Bab 10. Menjadi Tahanan

22 2 0
                                    

Seberapa keras kau berusaha menolak, aku tetap akan memperjuangkanmu. Ini bukti keseriusan, bukan hanya ucapan.

***

Kiara tengah mencuci alat makan yang tadi mereka pakai. Ini bukan atas suruhan Damian tetapi atas keinginan sendiri, mungkin karena sudah biasa juga melakukan ini jika di rumah sehingga tidak bisa diam saat melihat peralatan makan kotor.

"Kau rajin sekali!" Bisiknya dari belakang, sampai membuat Kiara terkejut, untung saja piringnya masih ia pegang dengan erat kalau tidak pasti sudah pecah, walaupun sekarang pakaian atasnya sedikit basah akibat terciprat air kran yang sedang menyentuh piring.

"Damian, tolong jaga jarak denganku! Kita ini bukan pasangan!" Tegas Kiara setelah berbalik.

"Oke, baiklah, tetapi melihatmu seperti ini aku merasa bahwa kita sudah menjadi pasangan suami istri."
Damian malah tersenyum senang.

Kiara kembali berbalik lalu mematikan kran air, setelah itu ia pun sedikit menggeser supaya tidak terlalu dekat dengan Damian.

"Lupakan keinginanmu itu, karena sampai kapan pun aku tidak akan menjadi istrimu!"

"Benarkah, memangnya kau tau kedepannya akan seperti apa?"

"Sudahlah, jangan memancing emosiku! Kita akhiri percakapan ini!" Kiara segera melangkah, tetapi terhenti saat tangannya digapai oleh Damian.

"Kau harus mengganti pakaianmu dulu, ini sudah basah bisa-bisa nanti masuk angin."

Kiara melirik ke arah pakaiannya yang ternyata sedikit basah.

"Nanti juga kering sendiri. Tidak perlu ganti!"

"Tidak bisa begitu, sebentar aku ambilkan dulu!" ucap Damian seraya menuju kamarnya.

Kiara sendiri tidak kepikiran untuk berganti pakaian, lagi pula ini hanya sedikit mana mungkin ia masuk angin. Tidak menunggu waktu lama, pria itu kembali menghampirinya membawakan pakaian berwarna putih.

"Ini, pakailah!"

Kiara mengambilnya, namun ia langsung menggeleng.

"Ini bukan pakaian perempuan, aku tidak mau memakainya."

"Sudah, tidak usah banyak komplain, segera ganti, besok aku belikan pakaian khusus untukmu, sementara pakai punyaku dulu."

Damian menarik tangan Kiara menggiringnya menuju kamar mandi.
Kiara sempat risih dan terus memberontak, tetapi pria itu malah mendorongnya masuk ke kamar mandi.

"Cepat ganti! Setelah itu kau harus tidur!" Damian bahkan membantu untuk menutup pintu. Kiara hanya bisa menghela nafas lagi, dengan ekspresi wajah kesalnya.

Sudah sepuluh menit berlalu, Kiara hanya duduk saja sambil menatap pakaian itu, memang kebesaran jadi tidak akan membentuk tubuhnya. Tetapi, apakah ia harus memakainya sekarang?

Lama berpikir sampai akhirnya ia memutuskan untuk memakainya. Lagi pula, pakaian yang dipakai sekarang memang sudah tidak nyaman, apalagi dibawa beraktivitas pagi tadi di rumahnya.

Setelah selesai berganti pakaian, ia kembali ke ruang tamu yang ternyata sudah ditunggu oleh Damian. Menyadari keberadaan Kiara, Damian segera menggeser duduknya, dengan terpaksa Kiara duduk di sebelah pria itu karena di sini hanya ada satu sofa saja.

"Anggap saja ini simulasi untuk nanti," ucap Damian.

"Kenapa kau begitu menginginkan aku? Memangnya apa yang kau suka dariku?" tanya Kiara. Entah mengapa sejak tadi pertanyaan itu terus memenuhi isi kepalanya, ia hanya merasa heran saja.

Asmara dalam Dendam (Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang