who is next ?

41 5 2
                                    

Jawaban Joy yang membuatku penuh pertanyaan, menyebabkan ku tidak bisa tertidur satu malam ini.
'Bunuh? Untuk apa dia membunuh? Ada apa dengannya?'

Tak sadar beberapa lama aku memikirkannya, akhirnya aku tertidur.

"Bangunn putri kecilku!!" Goda mama sambil mencubit cubit pipiku
"Aduh mah aku ngantuk sekali, 5 menit lagi yaa."
"Loh tapi diluar ada yang nunggu lho temanmu"
"Hah siapa?" Tanyaku kaget.
"Joy namanya kalo gak salah tadi."
Aku langsung berlari lalu mengintip ke lantai bawah ke arah ruang tamu dan benar Joy menunggu disana.
Tanpa pikir panjang aku langsung kembali berlari ke kamar mandi.

(setibanya disekolah)
"Joy, kok bisa tau rumahku?" Tanyaku tak percaya,dia menjemputku untuk berangkat bareng.
"Iya aku pernah melihatmu berjalan memasuki rumah itu." Jawab Joy dengan senyuman manisnya.
Memang benar. Aku menyukai Joy.

Semua murid berlari menghampiri papan pengumuman. Belia murid kelas 11 IPA 8 telah dibunuh. Orangtua yang menemuinya mengatakan bahwa wajah Belia hilang sebagian, ditinggalkan hanya mata yang melotot tajam dengan bekas gigitan di pipi kanannya, darah Belia yang bercucuran dan berbau amis diperkirakan telah dibunuh 2 jam yang lalu sebelum orangtuanya menemui mayat Belia.

Gadis yang malang itu diperkirakan terbunuh pada pukul 6 sore setelah ekskul renang selesai. Sang pembunuh berniat menyeburkannya ke kolam 2,5meter, tetapi ada perlawanan yang diberikan Belia. Sehingga Belia mencakar sang pelaku dan meninggalkan bekas darah dikuku Belia.
Pelaku menggigit bagian kiri wajah Belia hingga hilang, lalu mencoba menggigit sebelah kanan tetapi gagal dan hanya meninggalkan bekas gigitan dipipinya itu. Mata kiri Belia pun tidak ditemukan. Sangat sadis.

Dia masuk. Gadis misterius itu masuk kelas.
Mata lebamnya yang membiru kemerah merahan serta bibirnya yang seakan terobek dan penuh dengan bekas darah membuatku lebih penasaran.
Rambut panjang yang dibiarkan terurai berantakan hampir menutupi wajahnya. Seperti biasanya, dia datang, lalu duduk dan menunduk.

Joy yang biasanya menjadi temanku untuk pulang bersama, kali ini tidak. Joy pergi berkumpul bersama gengnya karena dia diolok olok  jarang berkumpul semenjak aku hadir di sekolah ini.

Gadis itu berjalan tepat didepanku. Aku tak ingat namanya. Guru tak memanggilnya saat diabsen, bahkan tak pernah menyuruhnya maju untuk mengerjakan soal. Dia seolah tidak ada.

Tanpa ragu aku langsung menyusul dan berjalan disampingnya, lalu menyapanya "eh haii."
Dia menatapku lama, tatapannya tajam. Matanya tak asing jika dilihat. Banyak sekali goresan goresan luka diwajahnya seperti kulit yang tergores oleh benda tajam yang membuat beberapa kulitnya terlihat terbuka. Kulit putih pucatnya membuat dia terlihat seakan dia sudah tiada.

"Sudah lama tidak jumpa, sereta" tatapannya semakin tajam. Seperti penuh kebencian, serta senyumnya yang bisa dibilang evil smile dapat membuat orang disekitarnya menjauhinya karena ketakutan. Tapi tidak denganku.

"Jumpa? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanyaku heran
"Iya!" Dia menjawab dengan nada kesal dan menetaskan air mata kebencian itu.
Lalu dia tertawa dan berkata
"Menurutmu, siapa yang akan mati selanjutnya?"

BEHINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang