ⓢⓔⓥⓔⓝ

1.9K 426 64
                                    

Sepanjang hari ini tidak ada yang berani mendekati Jinyoung apalagi membulinya.

Tapi Jinyoung belum terbiasa dengan tatapan yang diberikan orang-orang padanya. Mulai dari tatapan terkejut, mengagumi hingga tatapan sinis seperti menghakimi.

Jinyoung memutuskan untuk mengabaikan teman-teman sekolahnya yang belum terbiasa dengan penampilan barunya.

Sekarang Jihoon dan Jinyoung sedang berada diruang musik. Karena suasana disini sangat tenang. Mereka saling bertukar tawa dan mengobrol ringan tentang keadaan disekitar mereka sejak pagi Jinyoung menginjakan kaki disekolah.

"Oh my god! Ingat ekspresi Guanlin tadi saat kau mengatakan dia gagap! That was great Jinyoung really!" Jihoon tertawa lepas kembali mengingat kejadian dilorong sekolah.

Jinyoung tersenyum lebar dan ikut tertawa. Tak pernah ia merasa sebahagia ini seumur hidupnya.

Pemuda bermarga bae itu mengistirahatkan kepalanya dipaha berisi Jihoon sambil terkekeh.

Jihoon membelai kepala Jinyoung, merasakan halusnya rambut Jinyoung ditangannya "karena kita sedang berada diruang musik, apa kamu punya bakat dalam bidang musik?" tanyanya.

"Aku suka bernyanyi. Tapi suaraku tak terlalu bagus" Jinyoung menjawab dengan suara pelan.

"Hmm aku meragukan itu. Coba sekarang kamu nanyi" tawar Jihoon dengan senyum lembut.

Jinyoung menggelengkan kepalanya tetapi Jihoon memberikan ekspresi wajah yang sedih dan mengedipkan matanya seperti memohon.

"Huh ok fine. Aku nanyi"

"Request lagunya mau satu yang beautiful ya?"

Jinyoung menatap Jihoon sebelum menarik nafas lalu mulai bernanyi.

Jihoon terduduk disana dengan dengan tatapan kagum saat Jinyoung mulai mengeluarkan suara indah dari mulutnya.

×××

Guanlin sedang berjalan dengan angkuhnya menyusuri lorong kelas saat sebuah suara memasuki gendang telinganya.

Dia yakin suara ini berasal dari ruang musik, ia mendengar dengan jelas suara tertawa Jinyoung.

Guanlin memutuskan untuk mengintip dari luar pintu. Jinyoung yang berdiri menghadap Jihoon dan membelakangi Guanlin, tiba-tiba mulai bernanyi.

Guanlin tersentak kaget, tak mungkin kan Jinyoung dapat bernanyi seindah ini? Anak itu tak mungkin mempunyai talenta seperti ini. Kerjaannya itu hanya menunduk setiap saat.

Guanlin mengacak rambutnya kesal dan buru-buru pergi saat menyadari Jinyoung sudah menyelesaikan acara bernanyinya.

Tanpa pemuda Lai itu sadari sebenarnya Jihoon sudah menyadari keberadaan Guanlin sedaritadi.

Jihoon menyeringai saat melihat Guanlin yang pergi dengan ekspresi kesal.

Jinyoung menatap Jihoon bingung dan bertanya "kamu lihat apa?"

"Oh nggak ada kok. You were amazing anyway!" Jihoon berdiri dan menarik Jinyoung kepelukan.

"Benarkah?" Jinyoung bertanya dengan nada senang yang dibalas anggukan setuju oleh yang ditanya.

Jinyoung tersenyum tipis "Thank you" sambil menunggu Jihoon melepaskan pelukannya.

Tapi bukannya menjauh, Jihoon malah menatap Jinyoung intens dan mendekatkan wajahnya kearah Jinyoung. Yang ditatap wajahnya sudah berubah merah, dan saat bibir mereka nyaris bertemu ia mendengar suara berat seseorang dari luar.

"Kalian berdua ngapain disini? Ini tempat nongkrong kita" ujar suara tadi.

Jihoon melihat kepintu dan menemukan Guanlin berdiri disana, lalu melepaskan pelukannya pada tubuh Jinyoung.

"Why don't you just get the fuck out" Guanlin masih berbicara dengan nada dingin.

Jinyoung tertawa sarkastik "Siapa kamu ngusir kita seenaknya? Kita duluan yang ada disini, kalo mau silahkan cari tempat lain"

Guanlin melangkahkan kaki mendekati Jinyoung dan menatap remeh "Jangan pikir gue gak akan nyakitin lo lagi cuma karna lo ganti gaya rambut sama penampilan lo ini"

Jinyoung beringsut mendekat "Then go ahead... Pukul aku" ucapnya dengan nada menantang dan mengarahkan pipinya kearah sang lawan.

Guanlin mengeraskan rahangnya sebelum mengangkat tangan menampar pipi Jinyoung, tetapi seketika menyesal setelah melihat pipinya merah dengan cetakan tangan Guanlin disana.

Oh shit! Tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang dari belakang "GUANLIN! Whats wrong with you dude?!" Woojin menarik temannya dan berniat membantu Jinyoung yang ternyata dihalang oleh Jihoon.

"No it's fine. Aku udah terbiasa kok dengan rasa sakit. Tapi I guess no matter how I look, I'll always be too ugly for you" Jinyoung berkata seraya menatap Guanlin yang dilanjutkan dengan senyuman "tapi aku udah gak peduli lagi. You can say what you want, it no longer matters to me"

Guanlin ingin menjawab dan meminta maaf tetapi Jinyoung terlanjur pergi menarik tangan Jihoon dari sana.

Dia melihat Jihoon mengaitkan tangannya dengan Jinyoung. Apa mereka pacaran? Batin Guanlin bertanya-tanya.

"You're a dumb ass" Woojin memukul belakang kepala Guanlin pelan.

Guanlin masih menatap Jinyoung tanpa mengalihkan pandangannya "Yeah... I know" bisiknya pelan.

ㅤㅤ

.

.

.


ㅤㅤ

Akhirnya ada moment mereka lagi, jadi semangat nulisnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya ada moment mereka lagi, jadi semangat nulisnya.

My bullies is my neighbor? | PandeepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang