Hari ini adalah hari tersial bagi Agatha. Bagaimana tidak, guru matematika killer mengadakan kuis dadakan ditambah lagi pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling agatha benci dan bertepatan pelajaran tersebut adalah pelajaran di jam terakhir dan mengakibatkan korupsi waktu yang seharusnya para murid pulang jam 16.00 akhirnya pulang pukul 16.30 , ditambah lagi agatha masih dendam kesumat dengan langit rasanya amarahnya masih belum terlampiaskan.
"Ah mimpi apa sih gua semalem, sial banget hari ini ditambah lagi kuis dadakan matematika pula. Tahu bulat sih enak digoreng dadakan lah ini kuis , ditambah lagi si langit keparat yg sok cool ala - ala tsundere itu bisa mati muda gua duduk sama dia"
Agatha pun mendengus kesal sembari bergumam sendiri ia berharap dengan bergumam bisa mengurangi beban hati dan pikirannya yang sedari tadi ia tahan
"Oh iya lupa belum sms bokap gua udah pulang minta jemput," agatha pun mengeluarkan benda pipih yang sedari tadi terletak didalam saku rok nya
"Lu belum pulang ?"
Tegur salah seorang yang memiliki suara agak berat namun suaranya begitu menyejukan , suara itu tampak tidak asing ditelinga agatha
"Ngapain lu disini ? Sok pake basa - basi segala," Agatha sembari menoleh kebelakang mengarahkan wajahnya kepada sang pemilik suara khas tersebut, kemudian ia kembali memalingkan wajahnya
"Gua nunggu dijemput, lu sendiri ngapain ?"
"Nungguin bokap," singkat namun ada suatu kejengkelan yang masih agatha simpan dalam hatinya
"Oh."
"Oh doang jawabannya ? gak ada rasa bersalah gitu ? atau enggak basa - basi nanya 'lu marah sama gua ?' , dasar cowok so cool,"agatha pun mendumel dalam hatinya mengenai sikap langit yang sangat dingin dan kurang peka itu
"Eh jemputan gua udah dateng, mau bareng gak ?"
"Eh ?," Agatha pun terbelalak mendengar tawarannya langit kemudian ia menoleh ke belakangnya , bisa saja langit menawari tumpangan kepada orang lain dan bukan dirinya
"Gua nawarin ke lu , emang lu kira kesiapa lagi ? disini cuma tinggal kita berdua yakali gua nawarin ke setan, ayo naik"
Agatha mendengus
"Kenapa ? Bilang aja ke bokap lu gua anter lu sampai rumah, bokap lu pasti gakkan marah"
"Yaudah deh"
"Pak anter saya ke taman sendu"
"Baik tuan"
"Ngapain ke taman udah mau malem gini ?"
"Gua mau latihan teater bentar, lu mau nunggu kan ? Kalau kagak mau entar gua tinggal minta Pak Yuda supaya nurunin lu ditengah jalan" jawab ketus Langit kepada agatha yang sembari memainkan layar ponselnya yang tatapannya tidak beralih dari benda pipih itu
Agatha pun mendengus
"Yaudah"
"But the why kenapa sih lu latihan teater di taman ? , kan bisa latihan di gedung serba guna sekolah kita dari pada latihan ditaman"
"Kita emang selalu latihan disana tapi kadang latihan di gedung serba guna itu jadi selang - seling karena ya bosen aja latihan ditempat biasa jadi udah keputusan bersama untuk latihan sambil menghilangkan penat"
"Oh gitu"
"Belok ke arah kanan ya pak, abis itu lurus aja entar juga kelihatan tamannya"
"Baik tuan"
"Dibalik sisi dinginnya si langit ada sisi lembutnya juga ya , misterius," Agatha pun berkata dalam hatinya , hal yang dilakukan langit membuat ia melupakan kejengkelannya kepada langit yang sedari tadi hampir meledak
YOU ARE READING
Langit
Ficção AdolescenteApakah kamu pernah memendam perasaan kepada seseorang ? apa yang akan kamu lakukan ? apakah kamu akan mengungkapkannya ? atau membiarkan ia tersimpan rapat bertahun - tahun dalam suatu map yang tersusun rapih kemudian ditaruh dalam suatu lemari ya...