Semenjak kejadian yang dikantin, Nafiza memilih untuk melanjutkan nangisnya dirumah. Mengenai sekolahnya, ia meminta izin kepada temannya dengan alasan tidak enak badan.
Saat itu juga, Steven tidak tau soal putusnya Nafiza dengan kekasihnya. Karena ia takut akan kakaknya memukuli kekasihnya seperti kejadian sebelumnya.
Walaupun ia merasakan kekecewaan yang amat mendalam, hati kecilnya memiliki rasa kasihan yang mampu mengalahkan segalanya, terutama rasa kecewa.
Tepat 2 hari setelah kejadian, Nafiza tidak masuk sekolah, karena dirinya mengalami demam akibat kurang tidur dan matanya terlihat sembab seperti habis nangis semalaman.
CEKLEK
Suara bukaan pintu pun terdengar nyaring, memperlihatkan seseorang dengan membawa sebuah nampan yang diatasnya terdapat mangkuk. Iapun memasuki ruangan.
“pija, nih liat gue bawa apa?” ucapnya tak lupa dengan senyum manisnya.
Adiknya yang mendengar suara itupun mencoba membuka matanya, terdapat lelaki tampan sedang membawa mangkuk yang sudah berisi makanan.
“bubur?” dan ia menggeleng cepat.
“no! Hayo tebak lagi” ucapnya dengan wajah cerianya.
“gue lagi males bercanda” kini ia mengubah raut wajahnya menjadi cemberut.
“yah lo, gaasik ah!”, Nafiza hanya memutarkan kedua bola matanya.
“sekarang lo harus coba!!” ucapnya lagi. Nafiza pun menggeleng dengan cepat. Karena ia tidak mau dibodohi oleh kakaknya. Iya sedari tadi itu kakaknya. Satu hal yang harus kalian tau, ia bersikap manis itu melainkan meminta traktiran ataupun sesuatu yang belum ia punya.
“tenang, kali ini gue ga minta imbalan” ucapnya mampu membuat Nafiza terkaget lalu ia tersenyum tipis.
“taruh aja diatas meja, nanti gue makan” Steven menggeleng dengan cepat.
“no! Lo lagi sakit dan butuh perhatian lebih..” .”lagian, kenapa sih? Kok lo bisa sakit? Kemarin kata Dita, lo nangis ditaman belakang? Lo berantem sama billy?” mendengar ucapan Steven membuat Nafiza termenung.
Pasalnya, ia takut bila kakaknya akan marah dan menghajar Billy habis-habisan seperti saat itu. Dan ini sudah kejadian yang kedua kalinya.
“oi naf, Malah bengong” ucapnya berusaha membangunkan Nafiza dari lamunannya. Kini Steven duduk disamping tempat tidur milik adiknya.
"Eh iya kak?" Nafiza pun segera mengalihkan pandangannya kearah jendela kamar, entah mengapa air matanya keluar bila membahas mengenai Billy, mantan kekasihnya sejak kemarin.
“heh gue disini bukan disi.. lo nangis?” ucap Steven pada saat tangannya menarik wajah adiknya agar menatapnya tetapi malah air matanya sudah menghiasi adiknya.
“siapa yang bikin lo nangis?!” tanya Steven. Nafiza hanya bisa menunduk dan diam, ia tidak berani menatap kakaknya.
“jawab gue nafiza!! Siapa yang berani bikin lo nangis?!” geramnya dan Nafiza tetap diam, tangisannya kini semakin keras.
Steven menghela nafasnya dengan kasar, ia bingung bagaimana caranya supaya adiknya ini berbicara.
“gue ga butuh air mata lo! yang gue butuhin siapa orang yang bikin air mata lo keluar? Kalau perlu gue abisin dia!” ucapnya kini Nafiza mendongak, menatap kakaknya yang penuh dengan kemarahan.
“no!” singkatnya.
“why? Apa gara-gara Billy?” tebaknya membuat adiknya semakin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLICATED RELATIONSHIP
Teen Fiction#276 - complicated (11/05/2018) #211 - complicated (17/06/2018) #95 - complicated (25/06/2018) #85 - complicated (22/07/2018) 'Dia itu sebenarnya baik, ganteng juga, pinter apalagi. Tapi sifat dinginnya yang ga gue suka' - Nafiza A.D 'Lo itu cantik...