnya pias. Dia telah melakukan kesalahan besar terhadap karena dibutakan oleh kebencian yang salah alamat.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan, Mbak? Dia akan sangat membenciku seumur hidupnya," lirih Miko dengan air mata yang tergenang.

"Untuk saat ini, jangan bilang apa-apa. Perlakukan dia dengan baik, dan kembalikan anaknya. Mbak dan Erlan akan berusaha mencari jalan keluar."

Setelahnya, Dela meninggalkan Miko yang menangisi penyesalannya. Ditemuinya Nadrah di ruang tamu yang sedang bermain dengan Aurel.

Tanpa berkata apa-apa, langsung didekati dan dipeluknya wanita muda yang pernah jadi pasiennya itu.

Nadrah menangis dalam pelukan Dela. Dia kembali teringat masa lalunya, dan juga Joe.

"Kamu keliatan kurusan sekarang, Nad," kata Dela dengan air mata berlinang.

"Hidupku tidak beruntung, Mbak. Allah selalu memberikan penderitaan padaku. Mungkin ini hukuman atas kematian Joe," isak Nadrah.

"Hush, jangan bilang seperti itu, Dik. Allah tidak pernah memberikan cobaan di luar kemampuan hamba-Nya. Dia sayang padamu, sehingga memberikan banyak cobaan agar kamu menjadi wanita tangguh."

Ingin rasanya Dela mengatakan pada Nadrah bahwa semua kemalangan yang dia alami itu adalah perbuatan adik sepupunya. Tapi sebagai seorang psikiater, dia sadar bahwa keduanya adalah korban dari keadaan.

Jika dia menceritakannya sekarang, mereka hanya akan terus berada dalam lingkaran dendam yang tiada akhirnya.

"Nad, Miko itu sahabat dari Erlan,  suamiku. Jadi kami sering ke sini kalau ada waktu."

Dela tidak yakin, apakah menyembunyikan semua fakta tentang Miko saat ini adalah jalan terbaik. Tapi melihat kondisi Nadrah, dia tidak ingin Nadrah kembali terpukul. Belum saatnya untuk membongkar semua kebenarannya.

Nadrah mengangguk mendengar penjelasan Dela. Tanda tanya yang terputar di benaknya sejak tadi, kini terjawab oleh penjelasan Dela. Dia berharap, kedatangan Dela ke ruamh Miko adalah jalan terang baginya.

"Kamu yang sabar ya, ngadepin Miko. Walau beruang kutub itu kadang bersikap mengesalkan, tapi  sebenarnya dia baik, kok. Diam-diam suka merhatiin orang." Nada Dela sedikit menyindir melihat Miko kembali ke ruang tamu.

Erlan yang sedang duduk di sofa, dan diam-diam menyimak pembicaraan kedua wanita itu, menahan tawa mendengar ucapan istrinya. Sementara Miko menunduk dengan mata agak memerah.

Nadrah mengerutkan alis. Miko habis menangis? Dia kenapa? Tanya itu tiba-tiba buyar saat telepon rumah di ruang keluarga berbunyi.

Bi Ina yang baru saja  menerima telepon, tergopoh-gopoh menuju ke ruang tamu. Wajahnya memucat dan diliputi kecemasan. Lidahnya terasa kelu tidak mampu menyampaikan berita yang dia terima dari si penelepon.

"Bik, ada apa?"

Semua yang ada di ruangan itu bingung melihat kelakuan Bi Ina yang hanya menangis. Ada apa sebenarnya?
------

Senandung Cinta NadrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang