Bab 6. Tidak Mau Menyerah

155 8 2
                                    

Cinta memang tidak bisa di tebak akan jatuh kepada siapa, ketika sudah jatuh cinta begitu dalam, maka akan sulit untuk di lepaskan.

***

"Gila, aku tidak mau bermasalah dengan keluargamu, bisa mati aku nanti!" ucap Leo setelah mendengar permintaan Damian.

"Ayolah! Jika kau berhasil sepuluh juta masuk rekeningmu."

"Berapa pun itu, aku tidak mau!" Leo tetap menolak.

"Please, bantu aku kali ini saja!" Mohon Damian.

"Menghamili calon istri sahabatku sendiri, fuck sekali! Tidak! Aku tidak sejahat itu!" ucap Leo dengan tegas.

"Bukankah kau senang melakukannya dengan banyak wanita? Biasanya kau bayar mereka, tetapi sekarang aku yang akan membayarmu."

"Damian, lebih baik aku membayar dari pada di bayar, ujungnya aku akan kena masalah besar, membuat masalah dengan keluargamu hal yang selalu aku hindari."

"Argggh! Ya sudah, pergi sana, dasar tidak berguna." Damian terlihat kesal.

Baru saja ia meminta bantuan kepada Leo, terlintas pikiran jahat di otaknya. Ia ingin mengacaukan pernikahan itu, sampai tidak bisa ada kata di tunda. Pikirnya, jika Diana hamil oleh orang lain pasti pernikahan langsung batal. Karena keluarga Hernawan menginginkan seorang menantu yang sempurna, jelas yang sudah rusak tidak akan di terima.

"Sudahlah, ikuti saja alurnya, kalau memang kalian tidak bisa menumbuhkan cinta, ya sudah tinggal bercerai, gampang 'kan?"


Damian terdiam mendengar perkataan Leo, terdengar mudah tetapi itu pasti akan sulit, setelah terikat jelas tidak akan mudah lepas, ia tau sang Ayah bagaimana, yang ada pasti bersangkutan dengan harta warisan. Entah sedekat apa Ayahnya dan juga Ayah Diana sampai begitu memaksa untuk perjodohan ini harus terjadi, bahkan katanya ia dan Diana sudah di jodohkan sejak dari kecil.

"Apa tidak boleh untuk kali ini saja, aku berhak memilih pilihanku sendiri?" Gumamnya dengan raut wajah frustasi. Leo hanya bisa diam melihat sahabatnya, bukannya ia tak mau membantu. Apa pun itu bisa ia usahakan, tetapi kalau permasalahannya dengan keluarga Damian tentu ia tidak mau, karena akan sangat membahayakan nyawanya.

"Damian?" Panggilnya.
Damian juga Leo langsung menoleh ke arah pintu.

"Hmmm, aku pergi dulu! Sampai ketemu nanti malam! Permisi Tante," ucap Leo seraya melempar senyum kepadanya.

Damian terlihat malas melihat kedatangan mamanya, sejak itu, dia memang tidak lagi pulang ke rumah memilih menghabiskan waktu di apartemennya.

"Kau tidak bisa terus menghindar seperti ini, Minggu depan pernikahanmu sudah harus di laksanakan, mama ingin sekarang kau segera meminta maaf!"

"Kenapa harus meminta maaf? Aku tidak salah, aku bebas dengan pilihanku."

"Damian, kau ingat kata-kata Ayahmu bukan? Jangan mencoba untuk menentangnya! Asal kau tau, kita bisa seperti ini, karena Ayah Diana, dan kita sudah berhutang budi padanya. Maka dari itu, cara kita membalasnya kau harus menikahi Diana."

Jadi, inilah alasannya mengapa selama ini orang tuanya terus mendesaknya. Pantas saja, ternyata kejayaan sang Ayah atas campur tangan Ayahnya Diana.

Asmara dalam Dendam (Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang