Bougenville 3

36 9 0
                                    


Cantiknya kepakan sayap menyapa

Siulan berbagai jenis nada menghampiri

Aku mengabaikan,

Membiarkannya hanya sekedar lewat tanpa mau menyapa juga,

Tanpa mau kembali menghampiri

Kesadaran akan telinga tak saling mendengar

Kesadaran akan mata tak saling menatap

Kesadaran akan tangan tak saling menggenggam

Kesadaran akan hati yang tak penah terbalas

Kini,

Aku tahu,

Kamu memilihnya!

Jangan mendekat!

Ada hati yang harus kamu jaga!

***

Ville hanya berdiri dengan menundukkan kepalanya saat keduanya berada di atap sekolah—salah satu tempat yang cukup sepi. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk tidak terlihat sendu di depan Angin. Ia menahan air matanya agar tak terjatuh di depan laki-laki itu. Ia harus terlihat baik-baik saja. Bukankah ia yang memilih untuk pergi dari Angin?

"Ville," Ville mengangkat kepalanya dan mendapati Angin sedang menatapnya dengan tajam.

"Maaf udah ngerusak hubungan kamu sama Kak Deasy." Hanya itu yang mampu Ville katakan saat ini, suaranya begitu parau. Mungkin jika ia bertahan di depan Angin, air matanya akan benar-benar turun saat ini juga.

Ia akhirnya memutuskan untuk berjalan meninggalkan Angin, namun tangan besar Angin meraihnya, menghentikannya untuk pergi. Ville tetap membelakangi Angin, ia bahkan tak mendengar sedikitpun suara Angin.

Sampai akhirnya ia benar-benar terisak. Tangis itu kini pecah di hadapan Angin. Ville meruntuhkan pertahannya di depan Angin, ia pun meluruhkan tubuhnya, memeluk lututnya. Ia malu, sungguh, ia benar-benar malu menangisi laki-laki di belakangnya kini.

Tapak kaki terdengar di telinga Ville, bahkan ia merasakan sebuah bayangan menutupi dirinya yang masih mengatur diri untuk tidak menangis. Sampai akhirnya ia benar-benar menghentikan tangisnya. Meski masih terasa begitu sesak, namun ada rasa lega karena telah mengeluarkan sedikit bebannya.

"Jangan nangis di depan orang lain lagi. Cukup di depan gue." Ville mengangkat kepalanya saat mendengar kalimat itu dari mulut Angin. Ia mendapati Angin sudah berjongkok di hadapannya. "dan, jangan bilang sama siapapun kalau kita udah putus. Gue nggak mau diganggu."Ini kalimat terpanjang Angin bicara padanya. Ville mengernyit tak mengerti.

"Devon udah tahu." Balas Ville mulai tenang. Matanya menatap mata Angin yang masih sama dingin seperti yang lalu.

"Jangan sampai yang lain juga tahu." Balas Angin lagi.

"Egois!" Entah, dari mana kata itu berasal. Yang pasti Ville sendiri tak pernah menyangka ia mampu mengatakan hal tersebut. Padahal selama ini Ville juga merasa nyaman saat orang lain tak mengetahui hubungannya dan Angin yang sebenarnya. Bahkan ketika Kalam menanyakan hubungannya dengan Angin, ia menjawab bahwa hubungan keduanya baik-baik saja.

"Dan lo mampu bertahan sama orang egois kaya gue sampai bertahun-tahun. Jadi bertahanlah sebentar lagi." Balas Angin. Ia bangkit dari jongkoknya dan berdiri di hadapan Ville.

"Gue harap, mulai sekarang kita bisa temenan normal." Angin mengulurkan tangannya. Ville masih menatap Angin tak mengerti. Laki-laki ini tak pernah ramah kepadanya, namun kenapa saat ini meminta mereka untuk berteman?

BougenvilleWhere stories live. Discover now