MLFD.7.Sang Syeikh

6.9K 528 10
                                    

Mata Nessa terpana ketika memasuki rumah itu. Rumah yang terlihat biasa dari luar. Namun, berbeda dengan tampak dalam.

Permadani indah terhampar di ruangan. Dengan sofa-sofa kokoh mempertegas siapa pemiliknya. Lemari kaca yang menyimpan banyak keramik, dan benda-benda kristal mempercantik ruangan. Beberapa lukisan tergantung di dinding, menambah kesan mewah. Lampu kristal menjuntai dari langit-langit ruang.

Nessa mempunyai teman kuliah. Ayhola namanya, penduduk asli Dubai. Nessa pernah kerumahnya. Disana Nessa sudah terpana. Dan sekarang ia seperti menahan napas agar tak mencemari udara yang tercium wangi dari penjuru rumah.

Ibunda dari Sarah memegang pundak Nessa. Isyarat matanya menyuruhnya untuk masuk lebih dalam.

Sudah ada banyak orang didalam. Nessa mengangguk hormat pada setiap mata yang menatap hangat padanya. Sarah yang berada dalam pelukannya membatasi gerakan. Lagi-lagi ia terkejut, para pria tampan berdiri di depannya. Dengan tubuh tinggi dan hidung mancung. Nessa menggeleng pelan menyadarkan pikirannya.  Wajah-wajah familiar yang Nessa sering lihat.

Tatapan Nessa terhenti pada sosok lelaki yang berdiri di tengah. Matanya membulat sempurna, mulutnya setengah terbuka tak percaya. Secara spontan Nessa mendekatinya. Namun, lelaki yang tahu luka di kaki Nessa mendekatinya lebih dahulu."Assalamualaikum, Sultan ..." Nessa memberi salam. Tangan Nessa sebelah kiri menopang tubuh sarah. Ia bersalaman dengan Sultan mencium takzim punggung tangan Sultan. Sultan membalas dengan mencium kepala Nessa.
Sultan mengucapkan rasa terimakasih nya pada Nessa karna telah menolong cucu nya.
Nessa tak melepaskan senyuman dan mengangguk hormat.

-fabia'i ala'i robbikuma tukadzdzibaan-
Maka nikmat Tuhanmu mana lagi yang engkau dusta kan.

Nessa merasa nasibnya begitu indah saat ini. Ia berada di tengah-tengah keluarga nomor satu di Dubai. Tunggu. Keluarga nomor satu. Itu artinya "Sultan adalah ayah dari--."

"Assalamualaikum." suara bariton seorang pria terdengar dari pintu depan. Semua pasang mata yang berada di ruangan tertuju ke arahnya. Dengan pakaian casual membuat dada bidangnya terekspos sempurna.

Jika Tuhan menciptakan Nabi Muhammad adalah setengah dari kebaikan fisik seluruh manusia yang ada di bumi, kemudian seperempat nya dimiliki oleh Nabi Yusuf. Maka Nessa yakin Syeikh Fatih adalah yang ke tiga.

Flashback

"Halo.. Fatih." suara pria terdengar diujung telepon.

"Iya." Fatih menjawab singkat.

"Fatih Sarah hilang."

"Apa?" teriakan Fatih terdengar. "Bagaimana ceritanya?." tanya Fatih marah.

Fatih sudah tak mendengar apa yang dikatakan salah satu orang terdekatnya.

"Saeed.. telepon kepala kepolisian. Sebar orang untuk mencari Sarah. Kita pulang sekarang." perintah Fatih.

Panggilan terhubung kepada kepala kepolisian Dubai. "Jafar, jaga ketat seluruh bandara dan seluruh perbatasan. Sebarkan orang-orang sebanyak-banyaknya. Cari Sarah sampai ketemu. Dan ingat Jangan sampai berita ini tersebar. Lakukan segera." Fatih menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban.

Ia yang sedang berlibur ke pegunungan Alpen menyegerakan liburan nya. Setelah mengetahui Sarah hilang.

Rasa marah, kesal, membuncah dalam dadanya. Bagaimana jika sesuatu terjadi kepada Sarah. Keponakan nya. Ia terus memantau perkembangan keberadaan Sarah.

"Ya halo." suara Fatih tergesa.

"Sarah sudah ketemu. Diantarkan seorang wanita."

Fatih bernapas lega."Wanita? Bagaimana keadaan Sarah." lanjut Fatih mendengar laporan dari Jafar.

"Kami sedang menginterogasi nya. Sarah baik-baik saja. Orangtua Sarah dalam perjalanan kemari." kata Jafar.

Fatih ingin tahu siapa wanita yang mengantarkan Sarah "Kirimkan data wanita itu." kata Fatih.

"Baik. Segera." sambungan telepon terputus.

Sebuah surat elektronik diterima Fatih. Ia membukanya. Dibacanya rincian identitas wanita tersebut. "Denessa Qonita Almaira?" seperti nya aku pernah mengenal namanya.
"Nessa!" Fatih kaget sekaligus ada desir bahagia dalam hatinya setelah melihat foto wanita yang diterima.

Fatih membaca kronologis kejadian saat Jafar kembali menelepon. "Halo Syeikh. Apa kau sudah terima? Kami masi--." Fatih memotong pembicaraan Jafar.

"Tidak usah dilanjutkan. Aku kenal gadis itu." kata Fatih.

Kepala kepolisi menyetujui permintaan Fatih.

Fatih menelepon ibu Sarah yang juga adiknya. Adiknya menceritakan kronologi kejadian dan perlakuan Sarah. Mereka berdiskusi dalam sambungan telepon.

Fatih mencerna keadaan yang terbaik. "Aku kenal gadis itu. Aku sudah beberapa kali bertemu dengannya. Ajak ia kerumah. Itu yang paling baik untuk Sarah." ucap Fatih yang disetujui orangtua Sarah.

Fatih yang masih didalam pesawat menyuruh mereka untuk pulang terlebih dahulu.

"Nessa. I'm comming ... surprise." Fatih menarik garis di bibirnya. Ia senang karna Takdir mempertemukan nya kembali dengan Nessa.

Aura positif terpancar dan menyebar ke seluruh rumah ketika Fatih tiba. Ia langsung menghampiri Sultan dan mencium keningnya lalu dilanjutkan ke ammah, ibunda nya. Semua yang berada di ruangan menghampiri.  Ibunda Sarah memeluk dengan erat.

Nessa yang hanya bisa terdiam di kursi nya menatap nanar. "Akankah ia mengenali? Batin Nessa.

Fatih melihat Nessa yang tertunduk. Nessa sedang membelai lembut Sarah. Fatih mendekatinya. "Terimakasih karna menolong keponakan ku. Nessa" kata Fatih tersenyum lembut menatap Nessa.

Nessa hanya bisa tersenyum. Lidahnya terlalu kelu untuk menjawab sang Pangeran. "Darimana ia tahu namaku?" pikir Nessa.

Fatih mencoba mendekati Sarah. Ia memanggil namanya lembut. Sarah yang mendengar suara pamannya membuka matanya.  Diluar dugaan justru Sarah langsung memeluk Fatih. Sarah menangkupkan kepalanya di ceruk leher Fatih. Fatih mendaratkan ciuman berkali-kali di pipi Sarah.


My Love from Dubai (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang