Coffe Shop memories

6.5K 363 3
                                    

Aku mendesah sambil melihat ke arah jam tangan coklatku. "steve!! ayo kita berangkat! 15 menit lagi sekolah sudah dimulai!!" teriaku kepada supirku, Steve.

"iya nona , sebentar lagi" teriak Steve tak mau kalah dengan suaraku.

aku pun menunggunya dengan tidak sabaran. Aku melihat ke depan, terlihat Justin terburu-buru memakai sepatu ketsnya sambil menggigit kunci mobil dimulutnya. yeah .. aku iri dengannya karena dia sudah punya mobil sendiri.

setelah sepatunya sudah masuk kekakinya, dia melihat kearahku dengan tatapan jijik. "apa liat-liat?!" bentak Justin. "ups! sorry" kataku datar. Justin berdecak kesal.

dia mengecek tasnya lalu sepertinya dia kelupaan membawa sesuatu dan kembali masuk ke dalam rumahnya.

"non, mobilnya rusak" kata steve sambil mengusap dahinya yang berkeringat. "apa?! terus aku bagaimana? dad kan sudah berangkat??" kataku kesal.

"aduh bagaimana ya??" kata Steve tampak berpikir keras.

"hai steve!!" sapa Justin ramah kepada Steve.

"oh! tuan bieber" kata steve sambil berlari kecil ke arah justin.

"ada yang bisa kubantu steve?" tanya justin dengan ramah.

coba kalau bicara denganku, pasti kata-kata yang kasar terus yang keluar dari mulutnya.

"emm.. tuan, tolong antarkan nona jensen ya?" kata Steve.

Justin mengernyitkan dahinya sambil melihat kearahku. Justin tidak bisa menolak tawaran steve, karena sejak dulu, justin mengganggap steve sangat mirip dengan pamanya.

"oh.. aku ummh.. hah.. baiklah " kata Justin.

" terimakasih banyak tuan.. terimakasih" kata steve.

Justin tersenyum manis.

"kan sudah kubilang panggil saja aku Justin" kata Justin.

"i-iya jus-tin." kata steve takut-takut.

"nona, maafkan saya ya. saya harus membawa mobilnya kebengkel " kata steve.  aku hanya menggangguk lesu.

"hey! apa yang kau tunggu?! cepat masuk!" kata justin dari seberang sana. aku memutarkan bola mataku dan langsung memasuki mobil range justin.

Saat diperjalanan, kami saling diam hingga justin memecahkan keheningan. ini pertama kalinya aku bisa mengobrol cukup banyak dengan justin.

"huh, merepotkan saja" kata Justin sambil terus fokus kejalan.

"duh! Kalo nggak mau ya bilang aja. aku bisa bolos sekolah hari ini!" kataku kesal.

"kalau bukan gara-gara uncle steve, aku tidak mau mengantarkanmu" kata justin.

"aneh. supir dianggap pamanya" gumamku.

"apa kau bilang?? yang sopan ya! walaupun dia supir, dia juga layak mendapat perlakuan yang sama dengan kita." kata Justin.

"duh! iya iya maaf!" kataku kesal.

saat itu kami diam sejenak.

"he, apa kamu nggak capek kita musuhan terus?" kataku.

"nggak sama sekali" jawabnya datar.

"-,- sebaiknya kita baikan!! aku capek kayak gini terus!!" kataku. "ENG-GAK!" kata justin.

"Kalo kita baikan, kita anggap kita gak kenal satu sama lain, kita mulai semua dari awal. kamu gak usah kenalan sama aku. kamu gak perlu ngomong sama aku seterusnya. Tapi kita cuma saling sapa aja. Ya.. Seperti teman pada umumnya" kataku.

SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang