13. we love Sevia

136 12 4
                                    

Seminggu berlalu kejadian perkelahian Arsa dan Pram. Entah apa sebabnya, jika aku tanya Arsa, pasti dia menjawab hanya salah paham.

Arsa di tahan di kantor polisi selama dua minggu, dan dua duanya dikeluarkan dari sekolah. Tidak perduli Arsa cucu yang punya sekolah. Yang jelas, pihak sekolah benar benar mengeluarkan mereka berdua.

Minggu minggu ini terasa sepi, ayah juga sudah balik lagi ke New York. Dan tidak jadi menemui Arsa, padahal kata Arsa

"Aku seneng kalo dibesuk sama calon mertua." Katanya di telepon kantor polisi.

Hari ini aku berniat membesuk Arsa, aku memang belum menjenguknya dari pertama kali dia masuk kantor polisi. Aku hanya tak habis fikir saja dengan dia, kenapa makhluk seperti dia tidak diberikan kemampuan mengendalikan emosi?

Apa yang dilakukan Arsa benar benar keterlaluan, aku tidak tau apa masalahnya. Tapi apapun itu, tetap saja itu keterlaluan.

Aku berjalan memasuki kantor polisi. Dan kulihat Pram sudah menunggu di ruang tunggu. Aku duduk disampingnya, sudut bibirnya masih ada lebam dan luka. Aku benar benar iba melihatnya.

"Kak, ini semua kenapa sih?" Tanyaku.

"Gue gak berhak ngejelasin Sev." Jawabnya singkat sambil merunduk.

Tak lama kemudian, Arsa datang bersama polisi. Menggunakan baju biru tua, sama dengan narapidana.

"10 menit pak."

Arsa duduk di depan kami berdua. Wajahnya santai, namun matanya melihat Pram secara intens. Jari telunjuknya mengangkat dagu milik Pram agar bisa menatap Arsa.

"Bukan gitu caranya mencintai seseorang." Ucap Arsa lemah lembut.

"Sev, Pram ini suka sama kamu. Yang ngirim foto kita ke ayah kamu." Nada biacara Arsa masih santai, seolah tidak ada apa apa. "Iya kan Pram?" Lalu Pram mengangguk.

Aku benar benar tak habis fikir, kenapa bisa Pram berbuat seperti itu? Oh bukan, maksudku kenapa juga dia bisa suka denganku? Pram itu kan laki laki kedua yang banyak disukain sama cewek disekolah.

"Pram, sebelum Sevia kenal gue gue. Dia udah lebih dulu cinta sama Axel, tapi buktinya gue bisa dapetin Sevia, gue bisa ngerubah segalanya. Dan gak pake cara murahan lo itu." Kata kata itu membuat Pram semakin menunduk.

"Silahkan berjuang buat Sevia, gue gak larang lo." Aku tertohok mendengar ucapan Arsa barusan. Jadi dia mempersilahkan aku diperebutkan? Dengan orang yang sudah membuat Arsa dimata ayah menjadi jelek.

Pram sedikit terkekeh "So? If i can make her to love me? What you'll do?" Tanya Pram dengan nada bercanda. Arsa tertawa kecil.

"Lo harus siap masuk neraka saat itu juga Pram." Jawab Arsa.

Mereka berdua tertawa, sedangkan aku melongo seperti orang bego. Mereka ini kenapa? Seminggu yang lalu aku melihat Pram diikat di pohon dengan wajah tak jelas bentuknya, lalu sekarang mereka berdua tertawa bersama? Apa ini yang disebut true friend? Atau crazy friend?

"Sejak kapan lu suka sama Sevia?" Tanya Arsa seperti polisi yang sedang menginterogasi maling ayam.

"Sebelum lo kenal Sevia." Jawab Pram.

"Kenapa gak ditembak?" Tanya Arsa dengan senyum menjengkelkannya.

"Sadar diri gue sih, emangnya lo!"

"Lah buktinya?" Dia mengangkat kedua tangannya.

"Kita sekolah dimana Sa?" Tanya Pram. Arsa berfikir sejenak.

"Gak usah sekolah, bilang Ibra sama Dika. Suruh mereka keluar juga."

"Bego!"

Aku hanya diam mengikuti alur pembicaraan mereka yang entah kemana.

MedicineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang