9

28 2 4
                                    

Langit kota Garut lagi-lagi diguyur hujan hari ini, tanpa basa-basi hujan turun dengan begitu derasnya, akhirnya kami pun memutuskan untuk meneduh di gubuk-gubuk pinggir jalan menuju air terjun, tidak ada yang tau sudah seberapa dekat kami dengan air terjun, tapi kami tetap berniat untuk melanjutkan perjalanan kali ini.

"Kebasahan nggak?" ini adalah perkataan pertama Dafa setelah jawaban yang cukup menyakitkan sebelumnya

"Enggak" aku masih sangat malas untuk berbicara dengannya. Dafa pun berjalan menghampiri Arka, mereka berdua kini sama-sama menghisap rokok.

"Ratih, kenapa sii kayanya dari tadi diem-dieman, bette?"tanya Maya kali ini

"Tau deh kenapa si lu?"Sia yang ikuta ikutan mulai kepo

"Entar ajalah kalo udah di kostan gue cerita, males bahasnya sakit"

"Waaah kenapa ih jadi penasaran" Sifat ke kepoan Maya akan muncul jika sudah mulai membahas hati.

"Hujannya udah mulai reda nih, kita mau lanjut apa mau balik apa mau gimana?" tanya Arka kali ini membuat obrolan ku dengan Maya dan Sia berhenti

"Lanjut lah, tanggung udah sampe sini, udah basah-basahan juga" timpal ku sambil beranjak kearah motor dan menggunakan helm

"Ye kucing yaa biasa aja orang gue nanya bisa aja, lagi dapet ya lu sensi amat" ledek Arka kali ini

Aku tak menghiraukan ucapan Arka, akhirnya dengan hujan yang masih turun tidak begitu deras, kami melanjutkan perjalanan. Rute perjalanan kali ini cukup menyejukan mata, jalan yang naik turun serta berkelok-kelok, dengan di suguhkan pemendangan yang sejuk dan hawa dingin ciri khas pegunungan di tambah bekas tadi turun hujan, semakin membuat ku merapatkan jaket yang ku genakan. Sama sekali tidak membosankan

"Eh itu anak-anak yang tadi neduh bareng kita, kayanya mereka juga mau ke air terjun, berarti udah ga terlalu jauh nih" ucapan Dafa kali ini membuyarkan lamunan ku. aku masih tidak menjawab, hanya memperhatikan beberapa motor yang melaju, seperti yang dikatakan Dafa sepertinya mereka memiliki tujuan seperti kami.

Motor kami terus melaju tanpa tau sebenarnya tujuan kami ini sudah dekat atau belum, jarak dari tempat kami berteduh sebelumnya dengan sekarang sepertinya sudah hampir lima kilo tapi entah lah aku tidak begitu tau, jalanan yang naik turun pun sudah kami lewati beberapa kali, tapi masih belum ada tanda-tanda air terjun. Aku menegok ke atas langit, langit sudah kembali gelap seperti sebentar lagi hujan akan turun lagi.

"Ini masih jauh?"tanya ku memecah kesunyian

"Nggak tau gue juga, ngikutin Arka aja"

Satu tetes dua tetes hujan kembali turun, kali ini hujan datang tidak secara tiba-tiba mereka berbasa-basi cantik dulu. Hujan kembali turun begitu deras, kami kesulitan mencari tempat untuk berteduh

"Depan ada warung kita neduh dulu aja" teriak Arka

Kami pun berteduh di warung milik salah seorang warga sekitar. Sudah lima belas menit tapi sepertinya hujan pun tidak ada niatan untuk berhenti, mungkin lebih deras iya. Sambil menunggu hujan, dan kebetulan kami menunggu di warung milik warga sekitar rasanya tidak enak juga jika tidak membeli

"Bu misi, bisa beli Energen vanilla ga? Tapi diseduh" tanya ku kepada pemiliki warung

"Oh bisa Neng, satu aja?'

"Kalian ada yang mau nggak?"

"Rasa coklatnya dua ya bu"Jawab Maya

"Oh iya sebentar ya"

Lantas ibu pemilik warung pun meninggalkan warungnya dan sepertinya menuju dapur untuk membuat minuman yang kita pesan. Di dalam warung masih ada dua perempuan dengan seorang balita, sepertinya saudra dari pemilik warung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kamu dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang