Chapter 4

36 10 0
                                    

Sunday is coming!

Mungkin untuk kebanyakan remaja di hari Minggu, mereka akan bangun siang dan malas melakukan apa-apa selain bermain HP. Itu pun mereka lakukan di kasur, jelas mereka sangat nyaman. Ada yang pernah mengatakan bahwa, tempat yang memiliki gravitasi terkuat bukan Samudra Atlantik, melainkan kasur. So, tidak sedikit dari mereka yang akan kena marah emak masing-masing.

Sepertinya teori bangun siang dan malas-malasan di hari Minggu hanya berguna untuk seorang jomblo. Benarkah? Kalian tau kebanyakan orang yang berpacaran akan ada acara entah di pagi hari, siang, sore, malam atau bahkan seharian hanya untuk berduaan. Menurut beberapa orang mungkin itu hanya buang-buajg waktu saja, yaa, terserah sih apa kata si mereka yang berpacaran.

Sesungguhnya, teori di atas tadi tidak begitu buruk. Toh, ada cowok atau cewek yang jomblo tetep aktif kerja dan malah dapat imbalan berguna. Malahan mereka berpikiran bahwa pacaran seharian hanya kesenangan sementara, tidak ada dampaknya.

Hal itu berlaku untuk Zen. Sudah menjadi kebiasaan baginya setiap hari Minggu bangun pagi, jika sempat ia akan ikut jalan-jalan bareng okaa-san dan otou-san. Jika dia tidak sempat jalan-jalan atau kedinginan #alay bah, dia akan beraktivitas di dalam rumah. Biasanya dia mencuci sepatunya, membersihkan kamarnya, menyapu beberapa ruangan di rumahnya, dan hal lain.

Untuk hari ini, karena kakak sepupu Zen datang sejak 3 hari lalu, dia akan pergi keluar bersama kakaknya itu. Entah kemana tujuannya Zen sendiri tidak tau, yang pasti ia akan segera mengetahui kalau sudah berada di tempatnya. Sepertinya Mika memberitahu lokasi yang akan didatangi nanti kepada orang tua Zen, jelas saja karena kalau tidak mana mungkin orang tuanya mengizinkan.

Pukul 6.15 am. Zen dan Mika sudah bersiap di depan rumah, mereka akan berangkat ke tempat tujuan menaiki motor beberapa menit lagi.

"Heran gua, kenapa lo nggak ngajak temen-temen seperjuangan lo aja?" tanya Zen yang kini sedang duduk di jok motor. "Kenapa mesti gua?"

"Ya karena gue lagi bareng sama lo, mau nggak mau gue harus ngajak elo." Jawab Mika. Zen membulatkan mulutnya.

"Lagian sih, tiap ada hari libur lo mesti ada acara keluar. Apa lo nggak capek? Nggak kehabisan duit? Lo nggak ada tugas sekolah?"

"Ng... Tugas sih ada, masalah duit bokap gue ngirim duit ke rekening bank gue tiap bulan. Udah jangan dipikirin," jelas Mika lalu mengibaskan tangannya.

"Hmm.." Zen menggumam, "kapan barangkat?" tanya Zen.

"Matte..." Mika menengok jam tangannya, "oke, kita berangkat sekarang." Ucap Mika.

Zen bangkit dari duduknya, ia agak menjauhi motor itu. Mika mendekati motor itu lalu memakai helm, setelah itu ia menaiki motor. Zen masih diam saja mengamati kakak sepupunya.

"Lo yakin kita naik motor gini?" tanya Zen, wajahnya kelihatan risih.

"Iya, kenapa emang?" tanya Mika, Zen diam lalu menggelengkan kepala. "Ooh, heh, gue saranin lo jangan negative thingking. Gue nggak ngidam cowok, tq." Ujar Mika dengan pedenya.

"Hmmm.... Nurut," Zen memakai helm sambil menaiki motor.

"Siap?"

"Haai." Jawab Zen.

***

"Emang bener sih, ya. Cewek tuh kalau omong kebanyakan nggak guna semua, buang-buang tenaga kalian tuh. Hobi gosip pula, kerjaan cuman itu-itu doang."

"Lo emang nggak pernah difilter ya kalau ngomong? Gue dateng ke tempat lo baik-baik, kenapa lo malah sengak? Seenggaknya lo hargai gue,"

Fani menguatkan genggaman tangannya di pinggang kakaknya, pikirannya menekan.

Otaku AreaWhere stories live. Discover now