2

54 16 17
                                    

Dafa.. adalah seorang laki-laki yang akhir-akhir ini membuat jantung ku berdegup lebih kencang setiap aku melihatnya, yang membuat ku tak berhenti tersenyum meski hanya dengan mengingatnya.

Tapi lucunya kami tidak pernah bertegur sapa saat bertemu atau saat tengah berapa diantara orang banyak, saling mengirimi pesan pun jarang. Aku adalah pengagumnya yang setiap hari memangdangnya dari jauh, yang setiap hari mencoba mencaritahu segala kegiatannya. Melihatnya tertawa adalah salah satu kebahagianku.

Aku  tidak tau alasan apa yang membuat ku begitu menyukainya, secar fisik tubuhnya tidak kekar, dadanya pun tidak pidang, tingginya kurang lebih mungkin hanya 160 cm, tapi dia memiliki kulit yang bersih tidak putih tapi tidak hitam juga. ya memang bukan tubuh laki-laki yang ideal, tetapi aku tetap menyukainya, dan satu lagi Dafa memiliki mata yang indah bola matanya berwarna berwarna coklat, dan saat berbicara matanya selalu bersinar.

Dafa selalu bisa membuat suasana semakin hangat dengan candaan-candaan yang dilontarkan. Dia juga laki-laki yang mudah bergaul dengan orang lain, tidak membutuhkan waktu lama baginya dalam menjalin sebuah perbincangan dengan orang yang tidak dikenal sebelumnya. Menurut ku, Dafa selalu memberikan kebahagian pada siapapun yang berada di dekatnya.

Aku dan Dafa mulai dekat ketika kami memasuki Universitas yang sama, kebetulan kami juga berasal dari sekolah menengah atas yang sama. Saat itu kampus ku sedang mengadakan acara Open House untuk mahasiswa baru. Aku terlambat datang ke acara kampus ku pagi ini, Dafa memberiku kabar bahwa acara sebentar lagi akan dimulai dan gedung sudah mulai penuh hampir tidak ada bangku kosong yang tersisa. Sebelum acara dimulai aku dan Dafa saling mencari keberadaan satu sama lain. Dafa berdiri dengan ponsel yang menempel di telinganya yang sedang tersambung dengan ku.

"Hei ini liat gua nggak? Gua di pojok sebelah kiri dari posisi elu sekarang"

Mata ku mencari sosoknya, Aku hanya mengganggukan kepala dan memberikan ibu jari sebagai tanda bahwa aku melihatnya. Aku pun memutuskan untuk menunggu di luar gedung hingga acara selesai.

Kejadian itu membuat hubungan ku dengan Dafa menjadi seperti sekarang. Hampir setiap hari seusai jam kuliah, dafa selalu mampir ke kostan ku, entah hanya untuk mampir menyapa atau hanya menghabiskan stok makanan yang aku punya. Ia datang ke kostan ku memang tidak pernah sendiri, ia selalu datang bersama Arka.

Arka adalah teman laki-laki ku sekaligus teman laki-laki pertama yang Dafa dapatkan di bangku perkuliahan ini. Dafa dan Arka seperti dua anak kembar yang tidak bisa terpisahkan, dimana ada Dafa maka disitu ada Arka begitupun sebaliknya, meski secara fisik mereka tidak kembar.  Mereka berdua begitu akrab, jika kita melihat langsung kita akan mengira bahwa mereka sudah saling mengenal sejak lama. Bahkan tidak jarang Dafa menginap di rumah Arka hingga berhari-hari. Tidak ada kecanggungan diantara mereka, mereka mulai terbuka satu sama lain. Kebetulan Arka bukan anak rantau seperti aku dan Dafa, jarak rumahnya menuju kampus kurang lebih 15 km. cukup jauh memang tetapi karena daerahnya bukan daerah yang ramai seperti di kota-kota besar, kemacetan pun jarang terjadi.

Aku ingat saat itu suasana perkuliahan kami benar-benar sedang hectic. Tugas-tugas yang diberikan tidak pernah berhenti berdatangan. Tugas kelompok ataupun individu, begitu banyak menguras otak dan tenaga kami. Di posisi seperti ini kami para mahasiswa baru dituntut untuk bisa mengelola waktu dengan baik, bagaimana caranya dalam waktu tujuh hari dengan waktu yang dimiliki perharinya hanya dua puluh empat jam kami harus bisa menyelesaikan segala tugas-tugas yang diberikan, bukan hanya di bidang akademik, di bidang non-akademik pun kami dituntut untuk bisa menyelesaikan apa yang ada. Tugas diberikan dengan deadline yang begitu berdekatan, satu tugas selesai maka tugas lain datang untuk kembali dikerjakan. "Aaah sungguh nikmat menjadi mahasiswa".

Kamu dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang