(8)-'What?'

67 2 0
                                    

"Gue denger Dean punya sepupu adek kelas kita."

"Siapa?"

"Gue gatau, gue akan nyuruh salah satu dari kita buat menjadikan dia umpan dan anceman untuk Geng Gavera." ucap orang itu dan membuat Shasa mematung ditempat.

"Gue!" tunjuk Shasa pada dirinya sendiri.

Sreekkk...

'Bang Dean?'
Mendengar suara itu dari gudang sebelah akhirnya Sasa bergegas menghampiri ruangan itu yang ternyata itu adalah gudang yang dimaksud sahabatnya. Dengan perlahan Shasa melangkahkan kakinya untuk memasuki area gudang itu. Shasa meraba-raba apa yang bisa dicapainya karena tempat tersebut sangat gelap dan hanya dibantu oleh senter kecil ditangannya.

"Bang Dean... Gue Shasa." bisik Shasa dengan pelan dan saat dirinya akan menjangkau abangnya tersebut.

Dean sempat terkejut, "Sha... Lo bego apa goblok?" umpat Dean melihat adiknya datang menyelamatkannya. Dean tidak ingin adiknya terluka karena adiknya datang ke kandangnya sendiri. Kekandang sendiri maksudnya, ini merupakan markas terbesar geng SMA tempat Shaha menuntut ilmu.

"Shtttt... Berisik banget ya lo, diem! Makan ini, sama minum obat ini juga." ujar Shasa pelan dan seperti bisikan, ia menyerahkan sebungkus roti dan obat serta botol minum yang sudah ia siapkan di tas kecil yang ia lilitkan di pinggangnya.

Dengan segera Dean mengambilnya setelah tangannya yang semula di ikat sudah lepaskan adiknya. Ia mengunyah roti tersebut lalu minum obat yang diberikan adiknya.
"Thanks luv!"

"Ok, sekarang pegang tangan gue. Kita kabur!" perintah Shasa sambil mencoba membopong Abangnya berdiri dari kursi tersebut.

"Ga perlu, gue bisa. Kaki gue masih berguna... Sekarang lo keluar dulu, gue jaga dibelakang...!" tolak Dean dan memperintah Shasa dengan mendorong kecil agar berjalan duluan.

Shasa mencebikan bibirnya kesal, masih sempatnya abang gilanya ini songong dan sok pengatur ditengah situasi seperti ini. "Laknat lu!" umpat Shasa dengan suara kecil dan dibalas tepukan keras di kepala oleh Dean. "Njirrrr"

Mereka berjalan hati-hati menuju luar gudang, mata mereka melirik awas, dan terlihat beberapa anak Braveman berjaga-jaga ditempatnya sambil sekali-kali terdengar gurauan. Malam ini tidak banyak anak Braveman yang berjaga, padahal hari sudah semakin larut.

Masih dengan situasi yang sama, setelah sampai di jendela tempat Shasa masuk ke markas ini, kaki mungil Shasa melompat jendela menuju tangga yang dijadikan jangkauan untuk menuju lantai atas. Dean masih berjaga menunggu giliran dirinya untuk mengunakan tangga tersebut, meskipun sedari tadi kepalanya celingukan ke beberapa arah untuk menghetahui situasi.

"Woi! Cuss...!!!" teriak Shasa ke Dean dengan suara pelan sambil tangannya membantu Shaneisa yang sedari tadi memegang tangga tempat berpijaknya.

Dean menganguk dan melompat jendela dan segera menuruni tangga. "Nes, bocah lain mana?" tanya Shasa.

"Gue udah nyuruh duluan biar gue yang jaga." jawab Shaneisa dengan memegang pinggangnya yang terasa pegal karena sedari tadi menunggu Shasa dan Dean keluar dari markas. Apalagi Shaneisa menunggu disemak semak belukar didekat tangga.

"Wahhh berani ju-"

BOSSSS... TAWANAN KABUR!!!"

****
Pelataran lapangan basket SMA Sevit sudah mulai ramai dengan beberapa anak bermain basket bersama. Rata-rata anak yang nongkrong di lapangam basket adalah kakak kelas atau siswa-siswa terkenal, ada yang beberapa dari mereka yang pacaran. Semua pandangan itu tidak luput dari sekumpulan cewek biasa yang nongkrong ditangga rooftop.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALYSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang