Lamentation [Ratapan]

81.2K 1.4K 7
                                    

Narasi ini dariku.

Pria yang menangis di sisimu.

Pria yang tertawa bersamamu.

Pria yang selalu mencintaimu.

*****

Cinta adalah pemberian tanpa harap. Walau hanya seorang diri yang merasa. Hadirnya tetap terasa indah dan menyenangkan.

Seperti aku yang selalu memperhatikanmu dalam diam. Tak apa jika dirimu bersama yang lain. Cukup mendengarmu bahagia sudah membuncah hatiku.

Sungguh, aku tak meminta lebih. Bahkan, jika nanti aku tak ada. Seluruh cintaku akan terus hidup. Tumbuh kuat bagai akar pohon. Selamanya akan bertahan hingga beratus tahun kemudian.

Sampai saat di mana aku akan bertemu lagi dirimu. Sampai saat di mana kamu sadar akan rasaku. Dengan takdir yang sama, aku akan senang hati menanggung cinta ini.

*****

Tangannya berhenti menulis. Ia lelah. Kesadaran dalam tubuhnya mulai menipis. Perlahan, ia letakkan kembali pulpen yang digenggam, kemudian ia sandarkan tubuh lemahnya.

Matanya terpejam. Pria itu memutuskan untuk tidur sebentar. Hanya sebentar ... karena ia masih ingin bangun dan melihat wanita itu untuk terakhir kalinya.

*****

Para dokter mulai mendatangi bangsal bernomor 301. Beberapa perawat yang ikut menyertainya, tak kalah sibuk memberikan pertolongan darurat pada pasien pria itu.

Semua usaha dilakukan, tapi nihil. Detak jantungnya tak lagi memiliki semangat untuk berdetak. Tangis dari arah luar kamar mulai bersua, saat seorang dokter keluar menyampaikan berita.

Salah seorang wanita paruh baya bahkan pingsan, karena berita yang disampaikan oleh dokter itu. Semua perhatian menjadi berubah arah. Kini, mereka fokus untuk menjaga wanita paruh baya tersebut. Dibawanya wanita tak sadarkan diri itu ke salah satu ruang rawat dalam rumah sakit.

Hanya ada satu orang yang bertahan di depan pintu kamar. Seorang wanita berambut hitam yang tampak lelah. Ia masih tak mempercayai apa yang didengarnya.

Bagaimana mungkin?! Bagaimana mungkin sahabat prianya itu meninggalkan dirinya begitu cepat! Wanita itu terus menggelengkan kepala. Berusaha menolak semua nyata yang terpapar jelas di depan matanya.

Dan perasaan tersebut baru muncul. Saat pria itu sudah tak ada, wanita itu baru sadar akan cintanya pada sahabatnya tersebut. Semua akhirnya menjadi jelas. Wanita itu kini paham akan alasan di balik semua hubungannya yang tak pernah berhasil. Tentu tak akan berhasil, jika dirinya selalu membandingkan seluruh pria yang dikencani dengan pria itu ... pria ... yang kini sudah meninggalkan dirinya seorang diri.

Dalam diam wanita itu terduduk. Memejamkan mata. Melihat kembali kenangan dan menangisinya. Semua terlambat. Hatinya hancur, walau waktu tetap berjalan. Cinta ... sejak awal terasa rumit untuknya.

-End-

*****

Ditulis oleh: Penulisdsy

Vote, follow, dan komentar jangan lupa

[End] Ending SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang