Tanpa kau sadari, kau sudah jatuh ke dalam pesonaku. Perlahan tapi pasti, kau akan mengakui itu.
***
"Ah, sudahlah, kau memang tidak akan pernah mengerti." Damian memutus kontak mata, mengambil air putih lalu meneguknya, guna untuk meredam emosinya.
"Damian?" Panggil Kiara. Entah mengapa saat gadis itu memanggil namanya, membuat hatinya kembali tenang, di tatapnya dengan lekat wajah Kiara.
"Sebenarnya aku tidak mau menahanmu di sini, aku hanya sedang melindungimu dari Bibimu itu, terserah kau menganggap aku jahat, aku tidak peduli."
Kiara tidak tau harus berkata apa lagi, hingga ia cuma bisa diam saja, perkataan Damian terdengar sangat tulus, mungkin memang niatnya baik tetapi caranya yang salah. Dengan membawanya ke sini, bukan malah menyelesaikan masalah tetapi malah sebaliknya.
Ponsel Damian tiba-tiba berdering, sehingga memecahkan keheningan diantara keduanya. Pria itu tidak menjawab panggilan itu, dan tak lama bel pintu apartemen terdengar nyaring, berulang kali ada yang menekannya.
Kiara segera beranjak dari duduknya, mendengar bel berbunyi seakan mendapatkan pertolongan, ia benar-benar ingin keluar dari sini, lalu menyelesaikan masalah.
"Siapa itu? Kenapa kau tidak membukanya?" tanya Kiara dengan penuh kegelisahan.
Damian menatapnya tajam, mengangkat satu jari ke bibirnya, memberi isyarat agar Kiara tetap diam.
"Jangan bicara, tetap di sini! Siapa pun itu, biarkan saja! Aku tidak akan membukanya!"
Kiara mengernyitkan dahinya, baru kali ini ia melihat Damian setegang itu, Kiara menelan ludah, perasaannya bercampur takut dan juga ingin tahu. Pasti seseorang itu sangat ditakuti oleh Damian sehingga pria itu tidak mau membukanya.
Sampai beberapa detik dipenuhi dengan ketegangan serta keheningan, akhirnya suara bel itu berhenti. Damian menghela nafas dengan lega, begitu juga dengan Kiara yang ikut menghela nafas.
"Sepertinya kita sudah tidak aman lagi di sini, aku harus mencari tempat tinggal baru."
"Damian, apa kau punya musuh? Kalau begini, aku tidak mau terlibat, lebih baik kau kembalikan aku ke rumah daripada aku berada dalam bahaya."
"Sudah diam! Sekalipun aku kembalikan kau ke rumah, tetap saja kau akan dikejar!"
Mendengarnya malah membuat Kiara semakin kepikiran, dia belum terlalu mengenal jauh soal kehidupan Damian, bisa saja pria ini memang punya catatan kejahatan. Tetapi, mengapa ia harus dilibatkan.
Damian beranjak dari duduknya, lalu menghubungi seseorang.
"Hallo!" Damian menjauh. Sehingga Kiara tidak bisa mendengar percakapan mereka.
"Apa lagi ini? Tidak bisakah aku hidup dengan tenang, kenapa malah semakin tak tenang?" gumamnya. Dengan detak jantung yang sangat cepat.
Sementara itu.
"Maaf Bu Marni, dengan berat hati kita harus menunda pernikahan, tadinya saya ingin tetap melaksanakannya dalam waktu dekat, namun, dengan situasi seperti ini sepertinya tidak mungkin," ucap Lina merasa bersalah.
"Tidak apa, saya mengerti. Saat ini, saya pun hanya ingin Kiara dikembalikan, soal pernikahan bisa kita bicarakan lagi nanti."
"Suami saya dan juga anak buahnya sudah pergi ke sana, rencananya dia akan memisahkan keduanya."
"Syukurlah, ini memang salah saya, kenapa juga masih menampung anak itu?"
"Sudah terlanjur juga, yang tidak habis pikir, mengapa Damian bisa menyukai Kiara? Ini sangat aneh," timpal Lina sambil memijat pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara dalam Dendam (Diterbitkan)
RomantizmSuatu malam yang seharusnya menjadi kehangatan berubah menjadi mimpi buruk bagi Kiara. Dalam sekejap hidup Kiara berubah sangat drastis ketika menyaksikan kedua orang tuanya merenggang nyawa di tangan perampok yang datang ke rumahnya. Hanya seorang...