Bagian 9

132 34 1
                                    

Kiyu hanya diam karena memang keadaannya saat ini sedang mabuk sehingga ia sulit untuk mencerna perkataan Mingyu. Ia sadar bahwa pandangannya lama kelamaan membuyar dan membuatnya selalu menyipitkan mata ketika ingin melihat Mingyu dengan jelas. Kepalanya benar-benar terasa pening saat ini.

"Kau hanya sedang mabuk." Mingyu kembali sadar bahwa keadaan Kiyu sekarang memang sedang mabuk berat, dan itu membuat perkataannya benar-benar melantur.

Perlahan kedua mata Kiyu tertutup. Mingyu yang masih terbaring di samping Kiyu menyempatkan diri untuk melihat sahabatnya yang kini tengah terkapar lemas di atas ranjang. Dengan mata yang sudah tidak terlalu sembab tapi masih sedikit terlihat lelah, wanita ini tetap terlihat cantik.

Mingyu melepaskan tangan Kiyu yang melingkar di lehernya. Ia tidak akan membiarkan dirinya untuk menatap Kiyu semalaman. Bagaimanapun itu alasannya, Kiyu tetap hanya sahabatnya.

Mingyu bangkit dari tidurnya. Sebelum ia mulai beranjak, ia menatap Kiyu sebentar. Matanya fokus menatap bibir tipis milik Kiyu yang tadi sempat mengecupnya. Hingga kini Mingyu masih belum percaya bahwa Kiyu memang benar-benar mengecupnya tadi. Walaupun Kiyu sedang mabuk, tapi bibir mereka tetap benar-benar bersentuhan.

Buru-buru ia mengalihkan pandangannya. Kiyu hanya mabuk.

Mingyu menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh Kiyu. Setelah itu ia segera beranjak dari kasur dan kemudian berdiri. Ia benar-benar berharap bahwa wanita mabuk ini akan baik-baik saja pada keesokan harinya. Dan semoga Kiyu tak mengingat kejadian malam ini, apalagi perkataan yang tadi Mingyu lontarkan.

Semoga saja.

Perlahan Kiyu membuka matanya. Ia melihat punggung lebar lelaki itu yang lama kelamaan hilang dari pandangannya. Terselip rasa senang ketika ia melihat selimut yang membalut tubuhnya. Ternyata lelaki itu bukan hanya tampan, melainkan juga berhati mulia.

Kiyu mengulas senyum ketika mengingat bahwa ia telah mencium Mingyu. Jujur, saat itu ia memang sedang setengah sadar, sampai-sampai setelah ia melakukan hal itu ia merasa sedikit menyesal. Tapi, rasa sesalnya itu hilang ketika ia sadar bahwa perlakuan yang dilakukan Mingyu kepadanya seperti menunjukkan bahwa Mingyu tidak marah. Apa perasaannya ini benar?

***

Setelah keluar dari kamar Kiyu, ia berencana untuk segera mandi. Entah mengapa tubuhnya terasa sangat lelah malam ini. Padahal hari ini Mingyu tidak melakukan apapun selain pergi untuk melihat pelepasan lampion bersama Kiyu.

Mingyu menekan tombol password pada pintu apartemennya kemudian segera masuk ketika pintu telah terbuka. Dengan langkah lemas ia berjalan menuju kamarnya.

Namun langkah Mingyu terhenti ketika ia melihat sepatu high heels berwarna putih tergeletak asal di lantainya. Ia mencoba menebak siapa pemilik sepatu itu, namun ternyata Mingyu tak pernah melihat sepatu ini sebelumnya. Apa itu milik ibunya? Apa ibunya datang lagi?

"Bu?" Mingyu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

Tak ada jawaban.

Mingyu mengerutkan dahinya bingung. Akhirnya ia memutuskan untuk mengecek satu persatu ruangan di dalam apartemennya. Baru saja Mingyu ingin melangkahkan kaki menuju kamar, suara gemericik air yang berasal dari dapur membuat Mingyu penasaran. Tanpa berpikir panjang Mingyu segera berjalan ke arah dapur.

Mingyu sedikit terkejut ketika melihat seorang wanita berambut coklat yang kini tengah memasak di dapurnya. Dari belakang, Mingyu kenal betul bahwa wanita ini adalah Rena. Kenapa wanita itu bisa masuk kesini? Dari mana ia tahu tempat tinggal Mingyu?

SCARED🤙🏿[Gyu X Pink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang