Dimas memacu mobilnya menuju perumahan elite di daerah Jakarta Pusat. Di sampingnya Adiba duduk dengan tenang tanpa terusik sama sekali. Setelah acara makan siang mereka yang terganggu dengan kehadiran seorang wanita, yang tak lain Aqifa. Demas memutuskan mengantar Adiba pulang ke rumah tantenya.
"Jadi, Apa Aqifa itu kekasihmu?" Adiba memilih membuka percakapan, wanita itu sebenarnya sangat penasaran dengan hubungan mereka. Pasalnya semenjak awal Adiba datang ke kantor Dimas, Aqifa selalu memasang wajah judes di depannya. Ia bahkan tak segan-segan menjawab Adiba dengan ketus jika dirinya menanyakan Dimas. Belum lagi tatapan mata wanita itu pada Dimas yang terlihat jelas menyimpan rasa. Hanya orang bodoh yang tak bisa menyadari itu.
Dimas mengalihkan tatapannya pada Adiba, lalu menyunggingkan senyum mengejek. Membuat wanita itu berdecap sebal. Sepertinya dia salah bertanya, lagi pula kenapa ia tak bisa mengontrol rasa penasarannya. Gerutu Adiba dalam hati. Jika sudah begini ujung-ujungnya Dimas akan melontarkan tuduhan tak berdasar.
"Kenapa? Apa kamu cemburu, Hah?" Adiba memutar mata bosan mendengar pertanyaan Dimas. Benar kan perkiraannya, lagi-lagi laki-laki ini melontarkan pernyataan seperti itu.
"Cih! Aku, cemburu? Mimpi," jawab Adiba judes.
"Iya juga tak masalah, siapa tahu bisa berubah jadi cinta."
"Ck! Berhenti melontarkan tuduhan tak berdasar itu padaku. Dasar Mr. Narsis, mau banget apa aku cemburu?!" sungut wanita itu sambil menyilangkan tangan sebal.
"Iya." Jawaban singkat Dimas membuat lidah wanita itu kalu. Menatap laku-laki yang sedang serius menyetir, Adiba terlihat gugup. Lalu ia memutuskan berdehem.
"Ekhm, sudah lah, lupakan saja pertanyaanku."
Mobil memasuki halaman depan sebuah rumah yang bergaya mini malis dengan dua lantai. Ketika masuk, di depan rumah telah terparkir beberapa mobil. Adiba mengernyitkan dahi merasa familier dengan mobil-mobil di depannya. Dengan ragu, dua orang itu melangkah masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum." Mendengar sapaan salam Adiba dan Dimas, kontan semua anggota keluarga yang sedang berkempul mengalihkan perhatian ke arah mereka. Adiba ternganga saat tahu di depannya terlihat dua Kakak laki-laki, Kakak ipar, bersama Om dan tantenya. Wanita itu mengembuskan napas berat. Sudah pasti dirinya akan diinterogasi habis-habisan soal laki-laki di sampingnya sekarang.
"Waaah ... Adiba? Akhirnya setelah sekian lama kamu bawa calon suami juga?" Pertanyaan dari salah satu tantenya membuat wajah Adiba terlihat memerah.
"Nggak, Tante ... bukan! Dia ini hanya teman," jawab Adiba panik, sambil mengibas-ngibaskan tangan.
"Aaah kamu tuh sama Tante dan Om sendiri masih saja malu-malu." Timpal sang Om
"Iya, Diba. Kenalkan dong sama keluarga besar kita, mumpung kami sedang berkumpul di sini." Mendengar perkataan salah satu Kakak iparnya, Adiba terlihat frustasi. Wanita itu mengarahkan tatapan pada Abahnya, meminta kode agar laki-laki paruh baya yang sedang serius mengobrol itu menolongnya. Namun, sang Ayah hanya mengedikan bahu. Begitu pun sang ibu yang terlihat menahan senyum.
Sementara di belakangnya Dimas hanya tersenyum sopan ke arah mereka. Dengan wajah ditekuk Adiba akhirnya mengenalkan Dimas.
"Kenalkan ... mereka semua keluarga aku. Itu Tante dan Om aku dari Surabaya. Yang sedang mengobrol sama Abah juga Om aku. Ini yang kembar tapi beda, Kakak kandung aku, beserta kakak-kakak ipar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfact Marriage (Dimas & Adiba)
RomancePart lengkap bisa dibaca di KBM app Seri ke 2 dari Journey Of Love : Dimas & Adiba. Dimas Arsena, polisi muda yang diam-diam memiliki trauma begitu besar pada masa kecilnya. Trauma itu membuatnya tak ingin terikat dengan pernikahan, meski dia begit...