Bagian 8

132 33 1
                                    

Kiyu menaikkan kedua alisnya. "Baiklah." Kiyu tertawa kencang.

Mingyu hanya mengulas senyum tipis menyadari Kiyu memang menganggap hal barusan adalah candaan semata.

Kiyu bergeser mendekat kepada Mingyu. Kini kepala Kiyu ia senderkan di atas pundak Mingyu yang lebar. Matanya tetap lurus menatap lampion yang berterbangan di langit malam, dan itu berhasil membuat suasana hatinya benar-benar tenang. Jujur, ia merasa hatinya lebih tenang sekarang dibanding ketika bersama dengan Jackson dulu.

Mingyu berkali-kali menyuruh jantungnya untuk tidak berdetak cepat, tapi nyatanya hatinya tak mau menurut. Dia hanya temanmu bodoh! Batinnya.

"Aku tidak benar-benar ingin mencintaimu." Ucap Mingyu pada akhirnya. "Tadi itu bercanda."

"Ara..,"

Mingyu tersenyum sambil menunduk. Ia membiarkan wanita mungil ini bersandar. Bahkan sampai pagi, Mingyu akan terus membiarkan wanita ini terus berada di bahunya.

"Perasaan ku untuk Jackson.. hilang layaknya lampion yang sudah terbang ke atas sana." Tangan Kiyu menunjuk ke atas, menunjuk lampion-lampion yang sudah tak terlihat lagi.

Mingyu mengikuti arah tangan Kiyu tertuju. Ia melihat satu persatu lampion hilang tanpa menghilangkan jejak sedikitpun.

"Apakah kau juga telah melupakan wanita itu?"

Mingyu terdiam mendapati pertanyaan itu. Sudah jelas bahwa Tzuyu, wanita masa lalunya itu masih setia mengisi pikirannya. Mingyu memang jarang mengungkit masa lalunya, tapi itu semua karena ia memang sedang berusaha untuk melupakan Tzuyu.

Kiyu melihat jelas ekspresi wajah Mingyu yang tiba-tiba berubah. Ia jadi merasa bersalah karena telah menanyakan hal itu.

"Mian.. aku tidak bermaksud-,"

Mingyu meraih pundak Kiyu menuju dekapannya. Tanpa ia sadari, kepala Mingyu melemas di atas pundak Kiyu, dan sekarang ia telah memeluk Kiyu dengan penuh kasih. Mingyu tak memperdulikan pendapat apa yang akan Kiyu pikirkan karena telah berani memeluknya secara lancang. Kali ini Mingyu tak ingin menahan diri lagi untuk tidak melakukan hal ini.

Awalnya Kiyu terpaku, namun lama kelamaan ia ikut membalas pelukan Mingyu dengan senang hati. Tangannya menepuk-nepuk pelan pundak Mingyu yang tampak rapuh. Ternyata deritanya tak berbeda jauh dengan derita yang sedang Mingyu rasakan.

Hampir beberapa detik Mingyu  berdiam diri di pelukan Kiyu, akhirnya ia mulai berbicara. "Dia sulit untuk kulupakan." Ucap Mingyu pelan. Sangat pelan, hampir berbisik.

"Selama kau terus mendapat kebahagiaan, tak ada kata sulit untuk melupakan seseorang." Kiyu berusaha meyakinkan sahabatnya itu.

Kiyu memang benar. Nyatanya kini ia terlihat bahagia. Ia tak lagi meratapi kesedihannya dengan Jackson, padahal kejadian itu belum lama terjadi.

Mingyu memejamkan matanya. Ia merasakan helaian rambut Kiyu yang tertiup angin membelai wajahnya. Mengapa hatinya merasa sangat tenang ketika berada di dalam dekapan Kiyu? Kenapa ia begitu merasa nyaman ketika berada di dekat sahabatnya itu?

"Setelah ini aku ingin meminum wine."

"Andwe..,"

"Aku ingin meminumnya. Hanya segelas, aku janji."

Mingyu berdesis ketika mendengar Kiyu berbicara dengan nada yang manja. "Satu akan menjadi dua, dua menjadi tiga, tiga menjadi-,"

"Hanya segelas. Aku berjanji." Kiyu menunjukkan jari telunjuk serta jari tengahnya berbarengan.

Mingyu tetap menggeleng. "Siapa yang akan bertanggung jawab ketika kau mabuk?"

"Aisshh, jinjja! Hanya satu gelas tidak akan membuatku mabuk." Ekspresi wajah Kiyu berubah kesal. Ia akan terus memohon kepada Mingyu agar ia mengizinkannya untuk meminum wine. Pikirannya begitu penat, karena itu ia merasa sangat ingin meminumnya.

SCARED🤙🏿[Gyu X Pink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang