R.A 3. Rapuh Yang Arqila Alami

4.7K 412 62
                                    

Arqila berlari kecil menghalau orang-orang yang masih berjalan, kejadian barusan membuatnya merasa malu.

Apa Arqila tidak layak untuk hidup tenang? Iya benar, Arqila mungkin memang tidak layak untuk tenang. Ia hanya patut diperlakukan buruk seperti kejadian tadi.

Rasa sakit dalam hati yang ia rasakan sudah semakin rapuh, rasa bersalah yang selama ini semakin menumpuk dalam hati. Saat mengingat tatapan Raditya menatap Arqila dengan tatapan membunuhnya.

Kejadian hari ini membuat Arqila sadar akan keberadaan dirinya, ia tidak diterima, ia dibenci, ia tidak layak akan kasih sayang.

Ucapan Vina membawa Arqila kedalam tumpukan memori silam saat ayahnya yang dipenjara dan ia diputuskan oleh Raditya secara sepihak, padahal waktu itu Arqila masih sangat mencintainya dari dulu hingga sekarang pun ia masih mencintai Raditya.

Tanpa terasa lamunan Arqila ditarik secara paksa karena bus yang ia naiki sudah sampai pusat perbelanjaan mewah yang ternama di mana tempatnya bekerja sebagai OG.

Arqila beranjak dari kursi bus untuk cepat turun karena waktu pergantian sift siang Arqila akan segera berakhir, meski Arqila lembur menggantikan teman sift siang yang berhalangan hadir. Arqila harus cepat-cepat sampai ditempat karena akan ada brifing terlebih dahulu oleh supervisor cleaning service sebelum memulai bekerja.

Saat Arqila berlari mengejar waktu untuk segera cepat sampai, ia melihat Raditya dan Nanda sedang berjalan sambil bergandeng tangan. Sakit, sakit yang Arqila rasakan saat melihat laki-laki yang ia cintai sedang bergandengan tangan dengan sahabatnya sendiri.

Arqila tersenyum kecut melihatnya, mereka tanpak sangat serasi, sama-sama dari kalangan atas, dulu memang ia pantas bersanding dengan Raditya tapi sekarang sudah berbeda, lihatlah dirinya sekarang hanya sebagai petugas bersih-bersih di mall, pusat perbelajaan mewah saja.

Arqila mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan untuk sedikitnya mengurangi rasa sesak dalam hatinya saat melihat mereka berdua.

Arqila pun berlari kecil kembali menuju tempatnya bekerja, saat sampai di sana sudah banyak rekan sesama profesinya yang sedang berdiri membentuk sebuah lingkaran, dan di sana ada Bu Hani supervisor sift siang kali ini.

Alamat aku akan kena omelan.

Arqila berjalan perlahan mencoba masuk ruang lokernya untuk mengganti pakaiannya menjadi seragam OG. Setelah sudah mengganti seragamnya ia memutuskan keluar dan bergabung dengan yang lain, tidak ada rekan sesama profesinya yang menyukai akan kehadirannya itu, karena mereka sudah pada tau kalau Arqila anak dari seorang pembunuh dan koruptor.

"Arqila!" bentak Bu Hani keras membuat Arqila terlonjak kaget mendengarnya.

"I-iya Bu?" sahut Arqila cepat dengan mendongak menatap Bu Hani.

"Kamu terlambat, kamu tau hukumanmu apa?" Arqila mengangguk. "Bagus, kalau kamu tau, kamu harus pulang terakhir dan harus membersihkan toilet dilantai dasar. Kamu mengerti?"

"I-iya Bu."

"Oke, untuk semuanya waktunya mulai bekerja dibagian masing-masing." ucap Bu Hani mengakhiri dengan menepuk tangannya pelan.

Mereka semua pun bertepuk tangan bersama-sama dan membubarkan diri masing-masing untuk menuju area bekerja masing-masing selama sift berlangsung yang sudah ditetapkan di mading loker.

Malam telah berlalu begitu cepat, Arqila yang sudah bersiap-siap akan turun menuju ke loker, dihentikan oleh suara Yati yang melengking.

"Qila!" panggilnya. Merasa namanya yang dipanggil, sontak Arqila membalikan badannya menatap Yati yang begitu sinis melihatnya, sudah sangat lama sekali Yati sangat membenci Arqila karena Arqila adalah anak seorang pembunuh dan koruptor.

Raditya and Arqila ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang