MLFD.10.Paman Baik Hati

6.8K 510 4
                                    

Fatih menghabiskan weekend nya bersama Sarah. Sebagai Paman ia punya rasa tanggungjawab yang sama pada anak dari kakaknya. Anak dari kakak atau adiknya adalah anak sendiri baginya. Tak ada perbedaan. Tunggu aku kan memang belum punya anak. Batin nya tertawa satir. Meratapi nasibnya sendiri.

Bukan karena ia tak ada pilihan. Tapi, terlalu banyak pilihan. Bukankah jauh lebih membingungkan. Sebagai seorang putra mahkota begitu banyak wanita mengidamkan dia menjadi suami. Tak sedikit dari mereka yang memperkenalkan dirinya. Namun, menikah bukanlah prioritasnya untuk saat ini.

Ayah bersama Kakeknya telah berjuang sangat keras untuk merubah Dubai yang dulu disepelekan menjadi paling diperhitungkan di Dunia. Saat ini semua mata tertuju pada Dubai. Dan sekarang ia dipercaya untuk melanjutkan perjuangan. Hal yang harus dipertahankan. Bertahan adalah ujian paling berat dari kata kesuksesan.

Hidup nya begitu indah. Fatih mempunyai banyak saudara yang mewarnai hari-harinya. Ia kembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya. Ia kumpulkan berbagai prestasi di masanya. Namun, ia lupa ada seorang gadis yang menjadi tunangannya. Menunggu.

Seorang gadis cantik bernama Seema. Gadis yang mempunyai kekerabatan dengan Ayahnya. Gadis manis pemilik mata besar, berhidung mancung.

Seema sadar, Fatih diluar jangkauan. Tunangannya begitu asyik dengan dunianya. Ia lupa ada seorang wanita yang butuh kehangatan. Kehangatan cinta dari seorang pria yang memakaikan cincin di jari manisnya.

Jika bertunangan adalah langkah awal hubungan. Maka pernikahan adalah kepastian akhir sebuah hubungan. Bukankah seorang wanita butuh kepastian. Fatih tidak bisa memberikannya.

Seema lelah menunggu. Ia memilih untuk melepaskan, memutuskan pertunangan. Yang lebih menyakitkan dari sebuah kata perpisahan yang ia ucapkan adalah kepasrahan. Bahkan Fatih tak berusaha mempertahankan. Ia memilih diam, lalu menghilang dalam kesibukan.

Kini, wanita itu sudah bahagia. Bersama orang yang dipilihnya dan memilihnya.

Fatih termenung di gelapnya malam. Ia mematikan semua penerangan. Putra mahkota ini juga manusia biasa yang ingin merasakan kedamaian, dan itu didapatnya pada kesunyian malam.

Ceklek

Pintu terbuka dari kamar yang berada di seberang kamar yang ia tempati. Ia melihat seorang gadis berhati-hati menutup pintu. "Nessa," ada lengkungan di bibirnya. "Apa yang dia lakukan malam-malam seperti ini." Ia keluar, melangkah dengan sangat pelan.

Fatih melihat sang gadis yang membantu keponakannya menghilang dibalik pintu dapur. Fatih berada dibelakang saat gadis itu membuka pintu kulkas.

Nessa menutup pintu kulkas. Ia melihat wajah Fatih berada di pintu lemari pendingin tersebut. "Owh, yang benar saja. Apakah harus memasang foto nya disini." Ucap Nessa menggelengkan kepala.

Fatih terkekeh pelan, mendengar perkataan Nessa. Ia masih berdiri, melihat gadis Indonesia itu menghangatkan makanan dalam microwave, dan mempersiapkan alat makan.

Nessa berbalik, tersentak dengan sosok pria yang berada didepannya. Gadis yang mempunyai lesung pipi ini mengatur napas. "Anda mengagetkan." kata Nessa menepuk pelan dadanya.

"Maaf." Fatih maju mendekati meja Marmer tempat Nessa menaruh piring nasi. "Apa yang kau lakukan?" tanya Fatih saat melihat Nessa menuangkan makanan dari microwave.

Nessa yang mengartikan berbeda pertanyaan pangeran didepannya bersuara."Aku sudah bilang kok sama ibu Sarah." jawab Nessa menunduk. Nessa takut ia disangka memanfaatkan situasi.

"Bukan, bukan itu maksudku." Fatih menyanggah maksud Nessa."Maksudku, kau makan? Malam-malam begini?" ucap Fatih mencondongkan wajahnya.

Nessa mengambil kursi. "Aku suka lapar kalau tengah malam." jawab Nessa pelan.

My Love from Dubai (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang