Jangan lupa vote dan commentnya ya
Lagu untuk menemani kalian
Sing me to sleep- Alan Walker***
Sohyun menggeliat dan matanya yang bulat mengerjap dan kaget ketika menyadari bahwa keadaan sekeliling kamarnya sangat berbeda. Ada nuansa hitam, abu-abu dan putih, tipikal warna kesukaan.. Jae Ha?
Dimana Jae Ha?
Sohyun baru sadar bahwa ranjang yang ditempatinya ini kosong.
Sohyun langsung saja turun dari ranjang, begitu cepat gerakannya hingga tak menyadari bahwa selimut yang tadi dipakainya berantakan dan membelit kakinya hingga bruk!
" ahhh.. sakitt.. aduhh.. " mengabaikan rasa sakit yang teramat sangat di kakinya, Sohyun tetap mencoba bangkit, menuruni tangga secara perlahan, sambil memanggil-manggil laki-laki kekanakan menyebalkan yang entah kenapa sangat Sohyun khawatirkan keadaannya."Jae Ha kau dimana??"
Klik. Pintu rumah perlahan terbuka lalu menampakkan wajah pria itu yang kini menatap Sohyun kebingungan.
"Ada apa dengan ekspresi wajahmu itu?" Tanya Jae Ha.
Sohyun merasa kebas dan langsung jatuh terduduk. Jae Ha yang melihatnya limbung langsung berusaha untuk menangkapnya sebelum tubuh gadis itu meluruh dan menghantam lantai dengan kerasnya, tak mempedulikan bungkusan yang tadi pria itu bawa.
"Sohyun kau kenapa? Kau baik-baik saja?"
Demi Tuhan, Sohyun sudah berusaha untuk menahan agar air matanya tidak keluar tapi sia-sia saja sebab pertahanannya langsung jebol.
"Kau darimana saja? Aku mencarimu kemana-mana kupikir kau pergi meninggalkanku.. "
***
"Kau darimana saja? Aku mencarimu kemana-mana kupikir kau pergi meninggalkanku.. " perkataan ini. Jae Ha berani sumpah, melihat ekspresi polos gadis itu sekarang ini, ia pasti tidak tahu bagaimana efek kata-katanya barusan terhadap diri Jae Ha. Rasanya Jae Ha benar-benar merasa senang seolah kembali menemukan endorfinnya yang baru."Memangnya kau anggap apa diriku? Kenapa kau mengkhawatirkanku seperti ini Sohyun?" Jae Ha berusaha mengetahui benak gadis itu, jika memang sohyun mengkhawatirkannya, ia harus tahu apa alasan gadis itu mengkhawatirkannya seperti ini. la kemudian menatap lembut gadis dihadapannya ini, memegang kedua pipi gadis itu agar menatap kearahnya.
"Apa aku harus menjawabnya? Kau adalah temanku, lalu menurutmu apalagi?" Jae Ha menghela napasnya berat. Benar juga. Gadis itu tidak mungkin mempunyai perasaan apapun padanya. Jae Ha pasti gila karena sempat mengharapkan sebaliknya. Sedikit. Tidak, ia bahkan sempat berharap lebih. Walau ia berusaha menyangkalnya, tapi melihat gadis itu semalam, ah tidak, bahkan sejak pertama kali bertemu, Jae Ha tahu bahwa ia sudah jatuh hati pada gadis ini. Jatuh sedalam-dalamnya.
"Baiklah sudah, jangan menangis lagi, memang kau pikir aku akan pergi kemana? Omong-omong ini rumahku bukan rumahmu, kemana lagi aku harus pergi?" Jae Ha berusaha melucu namun gadis ini sepertinya tidak dalam keadaan mood untuk menanggapi leluconnya yang garing.
"Aduhh.. kakiku.. sakit.." mendengar bahwa gadisnya, oh tunggu dulu sejak kapan Jae Ha menyebut Sohyun dengan kata 'gadisnya', jika Sohyun tahu bisa saja gadis itu langung melompat kesal dan menjambaknya. Entahlah, Jae Ha merasa Sohyun sangat tidak menyukainya karena sifat kekanak-kanakannya selama ini. Tapi apa boleh buat Jae Ha tak bisa berubah. Tidak. Ia harus tetap mengurung dirinya dalam sikap itu. Menunjukkan pada orang-orang bahwa dirinya baik-baik saja.
"Tadi aku jatuh.."
"Apa? Dimana?"
"Tadi, ketika aku kaget tidak mendapatimu disampingku, dan ingin buru-buru turun, selimut.. selimutnya.. huaa" gadis itu nangis lagi. Jae Ha sangat tidak berpengalaman dalam menenangkan wanita yang tengah menangis. Ia hanya bisa menepuk-nepuk punggung gadis itu dengan kikuk.
"Selimutnya membelit kakiku dan aku terpeleset, kakiku sakit dan dahiku juga disini.." gadis itu menyingkirkan sedikit poninya dan betapa kaget Jae Ha melihat memar samar disana, walau samar, Jae Ha tetap saja tahu bahwa itu memar yang mulai berubah warna menjadi keungu-unguan.
***
"Selimutnya membelit kakiku dan aku terpeleset, kakiku sakit dan dahiku juga disini.." entah kenapa Sohyun ingin menangis, sebenarnya bukan karena rasa sakit di kaki ataupun dahinya tapi lebih kepada bahwa ia menangis karena bersyukur Jae Ha masih ada disini, masih disisinya, walau mati-matian ia sangkal, Sohyun tetap sadar bahwa ia peduli pada pria ini. Tapi untuk menganalisis arti dari perasaannya ini, Sohyun merasa tidak perlu. Ia merasa khawatir tentu saja karena pria itu sudah baik padanya, memberinya tumpangan bahkan merawatnya ketika sakit. Ia pasti hanya itu alasannya.
"Pasti ini rasanya sakit sekali ya, sebentar" sohyun bersumpah, jarak antara dirinya dan pria ini begitu dekat. Jae Ha meniup-niup dahinya, memang tidak terlalu berefek dalam mengurangi sakitnya, tapi entah bagaimana rasa sakit itu sudah tak dirasakannya lagi terganti oleh rasa malu ketika mengetahui jaraknya dan Jae Ha yang sedekat ini. Begitu dekat, hingga ujung hidung mereka hampir bersentuhan.
"Sudah cukup, sudah tidak sakit lagi" sohyun harus menjauh, sebab entah bagaimana sekarang jantungnya berulah karena berdetak tidak karuan.
"Baiklah ayo kita obati dulu lukamu" Jae Ha langsung saja menggendongnya ala bridal style, refleks sohyun langsung mengalungkan tangannya dileher pria itu untuk menjaga keseimbangan dan agar dirinya tak terjatuh.
Jarak yang masih sama dekatnya walau tak sedekat tadi tetap saja membuat jantung sohyun berdetak dengan irama tak beraturan. Sohyun yakin dekat-dekat dengan Jae Ha hanya akan membuatnya punya penyakit jantungan, padahal sebelumnya tak pernah ia merasa seperti ini.
"Kau darimana saja tadi?" Akhirnya sohyun buka suara untuk menghilangkan kecanggungan diantara mereka atau lebih tepatnya kecanggungan sohyun, ah sial, dirinya sangat malu sekarang, mengapa Jae Ha harus memperlakukannya seperti ini sih.
Jae ha hanya tersenyum, sohyun baru saja mengira bahwa pria itu tidak akan mengatakannya, tapi tidak, memang sangat pelan nyaris seperti bisikan, tapi masih dapat sohyun dengar karena posisi mereka yang sedekat ini, "hanya berjalan kesana kemari, aku sendiri tidak yakin ingin pergi kemana tadi, aku hanya ingin mengakhiri segalanya tapi entahlah, seperti ada sesuatu yang menahanku, aku sendiri tidak tahu apa itu, jadi aku hanya memutuskan untuk membeli makanan untukmu dan pulang kerumah"
Dari sederet kata-kata yang pria itu ucapkan, sohyun hanya tertarik pada bagian aku hanya ingin mengakhiri segalanya, entahlah hanya terdengar bahwa pria itu tengah memikirkan sesuatu dan sedang putus asa.
"Jangan pernah mikir macam-macam atau aku akan membuat perhitungan denganmu!" Ancam sohyun, awalnya jae ha hanya menatapnya tanpa kedip, lalu akhirnya tertawa terbahak-bahak, "kau ini aneh sekali sohyun,, mungkin otakmu agak geser ya, duh harus cepat-cepat diobati nih memar di dahimu" yang langsung mendapat jitakan dari Sohyun. Jae ha hanya meringis dan kembali membawanya menaiki tangga menuju kamar pria itu lagi.
***
Haihaiiii gimana, udah kangen sm sohyun dan jae ha ya.. hehehe aduh maaf ya harus aku gantung2in dulu gimana perasaan mereka hehehe.. sweet moments akan bertebaran jd siapkan diri anda bwahaha
Jangan lupa vote dan commentnya ya guyss
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy Is My Love [END]
Любовные романыKim sohyun, Gadis pemain piano yang memiliki kepribadian kasar, dingin dan tertutup. disisi lain, Shin Jae Ha, laki-laki tampan incaran para gadis SHS Sekang, laki-laki dengan kepribadian yang berbanding terbalik dengan sohyun, ramah, dan terkenal d...