'Blugh'
Fiona menutup pintu mobilnya. Keluar dengan tergesa bersama dua asistennya. Memboyong gaun pengantin yang sudah digantung pada hanger menjuntai panjang. Kini mereka sudah sampai di basement sebuah hotel tempat Amanda dan suaminya melangsungkan resepsi pernikahan. Dengan hati-hati mereka membawa gaun yang masih terbungkus plastik itu menuju lift basement untuk mencapai tingkat hotel dimana Amanda sedang dirias saat ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi, satu jam lagi Amanda akan segera melangsungkan resepsi pernikahannya.
“Masih ada waktu,” gumam Fiona setelah melihat jarum jam di tangannya.
Lega. Pasca kemacetan yang mereka lalui selama perjalanan tadi. Sengaja berangkat lebih pagi agar bisa datang tepat waktu, dan terbukti pengorbanan mereka tidak sia-sia.
'Kling'
Pintu lift terbuka. Menunjukan bahwa mereka sudah sampai di tingkat gedung yang mereka tuju. Vina tidak berhenti menghubungi Amanda dengan headset yang menempel di telinganya karena kedua tangannya membantu memboyong gaun, suara Amanda dapat ia dengar sangat girang dari balik headset.
“Fiona!” Pekikan itu terdengar di sebuah pintu kamar ketika Fiona, Nida, dan Vina sedang sibuk celingak-celinguk mencari ruang rias Amanda.
“Di sini Fiona!”
Amanda melambai-lambaikan tangannya membuat Fiona dan kedua asistennya bergerak mendekat.
“Akhirnya ketemu juga,” ujar Fiona seraya melepaskan nafas lega dan menepis titik-titik keringat di keningnya.
“Masuk.”
Amanda ikut membantu ketiga gadis itu memboyong gaunnya.
“Loh? Bunga pengantinnya mana?”
Sebentar! Pertanyaan Amanda membuat Fiona terhenyak. Seakan ingin membenturkan kepalanya.
“Kok bisa lupa sih?”
Nida bergumam seraya menepuk-nepuk keningnya.
Padahal tadi pagi Nida dan Vina sudah membuat rangkaian bunga mawar putih dengan indah. Buket bunga itu mereka simpan di samping manekin. Agar tidak tertinggal. Namun akibat terburu-buru...
“Ohhh... Bunganya ketinggalan di mobil,” jawab Fiona dengan tampang sok tenang. Nida dan Vina saling lempar pandang, padahal mereka tahu percis bunga pengantin itu tertinggal di LB.
“Aku ambil dulu ke bawah. Kamu tenang aja, Vina sama Nida yang bantuin kamu pakai gaun.”
Dengan langkah terburu Fiona keluar dari ruang rias. Keningnya kini mulai basah, titik-titik keringat tadi berubah menjadi aliran air membanjir. Fiona bergerak seraya menatap jam tangannya. Tidak mungkin ia kembali ke LB untuk mengambil bunga dalam waktu satu jam. Membayangkan perjalanannya untuk menuju tempat ini yang padat merayap tadi membuat Fiona putus asa. Haruskah ia mencari toko bunga di sekitar tempat ini sebagai penggantinya?
Fiona semakin bingung. Langkahnya terus diayunkan tanpa ide yang kunjung muncul.
'Tap tap tap'
Basement yang sepi menggemakan suara tepukan high heels yang Fiona kenakan.
“Aduuuh!” Fiona menepuk-nepuk keningnya sendiri. Kenapa selalu teledor seperti ini. Fiona malah sibuk mondar-mandir berjalan di samping mobilnya. Harus ke arah mana ia mencari toko bunga? Kemana? Tangannya meraih ponsel di dalam saku roknya. Menggeser-geser layar ponsel, bertujuan untuk googling mencari toko bunga terdekat dari daerah dimana sekarang ia sedang berada.
“Selamat yaaa.”
Tiba-tiba suara itu terdengar dari arah belakang. Fiona tersentak dan segera membalikan badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ballerina's Bride
Teen FictionCerita karya Citra's Slide , mungkin masa lalu telah mengubah gadis ini menjadi pelupa , bahkan ia bisa lupa dengan wajah wajah sahabatnya tetapi mungkin ia telah menyia-nyiakan cinta yang tulus dari seorang pria berwajah malaikat yang selalu ada un...