P R O L O G

108 22 22
                                    

"Waktu itu kumohon padamu untuk jangan pergi. Namanya manusia, lebih menantang melakukan sesuatu yang dilarang daripada yang dianjurkan."

-Kami yang ditinggalkan 

. . . . .

V a c i l l a t e

Kami terdiam, hanya suara hujan yang memenuhi tempat ini. Mata kami bertemu, aku melihatnya lagi setelah sekian lama. Tak pernah sekalipun terpikirkan untuk bertemu, apalagi di tempat ini, disituasi seperti ini. Ku coba mendekat ke arahnya, menepuk pundaknya yang mencoba untuk tegap. Ku tarik bibirku berusaha tersenyum untuknya sekali lagi. Setelah hari itu sudah tiga tahun lamanya senyum ini mengembang sekali lagi. Ku pegang tangannya, "aku turut berbelasungkawa," hanya itu yang bisa kuucapkan.

Kadang kita harus melupakan luka yang membuat kita tertinggal di belakang. Luka yang tercipta menahan kaki yang hendak bergerak meninggalkan kenangan yang semakin mengoyak luka dalam.

Tetapi tetap saja masih ku di sini diikat oleh ratusan potret kenangan yang menstimulus otak untuk menghapus memori yang tak perlu diingat. Bahkan menghambat hati untuk berpindah, bahkan menyembuhkan pun tak bisa.

Hingga cinta lain itu datang. Ku harap, hati akan berpihak padaku.

Kintan Aninda

Cerita ini mungkin bisa membuat kalian jatuh,  lalu diajak bangkit,  bahkan diterbangkan terlalu tinggi

-Salam Pong Kuadrat 🐼🐼

VacillateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang