Bagian 7

1.9K 402 59
                                    

ADIPATI menurunkan Bawang Merah yang masih menganga beserta bakulnya secara perlahan dengan kedua mata yang masih menatap Bawang Putih. "Bawang Putih," gumamnya.

"Apa ini?" tanya Bawang Merah setelah pulih dari keterkejutan. Gadis itu menunjuk Bawang Putih seolah ia adalah hantu. "Kristal itu! Ahh!" teriaknya ketika sebentuk energi yang berasal dari udara di sekitar mendadak menghantam pipinya dengan keras. Adipati menahan Bawang Merah yang terhuyung agar tidak jatuh.

"Katakan halo pada mainan baruku," kata Bawang Putih puas, membelai kristal mustika di tangannya dengan penuh sayang. "Dia pasti senang sekali mendapatkanmu sebagai korban kedua."

"Di mana ibu?" jerit Bawang Merah. "Apa yang kau lakukan padanya?!"

"Tenang saja," ucap Bawang Putih dengan lembut, sehingga sulit dipercaya kalau beberapa detik sebelumnya ia baru saja menampar Bawang Merah dari jarak jauh, "kau juga akan tahu setelah ini selesai."

Tangan Adipati yang sedari tadi ia letakkan di permukaan gagang pedang membeku. Diam-diam ia melirik wajah gadis di samping yang sudah semerah namanya. Ini tidak bagus.

Mengabaikan peringatan keras Adipati, Bawang Merah berlari cepat menghampiri saudari tirinya dengan penuh emosi. Adipati melajukan langkahnya, memposisikan dirinya di antara kedua saudari itu kemudian mengangkat pedangnya untuk menepis serangan Bawang Putih. Kilauan putih yang berasal dari kristal mustika memantul di permukaan pedangnya.

Adipati segera menyeret Bawang Merah yang meronta untuk menjauh. "Tolong, jauhi Bawang Putih untuk sekali ini, demi keselamatanmu," pinta Adipati.

"Ibuku---"

"Pergilah!" perintah Adipati. "Ibumu belum mati. Kristal itu belum mengambil nyawa siapa pun. Pergilah segera!"

Tanpa membuang waktu---dan Adipati lega ternyata gadis itu masih memiliki akal sehat---Bawang Merah segera berlari meninggalkan mereka, menghilang ke balik pepohonan lebat. Adipati berbalik detik kemudian, menghadap Bawang Putih yang sudah berjarak selangkah darinya, hendak mengejar Bawang Merah. Pemuda itu mengangkat pedang sebagai ancaman.

Bawang Putih mendengus, mundur beberapa langkah sambil melirik ujung pedang Adipati. "Kau membela Bawang Merah, Adipati?" tanya gadis itu sedih, kedua matanya tampak terluka. "Kau membela orang yang menyiksaku selama ini?"

"Aku tidak ingin kau menggunakan kristal mustika itu," jawab Adipati tenang.

"Ini bukan soal kristal!" Bawang Putih menurunkan kristal ke samping tubuhnya dengan hentakan keras hingga dedaunan dan ranting kering di tanah sekitarnya terlempar beberapa meter lebih jauh. "Kau tidak tahu, Adipati, bagaimana aku diperlakukan selama ini, sejak ayahku mati dan mereka tidak pernah menghormatinya sekali pun. Kau tidak tahu betapa aku setiap hari mengkhawatirkan jatah makan hanya karena cucianku tidak bersih, atau rambutku yang dipotong asal karena Bawang Merah iri, lalu setiap pemuda yang menaruh hati padaku dan langsung kabur setelah ditakuti Bawang Merah. Kau tidak tahu, betapa aku ingin bebas dan mencari kebahagiaan sendiri, sampai akhirnya takdir keadilan membawaku pada kristal ini. Biarkan aku membalas dendam kedua orangtuaku yang tidak tenang di alam kubur mereka."

Adipati menatap lurus pada kedua mata Bawang Putih yang penuh tekad. Jika kemarin ada yang memberitahunya kalau gadis polos manis yang pernah ia tolong ternyata menyimpan dendam yang begitu dalam, ia tidak akan percaya. "Maaf, aku tidak bisa."

"Kau membantu Bawang Merah," tuding Bawang Putih dingin, berjalan memutari Adipati bagai predator yang mengepung mangsanya. "Kau berpihak pada iblis."

"Apa kau yakin kalau dialah iblisnya selama ini? Apa menurutmu kau adalah pemeran baiknya, dengan menggunakan kristal untuk membunuh ibu dan saudara tirimu?" Adipati memutar tubuhnya untuk tetap berfokus pada pergerakan Bawang Putih. "Kristal itu menarik energi negatif dari manusia. Awalnya kupikir Bawang Merah yang akan mendapatkan kristal itu. Tapi kau tahu apa yang lebih kuat dari keserakahan dan kesombongan? Dendam. Dendam yang kau miliki, Bawang Putih, menarikmu pada kristal mustika. Kaulah yang selama ini menyimpan tanduk."

Bawang Putih & Bawang Merah (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang