Chapter 1. Yes, I'm Vira

4.9K 68 1
                                    

Matahari terik bersinar pada pukul 1 siang ini. Beberapa mahasiswa yang baru saja keluar dari area kampus setelah melaksanakan perkuliahan menampakkan ekspresi yang beragam. Paling banyak berwajah muram, risau, dan semakin kesal karena panas yang menyengat tubuhnya. Begitupun yang dirasakan Selvira Indriani, mahasiswi semester 2 Jurusan Teknik Sipil dengan tabung berisi gulungan gambar struktur bangunan dipunggungnya. Tugas itu baru saja diasistensi oleh dosennya. Lebih dari 3 gambar harus dibuat ulang. Ditambah lagi, progress praktikum Survey dan Pemetaan yang akan melambat karena kesalahan plot yang ia lakukan di lembar milimeter block. Stres ditambah panas yang menyengat hanya untuk melintasi parkir merupakan kombinasi yang mengerikan, bukan?

"Vira!!"

Oh, tidak hanya itu. Panggilan nyaring temannya membuat Vira berniat kabur saja dari sana. Namun belum sempat menunggangi motornya, seorang gadis kuncir kuda menepuk bahunya dan menyerahkan sebuah surat.

"Ada undangan khusus dari UKM Survey dan Penelitian Sosial untukmu, nih."

Mengangkat sebelah alisnya, Vira pun mengambil amplop tersebut lalu menelitinya sebelum memutuskan untuk membukanya―ia cukup penasaran dengan isinya. Matanya bergeriliya menelanjangi isi surat tersebut sehingga membuat gadis yang memberi surat itu juga ikut penasaran.

"Ada apa, Vir? Apa isi suratnya?"

Gadis berkacamata ini pun menoleh pada temannya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Darimana kau mendapatnya?"

"Kebetulan seseorang bertanya tentang ruangan yang biasa dipakai mahasiswa Teknik Sipil ketika berada di depan gerbang. Ketika kutanya balik, ia hanya ingin menyampaikan surat ini padamu. Ya sudah, aku saja yang mewakilinya. Memang apa sih isinya? Jangan buat penasaran dong."

"Aku diundang mengikuti recruitment anggota baru UKM Survey dan Penelitian Sosial. Aku juga diminta menghadiri pertemuan besok. Terlalu merepotkan, Zi."

Mata Zizi―teman Vira―melebar. Unit kegiatan mahasiswa ini sangat diminati banyak kalangan, karena terkesan santai namun tetap memberikan hasil selama kegiatan. Anggotanya juga tidak perlu mengeluarkan uang untuk melakukan perjalanan survey karena kemampuan UKM ini untuk mendapatkan sponsor adalah yang terbaik diantara yang lain. Betapa beruntungya jika bisa menjadi anggota UKM ini. "Hei Vira, kau benar-benar bodoh? Kau bisa lolos dengan mudah, namun kau menyia-nyiakannya. Hoo, seandainya bisa dialihtangankan, aku ingin menggunakan surat itu untuk menjadi anggota."

Begitu pentingkah UKM tersebut? Tidak memedulikan ocehan Zizi, Vira kembali membaca isi surat tersebut. Fokusnya jatuh pada nama mahasiswa dan tanda tangannya. "Siapa Freslan?" tanyanya bingung.

"Freslan Nikosius. Senior tingkat 3 dari Fakultas Hukum. Dia pernah menjadi ketua panitia MUNAS BEM Fakultas Hukum tahun lalu. Selain itu, ia ketua UKM Survey dan Penelitian Sosial. Kemana saja kau sampai tak tahu hal ini?" bingung Zizi atas ketidakpekaan sahabatnya terhadap lingkungan sekitar

Vira terkikik geli. Benar juga, ini salah satu kelemahannya. Setelah mampu menaikkan IPKnya di semester 2 ini, ia berjanji akan meningkatkan rasa sosialnya. "Penting kah hal ini?" ulangnya sembari menunggangi motor. Surat tersebut masih berada di tangannya.

"Kau itu beruntung, Vir. Seberapa pentingnya masuk dalam UKM tersebut? Alih nama surat itu untukku supaya kau tahu bagaimana pentingnya bergabung dengan mereka."

Vira diam-diam tersenyum. Hee, ia ditantang. Siapa juga yang mau melepaskan hal yang dapat membuatmu menyesal di kemudian hari? Gadis itu bersiap melipat rapi surat. Namun, tatapannya terfokus pada suatu hal yang membuatnya kembali membaca isi surat tersebut dengan teliti. Selama beberapa detik, barulah ia tersadar bahwa surat ini tidak normal.

IN Series 3: LilinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang