Assalamualaikum temen-temen. Bawa cerita baru lagi. Efek mainnya sama anak-anak ABG jadi balik lagi ke masa ABG wkwkwk.
Nyatanya nulis mengenai kehidupan remaja itu lebih menarik dibanding kehidupan dewasa yang terlalu banyak problem sementara aku sendiri hidupnya flat kaya jalan tol jadi nggak tahu benar masalah orang dewasa yang sebenarnya itu seperti apa *duhjadicurhat*. Jadi maafkan yang selalu nunggu LovelySea tapi ceritanya keburu dihapus dari daftar. berdoa aja semoga LovelySeanya nggak ngambek dan bisa balik lagi ke aku, biar aku bisa menyelami kehidupan mereka yang tak seindah AbiDeeva.
Sekarang, aku bawa pasangan baru lagi wkwkwk, padahal Epilog AbidDeeva belum di post. duuh maafkan :'v
semoga VilleAngin bisa buat kalian senyaman AbiDeeva dan LovelySea. ah, tahu sih tapi nggak bakal senyaman kalian sama dia. duh hahaha.
oke silakan dibaca hasil dari jam kosong di sekolah yang dimanfaatkan dari mencuri waktu koreksian uprak serta tugas ABG yang numpuk di kolong meja wkwkwk.
****
Hari itu langit sedang menatap penuh semangat pada bumi. Sinarnya terlalu cerah, membuat penghuni bumi mengeluh karena silaunya. Kuda-kuda besi pun memenuhi jalanan ibu kota yang begitu padat saat hari menunjukkan pada pertengahan ini, membuat manusia-manusia mengeluh semakin keras karena merasa gerah.
Hal itu tidak berlaku pada gadis dengan seragam sekolah khas SMA BAKTI dengan rok kotak-kotak abu-abu-coklat dipadukan dengan kemeja putih yang dilapisi dengan blazer berwarna abu-abu, dasi pitanya mengalungi leher dengan manis, semanis senyum yang sedari tadi merekah di bibir tipisnya. Di kedua tangannya terdapat sebuah kotak merah dengan pita biru langit, terlihat begitu manis. Kakinya sedari tadi melangkah melewati koridor-koridor sekolah yang nampak penuh dengan siswa-siswi yang berkumpul sekedar untuk bergosip atau bercanda.
Langkah gadis itu terhenti pada sebuah kelas di ujung lorong sekolah, "X IPS 3", dengan senyum yang makin bersinar ia memasuki ruang kelas yang cukup sepi karena sebagian besar berada di luar kelas. Langkah kakinya langsung menuju sosok pria yang tengah sibuk dengan novelnya di sudut ruangan.
"Angiiiinnn!!!!" Suara cemprengnya berhasil membuat remaja laki-laki itu mengangkat kepalanya dan memutar bola matanya dengan malas.
"Apaan sih Ville, berisik tahu!" Gadis yang disapanya dengan Ville itu melebarkan bibirnya dengan manis, membuat kedua matanya berbentuk bulan sabit.
"Nih buat Angin." Disodorkannya kotak yang ia bawa tadi dengan senyum yang masih merekah. "Itu perasaan gue buat lo." Angin mendadak merasakan sebuah perasaan tidak enak sekarang.
I LOVE YOU
Tuh kan! Dari cara Ville masuk ke dalam kelas dan memanggilnya seperti tadi itu sudah membuat perasaan Angin tidak enak, dan nyatanya sekarang gadis yang sudah dianggapnya sebagai adik itu mengungkapkan peerasaannya pada Angin.
"Angin Xavian Bazla, mulai sekarang lo jadi pacar gue. Jadi, lo nggak boleh deket-deket sama cewek lain, nggak boleh tebar-tebar senyum sama cewek lain, nggak boleh genit-genit sama cewek lain. Terus, lo harus ke kantin cuma sama gue, nggak boleh sama yang lain. Ngerti!" Ini bukan sebuah pernyataan cinta yang selama ini Angin tahu, tapi ini sebuah perintah dari Bougenville Zaviera Amzar yang ia yakini tak mungkin bisa dibantah.
"Gue nggak mau!" Angin melempar kotak itu tepat di depan Ville, tapi gadis itu tak peduli, ia menggelengkan kepalanya seolah tak suka dengan cara Angin serta ia tak mau dibantah dan tak mau menerima penolakan dari lelaki yang sudah dikenalnya selama hampir dua tahun itu. Ah, Angin sudah bisa menebaknya dari awal.
"Nggak peduli. Makan coklatnya, dan sampai ketemu nanti malem di rumah Tante Zahra, dadah Angin!" Ville berjalan meninggalkan ruang kelas Angin, menyisakan tatapan iri dari para lelaki dan tatapan jijik dari gadis di kelas yang menyaksikan adegan tersebut. Jika laki-laki merasa iri terhadap Angin yang mendapat kesempatan emas untuk menjadi pacar Ville, maka tatapan jijik itu terpancar dari para gadis untuk Ville karena merasa Ville adalah gadis arogan serta agresif.
Ville tak pernah peduli itu semua! Ia hanya peduli pada dirinya sendiri. Ia tak pernah menganggap orang-orang yang membencinya, karena mereka membenci Ville di belakang sementara di depan Ville, mereka bersikap manis semanis gula yang lama-lama membuat Ville muak dengan semua itu. Dalam otak Ville tertanam sebuah prinsip jika orang-orang yang membencinya akan selalu melihatnya dengan keburukannya, dan orang-orang yang menyukai Ville akan melihatnya dengan kebaikannya meski seburuk apapun Ville.
***
"Angiiinn!!!" Ville langsung menyambut Angin yang baru saja keluar dari mobil bersama kedua orang tuanya, Angan—Kakak kembar Angin—serta Anjani—adik perempuannya. Angin lagi-lagi memutar bola matanya dengan malas.
"Halo Om, Tante, Angan, Anjani." Senyumnya masih merekah, semerekah siang tadi, tak berkurang sedikitpun.
"Hai Ville." Mereka balik menyapa Ville.
"Om, Tante, aku sama Angin udah pacaran loh." Angin langsung melebarkan matanya saat tahu gadis yang menyatakan cintanya siang tadi begitu berani untuk mengungkapkan hal tersebut kepada kedua orang tuanya.
"Beneran Ville? Ah, Tante seneng banget! Selamat ya, Sayang!" Aira—Mama Angin—langsung meraih Ville ke dalam pelukannya, membuat anggota keluarga yang lain tertawa dibuatnya.
"Ma, nggak!" Angin langsung mengklarifikasi.
"Iya juga nggak pa-pa. Mama seneng kalau kalian pacaran. Tenang, Mama nggak kaya ibu-ibu lain yang ngelarang anaknya pacaran, tapi kalau kalian lagi pacaran ajak Mama ya." Aira makin membuat Angin pusing karena tingkah wanita berusia pertengahan kepala tiga itu.
"Oke Tante!" Tanpa pikir panjang Ville menyetujui ucapan Aira.
***
Nah kan. nggak ngerti deh tuh gimana cerita. silakan dikasih seblaknya. butuh yang super pedes biar bisa bikin perut sama otakku kenyang nih wkwkwk. terima kasih, semoga benar-benar bikin nyaman meski tak senyaman dia wkwkwk :*
YOU ARE READING
Bougenville
Teen FictionKerikil membatu Tak goyah dengan siulan angin Tak tergoda dengan rayuan angin Rerumputan tertunduk Tersipu akan siulan angin Tapi tak terlena dengan rayuan angin Bougenville tertarik Terpana wanginya angin Terpesona akan hadirnya angin Bougenville t...