9. Ledakan

165 19 2
                                    

Aku mendengar suara azan di telingaku, dan ternyata ini sudah jam setengah lima pagi. Aku mengulet sebentar dan kulihat Disa yang masih tertidur nyenyak.

"Disa bangun Dis." Aku mengguncang tubuh Disa.
"Shalat ayo."

"Gue lagi dapet." Jawabnya dengan suara yang masih berat.

Aku akhirnya keluar tenda dengan jaket yang tebal. Namun percuma saja, di tengah tengah hutan membuat jaket tak berefek apa apa.
Aku melihat gerombolan yang sedang berkumpul di post jaga. Dan kulihat ada Kirana yaitu kakak kelasku yang satu tenda denganku.

"Baru bangun non?" Tanyanya menyindir. Aku hanya menyengir kuda.

Jelas saja aku telat bangun, aku tidur jam tiga pagi karena memikirkan cerita Arsa semalam, dan setiap aku mengingatnya refleks mataku selalu mengeluarkan air mata.

Kami sedang memantau anak kelas 10 yang bersiap untuk jogging.

"Setelah shalat semuanya gak ada yang tidur lagi!. Ganti baju olah raga kita jogging." Ucap Taufik menggunakan pengeras suara.

Tiba tiba Ibra berlari lari dari arah tenda mereka ke post kami. Dengan nafas yang terengah engah, ia mencoba berbicara.

"Ada yang kehilangan barang di tenda gue." Katanya sambil menyentuh dadanya karena sesak mungkin.

"Hah! Siapa?" Tanya Kirana panik dan terkejut. Siapa yang satu tenda dengan Ibra? Bukannya ia hanya bertiga dengan Arsa dan Pram?.

Tiba tiba kulihat Arsa berlari kecil menyusul Ibra. Mengenakan sweater warna abu abu dan celana selutut.

"Ada yang hilang Fik." Katanya.

"Ya apaan yang hilang? Biar gue geledah semua tas." Ucap Taufik.

"Gak bisa Fik. Soalnya yang hilang itu keperjakaannya Pram." Jawabnya yang kuyakin bercanda.
"Handphone gue gak ada." Katanya mulai serius.

Semuanya panik dan bertanya tanya kapan terakhir dia memegang handphonenya. Terutama Kirana yang sudah seperti kebakaran jenggot.

Aku, Taufik dan Kirana mengecheck tenda. Dan satu persatu tas mulai digeledah. Arsa sudah mengeluarkan barang barang dari tasnya. Aku duduk disampingnya yang sedang mencari.

"Dimana ya Sev?," dia menggaruk kepalanya frustasi.

"Di bus kali kak."

"Nggak, pas api unggun gue masih pegang hp kok." Dia melihat sekeliling.

Aku membantunya mencari di dalam tas yang lain.

Dan setelah kubuka tasnya banyak sekali kapsul kapsul obat yang keluar dari tempatnya. Aku tahu itu adalah obat penenangnya yang keluar dari tempat obat.

"Kak!." Panggilku mengagetkannya.

Dia menghampiriku dan ikut terkejut melihat obat obatnya berserakan di dalam tas.

"Gue baru beli kemarin ini! Ah sialan." Suaranya tertahan.

"Yaudah kak masukin lagi aja ke botolnya." Saranku.

"Nanti makin gila gue." Jawabnya membuatku refleks tertawa nyaring. Dan kepalaku langsung diteloyor olehnya.

Handphone tak ketemu sampai satu tenda diobrak abrik.

"Coba missed call dulu deh." Kata Taufik.

"Gue sillent."

"Biasanya lewat Line getar tuh." Kata Kirana.

"Oh iya yah." Sadarnya.

"Coba yah." Kirana mengeluarkan handphonenya untuk menelpon Arsa melewati aplikasi lain.

MedicineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang