JU HACHI - ANOTHER SIDE OF GAGA

36.8K 1.7K 312
                                    

Be patient! 💋💋💋💋

Ramein sama komentar kalian yaappss

Radega meminta Vreletta segera naik motornya. Namun tidak sedetikpun gadis itu berniat menggerakkan anggota tubuhnya. Kepalanya menunduk lesu. Jangan lupakan, bagaimana kini kacamata yang bertengger pada hidung mancungnya. Suasana semalam seolah jelas mengingatnya hingga menit ini.

Bagaimana laki-laki milyaran pesona itu memarahinya. Teganya laki-laki itu menghina bagaimana kepribadiannya dan suatu hal seakan pendiri utama jarak baru di antara keduanya. Jemari yang terbiasa terkait, kini merenggang. Bahkan tak menemukan pasangannya.

"Mau sampe kapan sih lo diam di situ?" Radega mendengus pelan. Sorot matanya memicing penuh sesal.

Gadis berkepang satu itu menahan agar pipi tidak terkena jatuhnya air mata. Dia mendongak cepat, berharap ada sedikit sesal di balik mata sendunya. Kelemahannya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi Radega.

"Apa yang lo tunggu sih?" Nada kuat memekakkan pendengaran yang jelas menggema. "Jaket buat nutupin itu?" Iris mata laki-laki itu melirik sekilas rok abu-abu Vreletta.

"Nih!"

Lemparan telak dari Radega dengan jaket biru dongkernya tanpa duga mengenai kepala Vreletta. Dengan paksa, gadis itu menerima. Mengaitkan jaket itu sendiri pada pinggangnya. Setelahnya, naik ke motor Radega dengan susah payah. Karna jemarinya seolah kaku meski hanya ingin menyentuh bahu laki-laki tampan itu.

"Rok lo kenapa?" Laki-laki itu melirik sekilas melalui spionnya, "Nunduk mulu. Nyari uang jatuh?" Sindirnya tanpa ampun.

Sementara mata gadis cantik itu mulai basah kembali. Sengaja menunduk lebih dalam. Membiarkan dirinya jatuh akan larut kesedihan. Sejenak, jari-jarinya mulai mengusap pipi basah putih mulusnya.

Selama perjalanan, tidak ada pembicaraan biasa hingga serius. Seperti dua orang asing yang tanpa duga berada dalam kendaraan serupa. Keduanya lari pada pikiran pribadi.

◾◾◾

"Mata bengkak lo, memperburuk wajah lo!"

Lagi, langkah pasti Radega membiarkan gadis polos itu berjalan jauh di belakangnya. Dia hanya menemui pusat diri ketika menemukan jiwa dan raga milik kekasihnya, Khinanz. Senyum nakalnya mengembang sempurna. Seperti biasa, hasratnya minta dituntaskan detik ini juga.

"Hai, sayang!" Sapaan ringan laki-laki itu disambut manis oleh Khinanz.

Tanpa sungkan, lingkaran lengan Khinanz memenuhi tubuh Radega. Seakan lupa akan hadirnya seseorang dari jarak dekat, keduanya mengumbar rayuan gombal. Saling membalas senyum, tawa merdu serta dekapan ringan.

"Aku kangen kamu." Ujar Radega pada kekasihnya, lirikkan matanya tertuju sekilas pada ekspresi datar Vreletta.

Bodohnya Vreletta! Berdiam diri di tengah sepasang kekasih yang saling merayu hati.

"Aku lebih kangen kamu, Ga." Balas Khinanz seraya merapikan helaian rambut hitam pekat Radega.

Laki-laki milyaran pesona itu tersenyum penuh arti, "Aku juga kangen ini." Tatapannya fokus akan bibir merah muda Khinanz. Tanpa menanti detik lain, tarikkan cepat Radega tepat membawa Khinanz menjauh dari koridor. Tanpa peduli akan seorang gadis polos yang menyaksikan itu sedari tadi.

"Sedihnya jadi Letta." Gumaman singkat Vreletta disertai lolosan air mata.

◾◾◾

Jam kosong di kelas menjadi suasana paling ramai. Apalagi jika tidak ada tugas yang ingin segera dituntaskan. Seperti kosongnya pelajaran, pandangan seorang gadis berkepang pun serupa kosongnya. Meski raga seseorang berada di sebelahnya, namun hatinya yang masih meragu untuk memulai percakapan, sungkan sekedar membuka suara.

QUERENCIA✅[TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang