-A Story About L.O.V.E-
.
.
100 DAYS LOVE
-Biancadeo-
.
EPILOG
.
Warna bola salju sedikitnya membuat noda pada sepatu yang telah disemir rapih. Langkah menyisakan jejak teratur dan udara putih melingkupi. Pohon hias berjajar pada jalan terang dan hangatnya toko roti dipinggiran menyajikan cerita indah. Cinta selalu menjadi tokoh utama, tersaji diantara hati yang enggan mengakui bagaimana rasa itu telah lama bersemayam. Tembok besar penggalang menjadi setipis kain putih, tidak peduli apapun yang kasat mata akan menjadi jelas terlihat.
Ini adalah malam natal, segala sesuatunya berubah menjadi bingkisan berpita dan nyanyian gereja. Warna merah serta senyum lebar menyapa dengan riang, aroma kue dan hangat perbincangan ikut pula menyamankan suasana. Ini adalah momen yang lama dinantikan, bersama dengan orang tersayang merajut kasih yang kian tak terhingga.
Dua orang dengan mantel tebal mengitari jalanan ramai, terjebak diantara hiruk-pikuk perayaan serta gemerlap lampu hias. Senyum cerah tak lepas dari sudut bahkan saat salah satu dari keduanya nyaris tersedak minuman. Menemukan Dyo berdiri diatas panggung megah dengan iringan orchestra dan decak kagum dari banyak peminat tentu menjadi kado terindah bagi Jongin. Si Pria putih terus menyajikan senyum hati serta sirat kesan bahagia, maniknya berkilau berpadu dengan terang lampu kota.
Ada banyak hal yang ingin dijabarkan oleh Jongin, namun mengingat keduanya baru bertemu setelah sekian lama, Jongin masih berusaha agar tidak terlalu berlebihan dalam mengumbar bahagia.
Kali ini keduanya memilih untuk duduk, menunggu waktu tengah malam di pada rerumputan dekat keramaian kota. Orang-orang berfoto dan berbagi cerita, malam indah untuk hati yang sedang berbunga. Sejujurnya, Jongin mendapati wajah lesu Dyo sesekali, mungkin pria itu lelah atau semacamnya. Suasana disekitar menjadi lebih padat, ini sudah hampir tengah malam dan kilat kembang api bersiap untuk dinyalakan. Jongin mendapati pria disamping menunggu dengan harap, Dyo dengan gerak cepat berdiri saat langit menyajikan berbagai kilat warna dan suara ledak keras.
Jongin berfokus pada perubahan wajah pria disamping, ini menakjubkan mengingat saat keduanya masih terjebak dalam seragam sekolah Dyo begitu dingin, maniknya terkadang kosong dan senyum paksa lebih kentara. Kali ini mimik itu terus berubah, seruan keras keluar dari pita suara, maniknya lebar penuh minat, rona merah pada kedua pipi, bahkan kedua telapaknya bertepuk tangan senang.
Saat Jongin tidak ada niat untuk memperhatikan objek lain selain pria disamping, tanpa peringatan Dyo menoleh kearahnya. Manik keduanya saling menangkap jelas dibawah kilat api pada langit tua, Dyo berhasil menangkap manik gelap Jongin dari jarak terdekat. Setelah penantian yang terasa tak berujung, pada akhirnya Dyo merasakan nafas Jongin merayap sampai pada kulit terluar, hidung lancipnya berhasil bersentuh lembut dengan milik Jongin, bibir keduanya hanya dibatasi oleh angin tipis. Pria yang lebih putih sadar bahwa Jongin memutuskan untuk maju, menghilangkan jarak yang tersisa. Namun tanpa sadar Dyo memilih mundur, mendorong pelan Jongin tepat di pundak. Pria yang terdorong diam sejenak, maniknya memberi tatap kecewa.
Jongin melangkah mundur dua langkah, membiarkan Dyo menarik nafas dalam. Sejenak Jongin merasa ada yang salah dengan pria dihadapan, mimiknya menjadi dingin dan tidak bersahabatan. Kilat kembang api dilangit berhenti dan wajah pria yang lebih putih mulai kembali meredup. Ini adalah pencahayaan yang kurang namun cukup jelas untuk Jongin melihat senyum miring dari sisi sudut bibir hati milik pria itu, ia ingat bahwa sama sekali tidak menyukai Dyo dengan senyum semacam ini. Kemudian dengan cepat Dyo berbalik, berjalan lurus tanpa menoleh kebelakang sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
100 DAYS LOVE (END)
FanfictionKetika si Arogan Jongin terlibat dalam cerita cinta 100 hari dengan penyanyi papan atas. Ketika Jongin digilai oleh seorang biseksual. Ketika Jongin mulai jatuh cinta, dan ketika Jongin terlalu bodoh untuk melepas.