Chapter 3

44 9 2
                                    

Pukul 1 siang nanti, kelas 10-12 akan ada pelajaran tambahan. Pelajaran normal selesai pukul 12.10, dalam waktu 50 menit mereka harus makan siang, sholat bagi yang melakukan, itu yang paling utama. Terkadang para cowok kelas 12 bermain basket setengah jam baru makan dan sholat, atau dibalik. Itu karena ruang kelas 12 berada di lantai bawah dan dekat dengan lapangan basket. Dan untuk kelas 12 cewek, sebagian dari mereka ada yang menonton basket sambil duduk di depan kelas, ada juga yang hanya sekadar menonton sambil berjalan di tepi lapangan hingga menuju kelas.

Dari depan kelas XIIA dan XIIB, terlihat Alvin dan Reno yang berjalan berjejeran menuju kelas mereka, yaitu kelas XA di lantai atas. Bertetapan di atas ruang kelas XIIA, mereka harus melewati depan ruang kelas 12 atau melewati depan ruang TU, tergantung dari mana mereka datang. Alvin dan Reno baru saja pergi keluar areal sekolah, terlihat Reno membawa beberapa lembar kertas yang dimasukkan ke plastik bening. Mereka saling bercengkerama, melewati agak ke tengah lapangan karena kakak kelas sedang bermain berkumpul di sisi kanan lapangan.

Dari depan ruang guru, Zen dan Ricky berjalan menuju depan kelas XIIB. Mereka juga akan pergi ke kelas, bedanya dengan Alvin dan Reno, mereka berdua tidak bercengkerama. Saling diam saja. Zen memandang ke lapangan, ia melihat Alvin di sana. Kemudian ia agak mempercepat jalannya, Ricky menghembuskan nafas panjang melihat Zen meninggalkannya.

"Alvin," panggil Zen. Ia memperlambat jalan begitu sudah hampir mendekati Alvin.

"Kayanya kalian tuh akrab banget, deh." ucap Reno.

"Hehe, biasa aja." jawab Alvin.

Sementara itu, seorang cowok dari kelas 12 menghampiri Ricky yang berjalan lambat di tepi lapangan.

"Dek, lo mau ikutan main basket nggak?" tanya kakak kelas itu.

"He?? Main basket? Nggak bisa, kak. Ajak tuh temen-temen saya, skill mereka keren-keren." jawab Ricky lalu menunjuk Zen, Alvin dan Reno.

"Ya udah gih, lo panggilin."

"Oke, bentar, ya?" Ricky berlari kecil menuju teman-temannya.

"Kenapa lari-lari, Rick?" tanya Zen.

"Cepetan gih kalian ikut main sama kakak kelas, gue nggak bisa." ucap Ricky.

Sejenak pertandingan basket berhenti, pemain basket pada kecapekan.

"Maksudnya?" tanya Reno.

"Tadi ada kakel yang ngajak gue ikutan main, gue mana bisa main basket. Kalian gih," jelas Ricky.

Belum sempat menjawab, cowok yang tadi mengajak Ricky bermain kini menghampiri keempat pemuda itu.

"Ayo, dek. Ikutan main, deh." ajaknya.

"Mmm... Gimana, ya?" Alvin bingung.

"Ikutanlah, gue yakin kalian mesti hebat di basket. Lagian istirahat masih 20 menitan, kok. Ayo." Bujuk kakak kelas itu.

Zen, Alvin dan Reno bingung. Ricky menunggu keputusan teman-temannya, ini cukup lama. Hingga akhirnya, kakak kelas itu melakukan dribble tanda ia lelah menunggu.

"Baiklah kalo nggak mau, kapan-kapan aja, ya." ucap kakel itu, ia berbalik menghadap lapangan.

"Matte, saya ikutan aja deh." kata Zen sambil mengangkat tangan kanannya.

Kakak kelas itu menoleh sedikit ke belakang. Alvin, Reno dan Ricky menatap Zen yang dengan santainya mengangkat tangan itu. Kini tinggal keputusan Alvin dan Reno saja yang ditunggu.

"Gimana? Kalian pada mau ikut nggak?" tanya Zen kepada Alvin dan Reno.

"Nee, nee. Ikutan." jawab Alvin.

Otaku AreaWhere stories live. Discover now