7 ; hyunsuk yang mengaku demokratis

1.5K 422 153
                                    

Hari kemarin benar-benar kesialan bagi enam orang yang sedang berusaha mendapat nilai untuk tugas mereka.


Semuanya gara-gara Hyunsuk.

Kalau saja dia mau mendengar apa kata teman-temannya sejak awal, kejadiannya tidak akan seperti ini.


Seharusnya mereka sudah bisa mulai observasi esok harinya.

Tapi, karena insiden tak terduga kemarin, mereka jadi keduluan sama mahasiswa yang datang entah darimana.

Walaupun, ngakunya, Hyunsuk ini masih satu keluarga dengan pemegang saham terbesar di Hotel Savana, tapi entahlah, pihak manajemen Hotel Savana tidak menerima mahasiswa lagi.


Sial.

Curiga, sih, kalo Hyunsuk ini cuma ngaku-ngaku.

Ya mana mungkin kalau punya akses orang dalam, tapi ga dipermudah.


Dan sialnya lagi, karena insiden tabrak menabrak kemarin, mobil mahalnya Hyunsuk lecet.

Mobil yang belum genap seminggu dibeli itu lecet.


Alhasil mereka berenam harus patungan buat bayar biaya kerusakan mobil Hyunsuk.

Walaupun sudah diasuransi, tapi tetap saja harus membayar.

Uang jajan sebulan langsung habis.

Mau ga ikut bayar juga sungkan.


Duh, mengapa mereka semua bisa sesial ini, sih.


Seharusnya Jinyoung kemarin menawarkan diri buat nyetir mobilnya Hyunsuk.

Tapi tidak mungkin. 

"Oh, bisa banget ya alesannya. Pengan nyoba nyetir mobil mahal, kan. Biar bisa dimasukin ke instagram. Biar dikira hedon. Padahal biasanya cuma nyetir motor beat, itu juga masih kredit."

Bodo amat.


Walaupun gagal mendapat tempat di hotel, tugas observasi mereka tetap berlanjut.

Jadi, mereka kumpul lagi buat ngomongin tempat.


Sebenarnya ga harus diomongin, sih. Soalnya yang selama ini nentuin tempat ya cuma Hyunsuk, yang ngakunya punya usaha di seluruh bidang, yang lain cuma iya iya aja. Terima jadi.


"Gue udah ada opsi lain buat observasi kelompok kita, dan gue butuh saran kalian buat milih tempat."

Kelima anggota yang lain langsung lirik-lirikan.

"Yakin, lo mau dengerin saran dari kita?"


Hyunsuk langsung mengerutkan dahinya, "Ya iyalah, gini-gini gue orangnya demokratis."

Yang lain cuma ngangguk-ngangguk.

"Sebagai calon pemimpin yang baik di masa depan, jelas gue harus memprioritaskan saran para karyawan. Jadi, gue pasti denger saran kalian."

"Kakean cangkem arek iki."


Braak!

Hyunsuk langsung menggebrak meja di depannya.

"Jadi, ada dua tempat yang bisa kita buat observasi, rumah makan padang sama perusahaan kayu. Menurut kalian kita pake yang mana?"

"Perusahaan kayu Jati Merdeka?" Tanya Moonhee memastikan.

Hyunsuk cuma mengangguk.


"Kalo kata gue, nih, ya, Suk," Hayoon berpendapat lebih dulu, "Mending kita cari tempat yang deket aja, yang gampang."

Minseok langsung mengangguk, "Iya, rumah makan padang punya keluarga kamu juga laris banget, kan, Suk. Lebih menarik juga."

"Lagian ya, Suk, perusahaan kayu Jati Merdeka itu jauh banget." Sahut Jinyoung.

"Ga usah nyusahin diri deh, mau cari nilai aja udah berasa nyari kitab suci." Byunggon menyahut malas.


Mendengar pendapat dari teman-temannya, Hyunsuk cuma menganggukkan kepalanya.

"Jadi, setelah denger pendapat dari kalian semua, kita sepakat buat observasi di perusahaan kayu Jati Merdeka."


Kan.

Pasti begini jadinya.

Percuma.

Demokrasi macam apa.

Hyunsuk ini punya darah keturunan Kim Jong Un kayanya. Kalau berlaku suka seenaknya sendiri.


"Suk, gue tau itu perusahaan punya keluarga lo, jadi ya lo pasti lebih tau."

Moonhee masih berusaha sabar, "Tapi bukan berarti kita ga tau kalo perusahaan kayu itu jauh banget, Suk, tempatnya. Yakin mau ke sana?"


Sekali lagi Hyunsuk mengangguk.

"Yakin."


"Ga mungkin, Suk. Jalan ke sana itu susah banget." Ucap Minseok.

Hyunsuk langsung melirik, "Siapa lo, kok gampang banget bilang ga mungkin. Ga ada yang ga mungkin."

Yang lain cuma melongo.


Hyunsuk berdiri dari duduknya.

"Udah, pokoknya kita besok berangkat."


Ga tau lagi, sih, sampai kapan mereka masih bisa menahan diri buat bertahan terus ada di satu kelompok sama Hyunsuk.




annoying friend 💢

annoying friend― choi hyunsuk ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang