¤¤¤
"Lo bikin gue khawatir tingkat dewa, Lang." Kata gue sambil terisak.
"Lebay lo ah, gue gapapa, luka begini doang mah kecil. Ga berarti apa-apa buat gue."
Dan setelah dini hari gue langsung pergi ke rumah sakit, khawatir banget sama keadaannya yang babak belur begini, kepala diperban, muka udah kaya apa gue gatau, luka lebam semua, dan dia aja baru sadar tadi subuh, bahkan dokter bilang dia sempet kritis beberapa saat, tapi dia masih bilang kalau itu semua ga berarti apa-apa? Elang gila!!!
"Lo bilang gue lebay setelah dokter bilang ke gue kalau lo kritis? Dasar lo ya! Gue tuh khawatir banget sama lo, Lang! Kalau aja dokter ga bisa nanganin lo tadi, lo bakal tetep bilang kalau gue lebay dan luka-luka ini ga berarti apa-apa buat lo? Iya?!" Gue menangis sambil menyentuh luka-luka yang terdapat di wajah Elang. Bodo amat mau dia kesakitan atau apa. Lagian dia buat gue khawatir sampai segininya:(
"Kalau disuruh milih, gue lebih milih mati sekarang juga daripada harus ngehadapin takdir ini, Shan."
Gue menatap mata Elang yang menatap lurus ke depan. Gue tau, dia sangat tersiksa dengan takdir yang menghampiri keluarga dia dan gue juga tentunya. Tapi bukan hanya dia yang tersiksa, gue juga tersiksa. Karena itu gue lebih memilih pergi daripada tetap tinggal. Karena jika gue tetap tinggal, gue pasti akan merasakan penderitaan batin setiap harinya.
"Iya lo lebih milih mati, tapi apa lo tega ninggalin gue apalagi bunda? Kalau lo mati, siapa yang akan ngejagain gue sama bunda? Lo mikir dong kalau mau ngomong."
Gue nyerah. Gue udah ga kuat menghadapi takdir ini. Menurut gue, dia udah keterlaluan. Bagaimana tidak? Coba kalian pikir, di mana ada orang tua yang tega menghajar anak kandungnya sendiri hingga masuk rumah sakit seperti ini? Dunia ini memang sudah gila!
"Tapi gue rasanya udah ga kuat berhadapan dengan takdir yang sangat menyiksa ini, Shan."
Itulah yang gue rasakan, dan karena itu pula gue mutusin buat pergi.
"Kenapa Tuhan tega membiarkan takdir itu datang menghampiri gue, Shan? Kenapa?"
Detik itu juga gue melihat seorang Elang Angkasa, yang kata orang adalah kulkas berjalan, pahatan patung dewa yunani, entah apapun itu, yang jelas sekarang gue melihat Elang mengeluarkan air matanya. Elang menangis.
FLASHBACK ON
Setelah Elang pulang sekolah kemarin, pemuda itu tidak langsung pulang ke rumah, melainkan ke sebuah tempat hiburan malam yang tak jauh dari rumahnya. Elang menghabiskan waktunya di sana sambil meminum sebotol minuman keras, benda yang selama ini haram bagi Elang untuk menyentuhnya. Bahkan Ia sendiri mengingkari janjinya pada gadisnya, untuk tidak sekalipun menyentuh benda haram itu. Tapi apa daya, gadisnya bukan lagi miliknya saat itu, lalu untuk apa Elang tetap menepati janjinya sementara gadisnya sendiri pun sudah pergi meninggalkannya?
Elang pulang ke rumah dalam keadaan mabuk diantar oleh salah satu teman Elang yang kebetulan melihatnya di tempat itu. Karena tidak ingin temannya kenapa-kenapa, akhirnya Ia mengantarkan Elang hingga tiba di rumahnya dengan selamat.
Pintu diketuk beberapa kali namun belum ada yang membukakannya. Hingga seseorang yang baru saja tiba itu menegurnya.
"Ada apa ini?"
Sesaat setelah melihat siapa yang berada di rangkulan orang asing itu,
"Elang?""Dia mabuk, jadi saya mengantarkannya pulang ke sini."
Teman Elang menyerahkan Elang kepada sesorang yang tak lain adalah seorang wanita."Kamu di sini? Aku kira kamu sudah tidak peduli denganku. Aku tahu kamu di sini. Kamu di sini untuk aku kan? Iya kan? Haha aku tahu itu." Racau Elang tidak jelas. Namun di hati wanita yang tengah merangkul Elang saat itu, hatinya terasa sakit saat melihat orang yang sangat disayanginya dalam keadaan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pretty Boy✔
Fiksi RemajaDia itu.. Ganteng✔ Berbakat✔ Genius✔ Tajir✔ Bisa main gitar✔ Punya suara bagus✔ Mirip2 model di luar negeri✔ Banyak yang suka sama dia✔ Tapi sayang, Dia lemah Ga bisa bela diri Satu kata yang pantes buat Dia BANCI !!! Dan bodohnya gue, kenapa gue bi...