Kedatanganku

1.4K 87 19
                                    

Seokjin pov-


13 Maret 2016


Aku tiba di Korea setelah kembali dari Amerika, melaksanakan studi selama 3 tahun lamanya.


Begitu banyak barang yang kubawa, beruntung aku tidak sendirian. Yoongi menjemputku tepat setelah 15 menit aku menunggu dengan sabar di depan gerbang pintu masuk bandara.


"Maaf, Hyung. Lain kali aku akan berangkat lebih awal." kata Yoongi memasukkan barang-barangku ke dalam bagasi mobil matic merah yang sedari keberangkatanku ke Amerika hingga hari ini tidak banyak berubah. Hanya ditambah beberapa gantungan dan pengharum ruangan aroma pantai yang diletakkan tepat di atas AC mobil. "Tidak apa. Aku yakin kau pasti sibuk." kataku sesaat setelah kami berdua masuk dan duduk dalam mobil.


"Ya, terima kasih kepada Namjoon yang mematahkan kursi meja makan secara tidak sengaja."


"Kali ini apa yang dilakukannya hingga kursi saja patah..." aku tertawa sedang Yoongi mendengus kesal. "Dia tidak melakukan apapun kecuali tidak sengaja menabraknya dan membuatnya jatuh ke lantai. Seketika itu juga kursi tersebut patah."


Yah, itulah maknae kami, Kim Namjoon. Kami hanya tinggal bertiga sejak SMA. Bangunan apartemen dengan 9 lantai dan cat biru pastelnya yang sudah memudar itu adalah tempat dimana kami tinggal. Kami bertiga adalah teman sekelas di kelas ekstrakulikuler musik saat SMA, karena sama-sama anak perantauan, akhirnya kami memutuskan untuk meringankan beban biaya orang tua kami dengan cara tinggal bersama.


Yah, itu sudah lama sekali hingga sampai kami semua lulus Kuliah. Hanya aku yang melanjutkan studi S2, itupun dengan susah payah aku menyelesaikannya.


Beberapa saat kemudian kami sampai dan Namjoon telah menunggu di lantai bawah. "Seokjin-Hyung! Welcome Home!" katanya dengan ceria. "Sepertinya kau sudah lupa jika kau telah mematahkan kursi tersebut." Yoongi, seperti biasa melontarkan kata-kata sarkastik kepada kami berdua.


"Maaf, Hyung. Sumpah demi apapun aku tidak sengaja." katanya.


"Baiklah baiklah. Bantu aku, Namjoon-ah." kataku. Pemuda berambut abu-abu tersebut mengangguk dan segera menolong kami berdua.


Lantai 8 adalah tempat dimana rumah kami berada. "Aku dengar setahun setelah aku berangkat terdapat peristiwa di gedung ini. apa benar?" Aku bertanya pada kedua adik non-biologisku ini.


"Iya. Tapi kami pun sebenarnya tidak akan tahu ada kejadian semacam itu jika tidak ada tayangan di TV." Kata Namjoon sambil membukakan pintu rumah kami.


"Benar-benar tidak ada yang tahu?" aku mengerutkan dahiku. "Iya, Hyung. Bahkan bibi Jung dan paman Kang, tetangga kita, tidak tahu ada kejadian tersebut. Padahal mereka bilang, sekitar jam kejadian, mereka ada disana, dan tidak ada apa-apa." Yoongi melihatku sambil menggelengkan kepalanya.


Aneh.


Itu yang terbesit dipikiranku ketika mereka berdua bahkan tidak mengetahui dan bahkan bertindak seolah-olah kejadian tersebut tidak ada. Padahal, berita ini bahkan tersiar hingga Amerika. Pembunuhan terhaadap seorang gadis SMA di Seoul, di gedung apartemen kami.

(✅)Dare to read it alone?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang