Chapter 5

42 8 5
                                    

Hari Senin ini begitu melelahkan. Pagi hari sudah upacara bendera, jam pertama sampai ketiga pergi ke aula untuk praktik pelajaran bahasa Indonesia, jam keempat hingga kelima digunakan untuk ulangan Biologi,  jam keenam sampai selesai diisi dengan mendengarkan ceramah dari Bu Sari. Hanya mendengarkan memang, tetapi yang didengarkan adalah materi mapel IPS tentang sejarah Kemerdekaan Indonesia. Capek dah, bokong sama kuping mereka. Tiga jam pula. (Kelas X-IPS1 yeaa....)

"Heran gue sama Bu Sari, masa dia kuat sih baca ringkasan materi 3 jam di depan kelas? Berdiri pula, ckckck..." komentar seorang siswa begitu selesai proses KBM.

Setelah KBM selesai, akan ada ekstrakulikuler indoor, di dalam ruangan kalau nggak tau artinya. Ekstrakulikuler indoor hari Senin khusus untuk kelas X, sedangkan kelas XI akan diisi dengan kegiatan pulang ke rumah masing-masing Begitu pun dengan kelas XII, kecuali beberapa siswa yang ikut les tambahan di sekolah.

Beberapa menit sebelum ekskul dimulai, Zen dan Ricky pergi ke ruang guru. Akhir-akhir ini, bule itu bersama sohibnya sering keluar masuk ruang guru. Ada yang tahu alasannya? Tidak, selain mereka dan guru yang mereka temui. Teman sekelas mereka tidak tahu, apalagi Alvin.

Keluar dari ruang guru, mereka otewe ke kelas. Zen langsung dihadang cewek sangar di kelas, cewek itu merentangkan tangannya menghalangi langkah Zen. Ricky dibiarkan jalan duluan, dia aman.

"Apaan sih lo? Minggir, gih!" ucap Zen kesal.

"Woeey, Tuan Zen yang paling cakep di dunia dan nggak mudeng bahasa lain selain bahasa Inggris sama Jepang—"

"Udah, kalau mau omong nggak usah bawa data pribadi gua. Toh, gua bisa pake bahasa Indonesia." Potong Zen.

"Hmm, pada dasarnya lo kan anak cakep dan berprestasi, itung-itung lo cuman raih juara pas lomba makan krupuk, karena itu gue mau nagih sesuatu nih." Ucap cewek itu kebanyakan basa-basi.

"Nagih apaan?"

"Hmm, di data ini dikatakan kalau lo masih ada utang kas kelas jumlahnya lima puluh ribu. Kapan dibayar, Mas Bro?" jelas cewek itu. Nama dia Jihan, biasa dipanggil Jeje atau Jiji. Dia bendahara kelas.

"Iyee, kapan-kapan gua bayar. Udah, gua mau siap-siap ke aula." Zen berjalan menuju tempatnya.

"Heehh, nggak bisa lama-lama. Gue kasih tanggal paling lambatnya, mmm... Besok Kamis aja deh," ujar Jihan.

"Hmm...."

Zen menuju tempat duduknya, kemudian ia mengeluarkan buku tulis dan bolpen dari dalam tas. Zen mengeluarkan HP-nya dari laci meja, ia letakkan di atas meja beserta headset yang masih terpasang. Zen sibuk merapikan tempat duduknya, diam-diam Fani memerhatikan Zen dengan risih. Rame sih.

"Aduh aduh, pas mapel IPS lo dengerin lagu, ya? Nggak merhatiin bu Sari?" tanya Fani tiba-tiba. "Atau malahan lo nonton anime? Dasar!" lanjut Fani.

"Ngapain komentar lo? Suka-suka gua dong," balas Zen. "Lagian kenapa sehari ini lo coba deketin gua?" tanya Zen.

"Idih, deketin elo? Hello! Di dunia ini ada cowok blasteran yang lebih cakep dari elo, alas sikil!" bantah Fani.

"Hmm, gua aja udah ganteng gini ngapain cari orang lain?" tanggapan Zen.

"Tapi lo belom kaya Zayn Malik, wajah lo lebih mirip sama mezen cuci." Balas Fani.

Otaku AreaWhere stories live. Discover now