5. Mimpi Yang Tak Bisa Dimengerti

8.7K 528 38
                                    

Dimas terbangun dari tidur karena merasa ada seseorang yang membelai rambutnya dengan lembut. Laki-laki itu mulai mengerjapkan mata, dan berusaha melihat siapa gerangan yang mengusik tidurnya di tengah malam begini. Betapa kaget ia ketika mendapati almarhumah sang ibu sedang tersenyum ke arahnya.

Wanita paruh baya itu terlihat lebih cantik dari yang terakhir ia lihat. Mengenakan pakaian serba putih, wanita itu menyentuh bahu Dimas.

"Ayo, ikut ibu." Seru ibunya lembut.

"Kemana, Bu?"

"Ibu ingin mengenalkanmu pada calon istrimu." Mendengar jawaban sang ibu Dimas terlihat kaget. Meski begitu ia tetap mengikuti langkah wanita itu. Hingga kemudian dirinya serasa dibawa benembus dimensi lain, dan tiba-tiba telah berada disebuah taman yang sangat indah dengan bung-bunga bermekaran sejauh matanya memandang.

Ia melihat seorang wanita berdiri memunggunginya, sementara sang ibu berada di samping wanita itu. Wanita itu mengenakan gaun berwarna putih yang menjuntai hingga mata kaki, dengan kerudung besar yang menutupi sebatas pinggang. Dihinggapi rasa penasaran, Dimas membuka suara.

"Ibu ... siapa dia?"
"Dia calon istrimu, insyaallah dia wanita yang salehah."

"Tapi, Bu. Dia siapa? Dimas tak mengenalnya." Sang ibu tersenyum lembut menatap putra semata wayangnya. Lalu wanita yang berada di samping sang ibu memutar tubuh menghadap Dimas.

Laki-laki itu tertegun, kerika menatap mata bulat dengan pupil hitam di depannya. Sungguh, ia tak pernah melihat mata seindah itu dimana pun ia berada selama ini, atau mungkin ia yang tak terlalu perduli dengan keberadaan wanita pemilik manik hitam itu.

Dimas masih tak mengetahui wanita yang mengenakan cadar tersebut siapa. Namun betapa kagetnya ia, ketika wanita itu membuka cadar dan memperlihatkan dengan jelas wajah cantik yang ditutpinya.

Wanita itu tersenyum lembut kearah Dimas. Senyum menenangkan yang belum pernah ia lihat dari wanita itu selama ini.

"A-adiba ... ka-kamu?" gumam Dimas tak pecaya.

"Asstaghfirallah."

Laki-laki itu terbangun dengan napas terengah. Merasa tak habis pikir kenapa bisa ia memimpikan Adiba setelah ia melaksanakan salat istikharoh dan tertidur di atas sajadahnya.

"Kenapa bisa dia yang ada dalam mimpiku, aku bahkan tak pernah memikirkan dia atau menyebutkan dia dalam doaku. Atau mungkin aku yang menyadarinya? Sudah lah ... mungkin karena efek beberapa hari ini aku sering bertemu dengannya," gumam Dimas. Berusaha menyangkal jika beberapa hari semenjak pertemuan mereka kembali, ada yang lain yang ia rasakan.

Laki-laki itu memilih bangkit dari atas sajadah, melirik jam di atas nakas yang masih menunjukkan pukul empat dini hari. Dimas memilih mengambil wudu lagi. Sembari menunggu subuh, ia lebih dulu mengecek semua pekerjaannya untuk hari ini. Laki-laki itu termenung memikirkan pembicaraannya dengan Kayla dan Adit kemarin sore.

"Apa kalian tahu, Adiba sudah pulang dari Kairo?" Pernyataan Dimas membuat gerakan tangan Kayla dan Adit di atas piring terhenti.

"O-oh ya? Kamu bertemu dia kapan?" tanya Adit was-was sambil melirik sang istri yang nampak tak terusik. Memastikan Kayla tak terpengaruh dengan kepulangan Adiba. Tapi wanita itu hanya tersenyum kecil kearah Adit. Berusaha mengatakan pada sang suami jika ia baik-baik saja.

Imperfact Marriage (Dimas & Adiba)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang