Chapter 6

52 9 1
                                    

All the underdogs in the world
A day may come when we lose
But is not today
Today we fight

Jari tangan Alvin menekan keyboard di laptopnya, ia mengatur volume musik video yang sedang ia putar. Di kepalanya terpasang headphone, mulutnya komat-kamit mengikuti lagu. Pandangannya tajam lurus ke depan, mengagumi artis yang sedang dance sekaligus dirinya berusaha memahami gerakan dance tersebut. Beberapa detik kemudian, tubuhnya mulai bergerak mengikuti gerakan dance.

Neoui gyeote nareul mideo
Together we won't die
Naui gyeote neoreul mideo
Together we won't die

Kini ia melepas headphone dan kabelnya dari laptop, ia berdiri sambil melakukan dance.

Gyeonwo chong! Jojun! Balsa!

Semakin lama, dirinya semakin powerfull dalam dance itu. Detik berikutnya ia terus melakukan dance, hingga lagu berakhir. Setelah lagu selesai, Alvin duduk di kursi. Ia me-exit video itu, lalu mencari video yang lain. Ketika sudah menemukannya, someone's come to his room. Someone yang menganggu aksi fanboying-nya.

"Woey, buruan balikin cewek gua!" kata seseorang itu agak keras, Alvin membatalkan membuka video itu.

"Sorry, kelamaan, ya?" jawab Alvin sambil mengeject flasdisknya, lalu melepas flasdisk dari laptop itu.

"Haah, pake nanya. Udah 2 jam lo minjem dia, sono pergi dinner." Pinta orang itu, dia adalah kakak Alvin, namanya Rizal.

"Dinner di luar?" tanya Alvin.

"Iya, di luar. Di luar kamar maksudnya," jawab Rizal, ia mengambil laptopnya. "Udahlah, cepetan makan! Diomelin Mama tau rasa lo," lanjut Rizal.

"Eh, wait, kok abang bisa panggil dia cewek sih?" tanya Alvin.

"Karena dia udah kaya pacar gua, pokoknya dia berarti buat gua. Hmzz, shut up!" jawab Rizal, ia terlihat sengak.

Rizal membawa laptopnya keluar kamar Alvin, Alvin masih duduk di kursinya. Ketika aksi fanboynya ada yang nganggu, Alvin pun tak bisa marah kepada yang mengganggunya, terutama tadi adalah kakaknya sendiri. Hanya kepada Rizal-lah ia bisa puas menonton video practice dance, jika Rizal semakin sengak, mungkin ia harus berlutut jika masih mau menonton di laptop.

Alvin melirik jam dinding di tembok kamarnya, sudah pukul 7.45 pm. Alvin mengembuskan nafas panjang, ia berjalan keluar kamar dengan lesu. Dirinya sudah menebak apa yang akan terjadi nanti, malam ini Mamanya tidak pergi kerja dan hanya di rumah santai-santai.

Alvin sampai di ruang makan, ia duduk di salah satu kursi. Di depannya Mama terlihat menyedekapkan tangan dan tatapan mengintimidasi Alvin, Alvin hanya menunduk. Setelah itu, ia mengambil sendok nasi dan menyendok nasi di depannya. Ia tidak mau menatap Mama untuk sekarang ini.

"Jam berapa ini?" tanya Mama, nadanya seakan-akan memojokkan Alvin.

Alvin tidak langsung menjawab, ia meletakkan sendok nasi ke tempat semula kemudian meraih sendok sayur.

"Jam delapan kurang," jawab Alvin.

"Kamu tau maksudnya?" tanya Mama lagi, dia seperti seorang juri di acara Master Chef, kelihatan serem.

"Ee, tau..." jawab Alvin, ia mulai menyendok sesuap nasi.

"Huuhh, Alvin, udah berapa kali Mama ingetin? Kamu itu harus tepat waktu buat makan, jangan nelat mulu. Kamu tau kan apa dampaknya nanti?" ucap Mama.

"Iya, Ma. Maafin Alvin," ujar Alvin pelan.

"Ya udah, jangan diulangi." Nasihat Mama, Alvin mengangguk.

Otaku AreaWhere stories live. Discover now