7

8 2 6
                                    

Selama di perjalanan tidak banyak perbincangan yang terjadi antara aku dan Dafa. Sepanjang perjalanan aku lebih menikmati pemandangan yang ada, sesekali aku mengajak Dafa membicarakan hal-hal yang tidak begitu penting hanya untuk mengalihkan rasa kantuknya saat di balik kemudi.

"Kalo kaki lu pegel itu yang pedal bawahnya buka aja, kalo enggak kakinya panjangin ke depan" Dafa mengarahkan matanya menujuk kearah kaki ku

"Iya"

"Maya di belakangan kan?"

Aku menengok kearah belakang mencari motor yang kendarai oleh maya. Cukup jauh tertinggal dari ku dan Arka ternyata, Arka dan Sia yang sudah melajutkan motornya lebih cepat dari kami sekitar tiga kilo meter sepertinya jarak dengan kami.

"Iya tuh gue baru liat mereka tapi lumayan jauh si"

"Oh yaudah kita tunggu aja dulu kalo gitu, ntar ketinggalan jauh"

Dafa pun menurunkan kecepatan motornya dan mengarahkan dan memarkirkan motornya kesamping jalan. Aku masih duduk diatas motornya begitu juga Dafa, hanya posisi tubuhnya yang sedikit dia putarkan kebalakang agar bisa melihat posisi motor Maya dan pacarnya. Dengan posisi ini aku bisa melihat sedikit wajahnya yang tertutupi oleh baf dan menyisakan mata coklatnya serta rambut bagian depan yang ia sisakan saat menggunakan helm, ini adalah ciri khas Dafa saat menggunakan helm.

Tiinn tiinn

Suara klakson motor Maya yang kini melaju mendahului aku dan dafa, dan kami pun melanjutkan perjalanan lagi. Setibanya dirumah saudara ku kami langsung beristirahat menyantap makanan yang disediakan merebahkan tubuh dilantai yang dingin, karena cuaca di Garut pada siang ini panas.

"Nanti sore kita mau kemana? Tanya Arka kepada ku

"Ih mana gue tau kan gue bukan orang sini"

"Coba tanya sodara lu gih, tanyain aja ada pemandangan yang bagus ga sekitar sini"

"Oke nanti gue tanya. Udah gih lu istirahat dulu sana,  sama itu ada makanan di makan, gue mau ke sodara gue dulu"

Akhirnya kami semua memutuskan tempat mana saja yang akan kami kunjungin selama di Garut. Yang pertama kami akan mengelilingi desa terdekat dan mampir untuk sekedar foto-foto di bawah mentari yang sebentar lagi akan terbenam, lalu malamnya kami akan berendam di pemandian air panas dan sebelum pulang besok kami merencakan untuk pergi ke air terjun yang searah dengan jalan pulang kami.

Ketika sore kami meninggalkan rumah dan berkeliling di daerah-daerah sekitar menggunakan motor, formasi duduk kami masih sama, aku masih di bonceng oleh Dafa, Arka masih membonceng Sia dan Maya masih berboncengan dengan kekasihnya. Di tempat-tempat tertentu kami berenti dan sesekali mengabadikan gambar dengan kamera yang dibawa oleh Maya. Di tengah jembatan gantung, di tengah sawah bahkan di pinggi-pinggir jalan.

"Tih, lu takutkan sama yang kaya gini?, nih gue fotoin buat elu, jangan di hapus ya" Dafa tau bahwa aku memiliki phobia pada lubang lubang yang tersusun dan dalam jumlah yang banyak.

Respon saat diperlihatkan hasil jepretannya tentu saja aku jiji dan geli sendiri, tapi aku berniat tidak akan pernah menghapusnya walaupun aku geli. Langit garut sore ini sangat indah dengan warna jingga yang tidak terlalu terang, suasana saat itu juga indah, ini adalah pertama kalinya aku berpergian sendiri dengan teman-teman ku tanpa di dampingin oleh yang lebih dewasa.

Langit jingga sore hari ini tidak begitu bersahabat, tidak lama hujan mulai turun dan kami pun sibuk bergegas menuju motor yang diparkir tidak terlalu jauh, kami bergegas untuk segera pulang sebelum hujan semakin deras dan sebelum hujan merusak kamera Maya. Aku mencoba menutupi kamera dan kepala ku dengan kupluk jaket yang dikenakan oleh dafa. Dafa sibuk mengendarai motornya di tengah jalan yang tidak begitu mulus bahkan hampir tidak mulus. Sesampainya dirumah hujan pun turun dengan begitu derasnya. Ada rasa kecewa saat hujan turun, jika hujan tak kunjung usai bisa-bisa aku dan teman-teman ku hanya menghabiskan malam dirumah dengan menonton tv bersama atau bahkan dengan kesibukannya sendiri-sendiri.

Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam, hujan pun sudah mulai reda hanya jalan saja yang masih basah. Bahagia, akhirnya bisa melanjutkan agenda yang sudah direncakan

"Tih jadi nggak ke pemandian air hangatnya?" Maya dan Sia menghampiri ku yang sedang duduk diluar bersama dengan saudara ku.

"Jadi, kan hujannya udah reda"

"Tapi Arka sama Dafa tidur dari tadi"

"Yaudah lima menit lagi aku bangunin mereka"

Membangunkan Arka dan Dafa ternyata tidak semudah bayangan ku. sudah hampir tiga puluh menit dan mereka belum juga bangun dari tempat tidur. Setelah aku mulai-mulai kesal barulah Arka bangun dan mengumpulkan kembali tenaga dan nyawanya, sepuluh menit kemudian disusul oleh Dafa, dengan muka yang malas akhirnya mereka bangun dan pergi ketempat tujuan yang sudah direncanakan.

Perjalanan malam hari selalu lebih indah di bandingkan siang hari. Lampu-lampu menghiasi sepanjang jalan begitu juga dengan toko-toko yang tetap ramai. Sesampainya di tempat pemandian Aku, Sia dan Maya langsung berganti pakaian, dan menceburkan diri ke kolam air hangat. Suasana disini cukup ramai, banyak pengunjung yang datang dengan keluarga. Aku menikmati liburan ku kali ini, mencoba menghilangkan rasa lelah setelah kegiatan di kampus dan perjalanan tadi, Arka dan Dafa masih saja duduk dengan pakaian yang masih utuh seperti tidak ada niat untuk ikut bergabung bersama kami. Hanya Wildan kekasi Maya yang sudah mulai bergabung. Dari kolam pemandian aku memperhatikan Arka dan Dafa sepertinya mereka tengah memperhatikan salah satu pengunjung disini dan benar saja, mereka sedang membicarakan wanita cantik di sebrang sana dan sesekali Arka mengambil fotonya.

"Kalian ga akan turun, mau duduk duduk aja disini? Mereka masih tidak menggubrisku "Mending di rumah aja kalo gitu"

Aku pun pergi meninggalkan mereka dengan muka sebal, bagaimana tidak niatnya mau happy bareng-bareng, eh kejadiannya malah seperti ini. Akhirnya Dafa pun mulai turun ikut bergabung dengan aku dan yang lainnya. Sesekali dia mengajak ku bercanda dan berenang-renang sendiri hingga keujung.

"Coba deket sama Nangor ya Tih, kayanya bakal sering berendem gue" ucap Dafa yang kini berdiri disamping ku.

Aku hanya mengangguk

"Ah masih bette ni kayanya, yaudah yuk berenang ketengah terus ke ujung balapan sama gue" kali ini Dafa mencoba menghiburku

"Gue nggak jago berenang nggak bisa kalo ke yang dalam banget, di sana kan dalem"

"Yaudah jalan aja gausah berenang gue pegangin" Dafa pun menarik kedua tangan ku menuntunkan hingga ke tengah. Dan aku pun tak henti-hentinya meminta untuk dia tidak melepaskan tangannya dan berniat meninggalkan ku di tengah sini, kira-kira air kolam itu sudah hampir mencapai daguku untungnya aku masih bisa menjinjit

"Jangan di lepas ya, awas lu gue nggak bisa berenangkan Fa"

"Ih bodo amat haha" tawanya begitu renyah di telinga ku, masih dengan tangan yang menggenggam tanganku

"Dafaaaaa"

Kami pun tertawa bersama, bahkan aku tidak bisa mendeskripiskan wajah Dafa saat itu, dengan wajah yang meledek, dengan tawanya yang penuh kepuasan karena sudah berhasil mengerjaiku. Aku dan Dafa kini berhadapan dengan jarak yang sedekat ini, aku bisa melihat setiap sudut di wajahnya, aku bisa melihat senyum dan tawanya dengan sangat jelas dan aku menyukainya. Aku tidak perduli dengan anggapan orang lain yang sedari tadi memandangi kami dengan tatapan seakan tidak suka.

Kamu dan WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang