Playing The Scene

147K 2.6K 35
                                    

[Kamu di mana?!]

[Masih di jalan.]

[Sepuluh menit lagi kutinggal!]

Dengan kesal pria itu memutuskan sambungan. Jika bukan karena urusan pekerjaan, ia tidak akan mau repot-repot menunggu seperti sekarang. Dalam sebuah kafe. Duduk sembari terus menggerutu, dengan tangan kanannya sibuk menggerakkan kursor dalam laptop.

 Duduk sembari terus menggerutu, dengan tangan kanannya sibuk menggerakkan kursor dalam laptop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

[Baiklah, akan aku tunggu.]

[Sekali lagi maaf. Aku benar-benar lupa dengan pertemuan kita hari ini.]

[Tak apa. Aku pun sedang tidak terburu-buru.]

[Baiklah. Kamu tunggu di meja luar saja. Sekarang, aku akan langsung berangkat.]

[Iya, hati-hati di jalan.]

Wanita itu memutuskan sambungan dan memasukkan kembali ponselnya. Diterima pesanannya dari pelayan, tanpa lupa wanita itu mengucapkan terima kasih sembari tersenyum manis.

Melewati beberapa baris meja, wanita itu membuka pintu kafe dengan satu tangannya yang kosong dan duduk di salah satu meja bundar yang berada tepat di luar kafe.

Tidak banyak yang dipesan wanita itu. Hanya sepotong kue strawberry dan secangkir cappucino. Diseruputnya pelan minuman yang masih hangat kuku tersebut, sambil memperhatikan sekitar.

Beberapa pejalan kaki terlihat sibuk melewatinya. Di dalam kafe sendiri, banyak orang yang tampak tak kalah sibuk dengan urusan masing-masing.

Dari tempat wanita itu duduk, ia bisa melihat jelas kehidupan dalam kafe. Hanya ada kaca besar yang membatasi pandangan wanita itu. Matanya pun lalu terpaku. Melihat seorang pria yang hanya fokus dengan laptop di hadapannya.

Pria itu berada tepat di sampingnya. Yang membedakan hanyalah fakta, bahwa pria itu berada di dalam kafe, sementara dirinya berada di luar.

"Pria sibuk ... kasihan kopinya bisa dingin sebelum diminum."

Wanita itu bergumam, kemudian memutuskan untuk kembali menyeruput minuman, mengeluarkan kembali ponsel, lalu memainkan sebuah aplikasi game puzzle kesukaannya.

*****

"Wanita yang sangat santai," sarkas pria itu saat menyesap kopi dinginnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wanita yang sangat santai," sarkas pria itu saat menyesap kopi dinginnya.

Ditatap lekat-lekat wanita yang bersisian dengan mejanya tersebut. Wanita yang duduk di luar kafe itu tampak sibuk memainkan ponselnya. Rambutnya dicepol asal. Dipadu dengan gaya pakaian santai. Dan wajahnya terlihat masih muda. Mungkin di awal dua puluh tahunan.

"Wanita itu sepertinya belum pernah merasakan pahitnya hidup," lanjutnya sambil menggelengkan kepala heran.

*****

Pandangan wanita itu terangkat dari ponselnya. Dalam sekali gerakan, ia menolehkan kepala dari atas bahunya. Bertemu dengan mata hitam seorang pria ... yang amat kelam dan lekat, bagai menarik dirinya masuk ke dalam tatapan kagetnya.

Tentu saja pria itu terkejut. Mendapati dirinya tertangkap basah sedang mengamati dalam diam membuat dirinya malu dan terlihat bagai seorang yang mesum. Tapi, yang membuat pria itu tetap terdiam. Tidak bisa melepaskan tatapan dari hazel mata wanita yang menatap balik dirinya tersebut adalah karena ia merasa kehilangan napas. Mendadak kekurangan oksigen. Menjadikan wanita di sisinya itu sebagai pusat gravitasi baru yang membuat pria itu sulit untuk bergerak.

Satu detik ....

Dua detik ....

Lima detik ....

Hingga satu menit mereka terus seperti itu. Seolah sedang melakukan kontes mata, baik Si Pria maupun Si Wanita tetap tidak melepaskan pandang. Seakan melupakan waktu dan masuk dalam dunia yang dinamakan 'Dunia Serasa Milik Berdua'.

"Hoi! Maaf telat! Tadi macet parah di jalan."

Seorang pria duduk di hadapan pria itu. Membuat fokusnya teralihkan pada teman yang baru sampai tersebut. Dengan terbata-bata, pria itu berusaha menjawab dan meladeni temannya. Dan sadar telah diabaikan, maka wanita itu memutuskan untuk menundukkan pandangan. Menanti teman wanitanya yang belum kunjung datang.

Pada akhirnya, kedua orang itu kembali sibuk dalam pikiran masing-masing. Pria kasar yang melanjutkan lagi pekerjaan, tapi tidak dapat fokus karena belum melupakan mata cantik berwarna hazel yang masih menghantui benaknya tersebut.

Sementara wanita lembut itu balik menikmati kopi dan kuenya, sembari sibuk menenangkan hati karena terus mengingat tatapan tajam hitam pria di sisinya.

Mereka yang saling tidak mengenal, berusaha menganggap kejadian yang terjadi sebagai satu momen biasa. Mengabaikan seluruh rasa yang tumbuh di hati masing-masing. Kembali dengan diri sendiri dan mengangap satu sama lain sebagai orang asing.

- End -

*****

Ditulis oleh: Penulisdsy

Vote, follow, dan komentar jangan lupa

[End] Ending SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang