Love, was made for me and you

3K 240 75
                                    

-A Story About L.O.V.E-

.

.

100 DAYS LOVE

-Biancadeo-

.

Love, was made for me and you

.

Pria putih yang berdiri dengan nampan menjadi begitu rapuh, ia sama sekali tidak bergerak ataupun berusaha menghindari lemparan. Dyo mulai menunduk guna menyembunyikan air mata, perlahan ia meletakan nampan dengan gemetar diatas marmer, setelahnya tanpa sepatah kata apapun Dyo pergi, tubuh itu menjauh dan tidak lagi terlihat mata.

Hati Jongin patah menjadi bilah kecil.

Hati Dyo melebur, tak lagi bersisa.

---

Sudah lewat satu minggu semenjak hari terakhir Dyo melangkah tanpa sepatah katapun, meninggalkan Jongin dengan amarah yang masih membara. Kini Jongin berdiri dihadapan cermin, memandangi bagaimana menyedihkan dirinya selama tujuh hari ini. Ia tidak masuk sekolah dan hanya mengurung diri dikamar, berita tentangnya memang sudah teredam, namun tetap saja ada beberapa mulut sialan yang masih terus menempa opini publik. Beruntung ayah Jongin sedang berada diluar Negeri dan para pelayan cukup baik dalam tutup mulut sehingga berita ini tidak sampai terdengar oleh sang ayah.

Hari ini Jongin berpikir untuk mulai masuk sekolah, bagaimanapun ia harus menghadapi mulut biadap para pemangku media sosial, ia tidak menjadi takut karena tentu saja— siapa yang berani melawannya jika nama sang ayah sebagai pemilik sekolah masih bisa dibanggakan.

Jongin menyambar ponsel diatas nakas, seragam rapih membalut tubuh indah miliknya dan kunci mobil ada ditangan. Ia memilih untuk mengendarai sendiri kali ini, entah apa yang menjadi. Sejenak Jongin melirik pada layar ponsel, Dyo sama sekali tidak menghubunginya. Tentu saja karena itu permintaannya, apa yang dirasa Jongin saat ini adalah hampa. Berulang kali selama terkunci kamar ia mendapati dirinya mengharapkan telfon dari Dyo, namun segera ia urungkan karena menurutnya kali ini menjauh sementara adalah yang terbaik. Jongin merasa salah menaruh perasaan lebih pada pria itu dan apa yang ia harapkan saat ini adalah, segera rasa itu menghilang menjadi buih yang kasat mata, karena bagaimanapun rasa itu menyiksa dan Jongin teramat tidak menyukainya.

---

Jongin mengabaikan bagaimana manik dilorong terus memperhatikan setiap langkah, bisikan demi bisikan mampir pada gendang telinga dan mimik wajah penasaran yang mengiringi. Lelaki itu menghembus nafas panjang sebelum maniknya menemukan sosok Jumyeon diujung lorong, melambaikan sebelah tangan dan memberi isyarat pada Jongin untuk mendekat.

"akhirnya kau keluar kandang bung!" Jumyeon memberi sapaan, menepuk ringan punggung Jongin sebelum setelahnya menggiring pria itu menuju ketiga teman lainnya.

"abaikan mereka Jongin, mereka hanya iri" Minseok berucap begitu Jongin mendudukan diri pada bangku tepat disamping.

"kupikir kau akan betah sebulan didalam istanamu" itu adalah Luhan dengan nada sinis dan senyum setengah miring. Jongin diam sejenak, menutup mata kemudian menghela nafas, ia berucap pelan

"aku bisa mati karena bosan"

"kau kemari hanya untuk mencari masalah" Kris menyesap minumannya setelah berucap

"hey, kau selalu meminum kopi setiap saat!" Luhan menoyor puncak kepala Kris disebelah, merebut kotak kopi dari tangannya. Kris merespon dengan lamban, ia menatap beringas Luhan sebelum kemudian ikut berucap keras

100 DAYS LOVE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang