Pria itu mengetukkan jari pada setir mobil. Hujan deras ditambah padatnya jalan membuat ia bosan. Alunan musik yang terputar pada radio mobil juga tidak memperbaiki suasana. Dengan napas berat, pria itu terus mengamati jalan melalui kaca jendela yang dipenuhi air hujan.
Pasti aku akan pulang terlambat. Padahal besok masih ada seminar yang harus kudatangi. Semua ini karena Bian. Jika saja ia tidak menerima tawaran itu, aku tidak perlu repot-repot pergi mewakili kantor.
Tanpa disadari, ia kembali mendesah. Memikirkan acara yang harus didatanginya besok. Karena telah berjanji pada salah seorang rektor, Bian yang merupakan salah satu tangan kanan sekaligus sahabatnya di kantor, menjual pria itu yang merupakan atasan dari salah satu startup yang sedang berkembang pesat saat ini.
Lihat saja ... aku akan membalasnya nanti. Sudah jelas bahwa aku paling benci tampil di depan umum, tapi ia masih tega menjebakku.
Tidak mengalihkan perhatian, pria itu masih menggerutu dalam hati sembari menyetir pelan.
Tuk!
Kaca jendela mobilnya berdenting pelan, membuat pria itu refleks menoleh. Dari dalam sana, ia bisa melihat jelas seorang wanita yang sedang mengendarai sebuah motor berwarna hitam. Tampaknya, karena ingin menyelip, wanita itu tanpa sengaja menyentuh sedikit mobilnya.
Benar-benar wanita yang tidak sabaran. Apa tidak lihat kalau jalanan ini penuh?! Menyelip seribu kali pun, tetap saja tidak akan bisa mendahului!
Lidah pria itu berdecak kesal. Matanya masih memperhatikan pelaku penyelipan di sampingnya. Namun, wanita yang dipelototi malah terlihat tidak peduli. Menengok ke arah dirinya saja tidak. Dengan mata masih menatap jalanan, wanita itu terus memasang wajah datar.
Tetesan hujan yang terus berjatuhan telah berhasil membuatnya basah kuyup. Di tengah hujan badai tersebut, wanita itu justru terlihat santai. Menikmati setiap air hujan yang menerpa dirinya.
Apa dia gila?! Kenapa pula harus nekat menembus hujan deras seperti ini tanpa mantel hujan?! Lagi pula, ada apa dengan raut wajahnya itu? Terlihat sangat pasrah dan tidak peduli. Ternyata ada wanita aneh seperti ini, ya ....
Pria itu masih keheranan hingga mengerutkan kening. Refleks, ia menggelengkan kepala tanda takjub. Bukan dalam artian baik, tapi dalam artian aneh.
Wanita seperti itu benar-benar akan membuat pusing. Aku tidak akan cocok bersamanya. Tipe wanita ceroboh yang paling kubenci.
Tinn!
Bunyi klakson membuyarkan lamunan pria itu. Tanpa disadari, lampu telah kembali berwarna hijau, membuat setiap pengguna jalan tak sabar untuk segera melaju. Begitu pula dengan wanita yang tadi berada di sisinya dan kini sudah menghilang menjauh. Berusaha memacu motornya menandingi kendaraan lain.
Tak mau diprotes lebih lama, pria itu juga segera memasukkan kembali gigi, lalu ikut melaju meninggalkan momen sementara yang baru ia alami.
*****
- Beberapa menit yang lalu di sebuah jalan -
Tuk!
Ah, aku menabrak kaca mobil orang! Aduh, apa ia akan marah, ya? Mana tidak bisa pula aku menyelip, jadi harus tertahan di samping mobil ini.
Argh! Sial sekali hari ini! Pura-pura saja tak tahu. Mungkin saja orang di dalamnya juga tak sadar.
Berusaha memasang wajah sedatar mungkin, wanita itu terus menatap jalan sambil memanjat doa. Uang bulanannya sudah habis untuk membayar tagihan, jadi jangan sampai pula ada orang yang menuntutnya karena hal sepele seperti sekarang.
Keringat dingin sudah mulai membasahi. Wanita itu orangnya mudah panik, sehingga dirinya selalu cepat berkeringat. Untung saja sekarang hujan. Jadi keringatnya sudah tertutup dengan basah air dari langit.
Dan karena tidak ada protes dari si pemilik mobil, wanita itu pun pada akhirnya bisa kembali tenang. Satu helaan napas bahkan sudah terhembus dari mulutnya yang mulai mendingin.
Aku sekarang tinggal fokus pada jalan. Jangan membuat kesalahan lagi. Lagi pula, tubuh ini sudah lelah karena terlalu sial. Bayangkan saja, hari ini aku lupa membawa mantel hujan serta tidak pula sempat berteduh. Alhasil, aku hanya bisa pasrah menerima terpaan air dan angin yang terus menerjang tubuhku.
Sudah terlanjur basah, jadi lanjutkan saja perjalanan. Itu yang kupikirkan saat tadi menembus hujan. Sekarang, aku harus cepat-cepat pulang untuk mempersiapkan materi presentasi.
Karena diminta seorang rektor, wanita itu jadi terpaksa harus ikut mengurus seminar. Menjadi seorang pegawai rektorat memanglah tidak mudah. Sudah gaji pas-pasan, masih pula harus menerima tugas tambahan. Yang menjadi pembicara sendiri adalah seorang muda yang sedang naik daun, karena perusahaan startup-nya yang berhasil di tengah masyarakat.
Aku dengar pria itu cukup tepat waktu dan perfeksionis, jadi Ibu Rektor memintaku untuk mempersiapkan seminar sebaik mungkin. Ah, benar-benar melelahkan! Padahal aku paling benci jika harus berurusan dengan orang seperti itu. Tapi, apalah dayaku yang hanya seorang biasa tanpa titel apa pun.
Dengan masih mendesah, wanita itu kembali memacu motor setelah lampu berganti warna menjadi hijau. Ia harus terus bertahan hidup. Terus semangat dalam menjalani hari-harinya yang kelabu.
*****
Kedua orang itu berusaha menghindar. Saling menjauh dan membenci. Mereka tidak sadar, bahwa ada benang merah yang tertarik makin kencang, saat mereka semakin menjauh. Benang merah yang disebut takdir dan tidak dapat terputus. Pada akhirnya, mereka akan terus bertemu, terikat, lalu terkait cinta satu sama lain.
-END-
*****
Ditulis oleh: Penulisdsy
Vote, follow, dan komentar jangan lupa
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Ending Scene
Short Story[Short Story - Romance] Follow dulu, baru dibaca. Tahukah Kamu Hidup Itu Seperti Apa? Kadang Terasa Menyenangkan Kadang Terasa Rumit Sedih, Bahagia, Luka, Cinta, dan Semua Rasa Lainnya Muncul dalam Hidup Dari Semua Perasaan Itu, Banyak Hal Yang Ing...