Halo semuanya! Maaf ya, ceritanya makin gak jelas gini. Aku minta maaf banget udah ngecewain kalian yang setia baca cerita abal nan gaje ini.
Iya, iya. Secepatnya cerita ini bakalan aku tamatin. Sebodo sama happy atau sad ending. Yg penting tamat, yakan?
Oke. Tinggal beberapa part lagi, kemudian end.
Ditunggu vomments kalian!
Enjoy!
------------------------------------------------------------
Author POV
Gadis itu tak hentinya bergelinang air mata. Pemakaman sudah selesai dua jam yang lalu tapi ia masih berkabung.
"Miley, sudahlah..."
Ia masih senggugukan dan air matanya tak henti mengalir. "Daddy...," panggilnya lirih.
Percayalah, tak seorangpun sanggup mendengar isakan pilu itu. Miguel, Naomi, Ron, Jannet, Michael bahkan Felix, kewalahan menenangkan Miley. Sedaritadi gadis itu mendekap fotonya bersama Nicholas.
"Daddy..."
Michael mendekati Miley lalu memeluknya erat. Sungguh, ia tidak sanggup melihat Miley begitu rapuh. Ia sudah pernah melihatnya sekali dan ia tidak ingin melihatnya lagi.
"Miley... Masih ada aku dan yang lainnya," ujar Michael mencoba menenangkan Miley yang kacau balau.
"Daddy, Mike... Daddy sudah pergi... Dad—"
"Sshhh... Kami tidak akan pergi meninggalkanmu, Miley. Kami selalu ada di sampingmu," kata Michael lagi. Aku tidak akan meninggalkanmu, sambungnya dalam hati.
"Daddy... Daddy bilang ia tidak akan pernah pergi meninggalkanku... Daddy bilang ia akan terus berada di sisiku... Daddy bilang—" Miley makin terisak mengingat percakapannya bersama ayahnya kemarin malam ketika Nicholas mengantarnya ke pesta pernikahan Naomi-Ron.
"Miley, aku akan selalu menyayangimu. Aku akan selalu menjagamu. Aku akan selalu berada di sisimu."
Michael mengusap rambut Miley lembut, berusaha menenangkan gadis yang amat dicintainya itu.
Di samping itu, Felix selalu mencoba menghubungi Joshua. Sejak kemarin malam adiknya itu tidak kelihatan bahkan tidak pulang ke rumah. Telfonnya tidak pernah diangkat dan pesannya tidak pernah dibalas.
Ugh, bagaimana bisa dia hilang disaat seperti ini?! Maki Felix geram.
Ia masih terus mencoba menghubungi Joshua dan hasilnya tetap saja: nihil.
*
Joshua menarik kopernya dan memasuki bandara. Sudah ia putuskan untuk kembali ke Eastbridge. Ia tidak perlu repot-repot pamit pada Felix atau Michael. Kalau hal itu ia lakukan, maka ia tidak akan pernah bisa kabur. Ia hanya meninggalkan selembar kertas untuk Felix di suatu tempat. Ia berharap Felix tidak menemukannya dalam waktu dekat.
Joshua ingin pergi. Ia tidak cukup kuat untuk menyaksikan kebahagiaan Miley dengan lelaki lain. Ia tidak sekuat itu.
Joshua tak sekalipun melirik handphone-nya yang bergetar dan berdering sejak kemarin malam. Palingan hanya sms atau misscalled dari Felix yang menanyakan keberadaannya dimana. Ia cukup tahu kakaknya itu mudah panik dan sangat mengkhawatirkannya.
Joshua meraih ponselnya. Kemudian membantingnya hingga hancur lebur. Air mata sudah membasahi pipinya. Rasa sakit itu menjalar memacu adrenalinnya yang ingin menghancurkan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Trap and Revenge
RomanceMasa lalu, cinta, benci, dendam, perangkap, sahabat, dan keluarga. 18+